Beranda

Pembuat Jam

Tinggalkan komentar


Alkisah, seorang pembuat jam tangan berkata kepada jam yang sedang dibuatnya. “Hai jam, apakah kamu sanggup untuk berdetak paling tidak 31,104,000 kali selama setahun?” “Haaaaaaaaaaaa? 31 juta seratus empat ribu kali aku harus berdetak????” kata jam terperanjat, “Mana mungkin saya sanggup! Saya ga akan mungkin bisa untuk melakukan itu!”

“Ya sudah, kalau begitu bagaimana kalau 86,400 kali saja dalam sehari?”
“Delapan puluh ribu empat ratus kali? Dengan jarum yang ramping-ramping seperti ini? Ga , ga, aku ga sanggup!” jawab jam penuh keraguan.
“Ok kalau gitu, bagaimana kalau 3,600 kali dalam satu jam?”
“Dalam satu jam harus berdetak 3,600 kali? Masih terlalu banyak.. saya tidak mungkin mampu berdetak 3.600 kali..” tetap saja jam ragu-ragu dengan kemampuan dirinya . Dengan penuh kesabaran tukang jam itu kemudian bicara kepada si jam, “Baiklah, kalau begitu, sanggupkah kamu berdetak satu kali setiap detik?”
“Naaaa, kalau begitu, aku sanggup!” ” AKu pasti bisa untuk berdetak satu kali setiap detik ” kata jam dengan penuh antusias.
Maka, setelah selesai dibuat, jam itu berdetak satu kali setiap detik.
Tanpa terasa, detik demi detik terus berlalu dan jam itu sungguh luar biasa karena ternyata selama satu tahun penuh dia telah berdetak tanpa henti. Dan itu berarti ia telah berdetak sebanyak 31.104.000 kali dalam setahun, Yang juga berarti dia berdetak 86.400 kali dalam sehari yang sama juga dengan 3.600 kali dalam satu jam.
…………………..

Ada kalanya kita selalu ragu-ragu dengan segala tujuan / tugas / pekerjaan yang terlihat sangat besar. Kita selalu menggangapnya sesuatu yang sangat berat dan tidak mungkin dapat kita laukan. Namun sebenarnya apabila hal yang besar tersebut kita perkecil dan dilakukan dengan konsisten secara terus menerus, maka hal yang semula kita anggap tidak mungkin untuk dilakukan, tidak mampu untuk mencapainya, namun sebenarnya kalau kita sudah menjalankannya, kita ternyata mampu.

Mampu taklukkan Harimau dengan Kesabaran

Tinggalkan komentar


Alkisah, dua orang lelaki berkawan akrab. Nama mereka masing-masing, katakan saja adalah Sulaiman dan Ismail. Mereka sama-sama orang yang shaleh. Karena tempat yang berjauhan maka tidak memungkinkan mereka untuk selalu bertemu. Tetapi ada kebiasaan diantara mereka, untuk bertemu sekali dalam setahun. Sulaiman yang jauh tempatnya selalu datang bertemu kerumah Ismail.
Sebagaimana kebiasaan, suatu hari Sulaiman datang berkunjung kerumah sahabatnya itu. Waktu sampai ia mendapati pintu rumah Ismail sedang tertutup rapat-rapat. Ia kemudian mengetuk pintu itu. Setelah beberapa kali ketukan, terdengar ada suara sahutan istri sahabatnya dari dalam rumah. “Siapakah itu yang mengetuk-ngetuk pintu ?” “Aku, saudara suamimu. Aku datang kemari untuk mengunjunginya hanya karena Allah SWT semata.” “Oh………..???????? Dia sedang ke luar pergi mencari kayu bakar. Mudah-mudahan saja ia tidak kembali lagi !”
Begitu jawab istri tuan rumah. Mendengar jawaban seperti itu heran bercampur dongkol meliputi diri Sulaiman. Belum hilang herannya, ia masih lebih kaget lagi. Si istri tersebut masih menggumamkan kata-kata makian kepada Ismail, sang suami.
Sulaiman dipersilahkan duduk diberanda dan kemudian mereka bercakap-cakap. Tak lama kemudian datang Ismail. Ia terlihat menuntun seekor harimau yang dipunggungnya terdapat seikat kayu bakar. Begitu ,melihat ada sahabatnya, Ismail langsung menghambur mendekatinya sambil mengucapkan slam kehangatan.
Kayu bakar kemudian diturunkan dari punggung harimau. Ismail sejurus kemudian berkata kepada harimau itu. “Sekarang pergilah kamu mudah-mudahan Allah SWT memberkatimu!” Setelahnya siempunya rumah mempersilahkan tamunya masuk kedalam rumah. Sementara mereka bercakap-cakap terdengar suara sang istri yang terus-terusan saja memaki-maki sang suami dengan suara bergumam. Sang suami yang orang shaleh itu diam saja. Dalam hatinya Sulaiman heran dan campur takjub akan kesabaran sahabatnya. Meskipun istrinya terus saja memaki-maki dirinya ia tetap tidak memperlihatkan muka kebencian. Setelah puas bercakap-cakap pulanglah sahabat dengan menyimpan rasa kekaguman kepada siempunya rumah yang sangggup menekan rasa marahnya menghadapi istrinya yang begitu cerewet dan berlidah panjang. Setahun berlalu sudah. Sebagaimana kebiasaan, kembali Sulaiman mengunjungi rumah sahabatnya itu. Waktu sampai didepan pintu dan ia mengetuk pintu itu. Dari dalam terdengar langkah-langkah kaki wanita dan setelah pintu terbuka terlihat wajah istri sahabatnya yang dengan senyum ramah menyapa. “Tuan ini siapa ,ya ?” “Aku adalah sahabat suamimu. Kedatanganku ini adalah semata untuk mengunjunginya.” “Oh……????? Selamat datang Tuan !” Sapaan istri sahabatnya begitu ramah sambil mempersilahkan sang tamu untuk masuk kedalam rumah dengan penuh keramahan. Terasa begitu teduh dihati. Tak lama kemudian sahabatnya Ismail datang. Ia kelihatan menenteng seikat besar kayu bakar diatas kepalanya. Segera mereka terlibat perbincangan serius. Sempat sang tamu menanyakan beberapa hal yang ia herankan perihal keadaan tuan rumah yang menurutnya ada perbedaan dengan suasana setahun yang lalu. Tamu menanyakan bagaimana ia mampu menaklukan seekor harimau, yang binatang buas itu sehingga mau memanggul kayu bakarnya. Mengapa ia sekarang tidak bersama-sama dengan binatang itu. Mana harimau itu ?

“Ketahuilah, saudaraku. Istriku yang dahulu berlidah panjang itu sudah meninggal. Sedapat mungkin aku berusaha bersabar atas perangai buruknya, sehingga Allah SWT memberi kemudahan diriku untuk menundukkan seekor harimau sebagaimana yang engkau lihat sendiri. Semuanya terjadi lantaran kesabaranku kepadanya. Lalu aku menikah lagi dengan perempuan yang sholihah ini. Aku sangat gembira mendapatkannya, maka harimau itupun dijauhkan dari diriku. Aku memanggul sendiri kayu bakar sekarang lantaran kegembiraanku.”

Anda Bisa Jika Anda Berpikir Bisa

1 Komentar


Seekor gajah yang diikat kakinya sejak kecil dengan seutas rantai sepanjang 4 meter, ketika dia dewasa dia tidak akan melangkah keluar dari area lingkaran 4 meter walaupun rantainya sudah diganti dengan seutas benang. Itu bukan cerita, itu kisah nyata.

Kita sebagai manusia yang berakal budi ternyata juga mengalami trauma yang sama.

Teman saya sejak kecil tidak berani mengendarai sepeda, ketika kami remaja dan suka keliling kota dengan sepeda motor, dia selalu dibonceng teman lainnya, setelah kami dewasa beberapa teman mulai memakai mobil untuk aktivitasnya, tapi teman saya itu tetap tidak berani mengendarai apapun.

Anda juga pasti punya teman yg tidak pernah mau mencoba mengendarai sepeda/sepeda motor, apalagi mobil, selalu takut & merasa bahwa mengendarai motor atau mobil adalah sesuatu yg sangat sulit. Istri teman saya bisa mengendarai mobil, setiap hari dia menggunakan mobil untuk antar jemputnya ke dan dari sekolah, tapi dia hanya berani menggunakannya di dalam kompleks ( Perumahan ), selama lebih dari 5 tahun tidak pernah sekalipun dia berani mengendarai mobil keluar dari Kompleks perumahan.

Suatu hari anaknya sakit dan masuk rumah sakit yang jauh diluar Kompleks Perumahan, pafahal suaminya sedang tugas di luar kota. Terpaksa dia mengendari mobilnya pergi ke rumah sakit tersebut, dan sejak saat itu dia berani mengendarai mobilnya kemana saja, termasuk pulang pergi ke Luar Kota.

Ada staff di bagian keuangan yang sudah bekerja 5 tahun, tidak pernah bisa meraih promosi jabatan karena disana adalah jabatan fungsional yang buntu dengan jenjang karir, ketika saya tawarkan jabatan di bagian marketing, dia tidak berani mengambilnya karena merasa tidak mampu menjadi orang marketing.

Ada seorang salesman yang sudah bekerja 10 tahun, prestasinya bagus, disegani teman temannya, bahkan jadi tempat bertanya atasannya. Ketika ditawari jabatan supervisor dia menolak karena dia takut dengan pekerjaan administrasi dan takut kalau nanti suatu hari naik lagi jadi distrik manager yang sarat dengan tugas tugas di atas meja, dia merasa tidak bisa mengerjakan pekerjaan adminitrasi.

Ada seorang manager yang mendapatkan tawaran posisi sebagai country manager di sebuah negara maju di Eropa, dia mencoba menjalankannya selama 1 bulan disana, lalu bulan depannya dia kembali dan menolak jabatan tersebut, padahal fasilitas dan gaji yang diterima sangat menggiurkan. Ketika saya tanya mengapa dia menolak, dia menjawab bahwa disana sulit sekali cari makan, dia tidak bisa kenyang kalau hanya makan roti, kentang, daging, pizza. Harus Nasi, hanya nasi yang bisa membuat dia kenyang.

……………………………………………………………………………………………………………….

Dear teman2-teman sekalian, coba anda lihat diri anda sendiri, adakah seutas benang yang memhambat diri anda saat ini? Putuskan benang itu, bergeraklah maju lebih dari lingkaran yang selama ini mengurung anda. Anda pasti bisa kalau anda berpikir anda bisa, anda akan gagal kalau anda selalu berpikir anda akan gagal. Peluang demi peluang muncul setiap hari, dan karena selama ini anda menutup mata anda, telinga anda, pikiran anda, diri anda, hidup anda, maka peluang itu menjadi bukan peluang, lewat begitu saja.

Mulailah melangkah sedikit demi sedikit kalau anda masih gamang, lalu berlari cepat setelah anda lebih yakin lagi. Jangan sia siakan setiap peluang untuk maju, untuk berhasil, demi diri anda sendiri dan orang2 yg anda cintai.
============================================
Sumber artikel, dari buku:
Sudarmono, Dr.(2010). Mutiara Kalbu Sebening Embun Pagi, 1001 Kisah Sumber Inspirasi, Idea Press, Yogyakarta. Hal. 1-2. ISBN 978-6028-686-402.

Antara Burung, Cacing dan Manusia

Tinggalkan komentar


Bila kita sedang mengalami kesulitan hidup karena himpitan kebutuhan materi, maka cobalah kita ingat pada burung dan cacing.

Kita lihat burung tiap pagi keluar dari sarangnya untuk mencari makan. Tidak terbayang sebelumnya kemana dan dimana ia harus mencari makanan yang diperlukan. Karena itu kadangkala sore hari ia pulang dengan perut kenyang dan bisa membawa makanan buat keluarganya, tapi kadang makanan itu cuma cukup buat keluarganya, sementara ia harus “puasa”. Bahkan seringkali ia pulang tanpa membawa apa-apa buat keluarganya sehingga ia dan keluarganya harus “berpuasa”. Meskipun burung lebih sering mengalami kekurangan makanan karena tidak punya “kantor” yang tetap, apalagi setelah lahannya banyak yang diserobot manusia, namun yang jelas kita tidak pernah melihat ada burung yang berusaha untuk bunuh diri.

Kita tidak pernah melihat ada burung yang tiba-tiba menukik membenturkan kepalanya ke batu cadas. Kita tidak pernah melihat ada burung yang tiba-tiba menenggelamkan diri ke sungai. Kita tidak pernah melihat ada burung yang memilih meminum racun untuk mengakhiri penderitaannya. Kita lihat burung tetap optimis akan rizki yang dijanjikan Allah.

Kita lihat, walaupun kelaparan, tiap pagi ia tetap berkicau dengan merdunya. Tampaknya burung menyadari benar bahwa demikianlah hidup, suatu waktu berada diatas dan dilain waktu terhempas ke bawah. Suatu waktu kelebihan dan di lain waktu kekurangan. Suatu waktu kekenyangan dan dilain waktu kelaparan.

Sekarang marilah kita lihat hewan yang lebih lemah dari burung, yaitu cacing. Kalau kita perhatikan, binatang ini seolah-olah tidak mempunyai sarana yang layak untuk survive atau bertahan hidup. Ia tidak mempunyai kaki, tangan, tanduk atau bahkan mungkin ia juga tidak mempunyai mata dan telinga. Tetapi ia adalah makhluk hidup juga dan, sama dengan makhluk hidup lainnya, ia mempunyai perut yang apabila tidak diisi maka ia akan mati. Tapi kita lihat, dengan segala keterbatasannya, cacing tidak pernah putus asa dan frustasi untuk mencari rizki. Tidak pernah kita menyaksikan cacing yang membentur-benturkan kepalanya ke batu.

Sekarang kita lihat manusia. Kalau kita bandingkan dengan burung atau cacing, maka sarana yang dimiliki manusia untuk mencari nafkah jauh lebih canggih.

Tetapi kenapa manusia yang dibekali banyak kelebihan ini seringkali kalah dari burung atau cacing? Mengapa manusia banyak yang putus asa lalu bunuh diri menghadapi kesulitan yang dihadapi? Padahal rasa-rasanya belum pernah kita lihat cacing yang berusaha bunuh diri karena putus asa. Rupa-rupanya kita perlu banyak belajar dari burung dan cacing.

MANGKUK TAK BERALAS

Tinggalkan komentar


Seorang raja bersama pengiringnya keluar dari istananya untuk menikmati udara pagi. Di keramaian, ia berpapasan dengan seorang pengemis. Sang raja menyapa pengemis ini:

“Apa yang engkau inginkan dari dariku?”

Si pengemis itu tersenyum dan berkata : “Tuanku bertanya, seakan-akan tuanku dapat memenuhi permintaan hamba.”

Sang raja terkejut, ia merasa tertantang : “Tentu saja aku dapat memenuhi permintaanmu. Apa yang engkau minta, katakanlah!

Maka menjawablah sang pengemis: “Berpikirlah dua kali, wahai tuanku, sebelum tuanku menjanjikan apa-apa.”

Rupanya sang pengemis bukanlah sembarang pengemis. Namun raja tidak merasakan hal itu. Timbul rasa angkuh dan tak senang pada diri raja, karena mendapat nasihat dari seorang pengemis.

“Sudah aku katakan, aku dapat memenuhi permintaanmu. Apapun juga! Aku adalah raja yang paling berkuasa dan kaya-raya.”

Dengan penuh kepolosan dan kesederhanaan si pengemis itu mengangsurkan mangkuk penadah sedekah: “Tuanku dapat mengisi penuh mangkuk ini dengan apa yang tuanku inginkan.”

Bukan main! Raja menjadi geram mendengar ‘tantangan’ pengemis dihadapannya. Segera ia memerintahkan bendahara kerajaan yang ikut dengannya untuk mengisi penuh mangkuk pengemis kurang ajar ini dengan emas! Kemudian bendahara menuangkan emas dari pundi-pundi besar yang di bawanya ke dalam mangkuk sedekah sang pengemis. Anehnya, emas dalam pundi-pundi besar itu tidak dapat mengisi penuh mangkuk sedekah.

Tak mau kehilangan muka di hadapan rakyatnya, sang raja terus memerintahkan bendahara mengisi mangkuk itu. Tetapi mangkuk itu tetap kosong. Bahkan seluruh perbendaharaan kerajaan: emas, intan berlian, ratna mutumanikam telah habis dilahap mangkuk sedekah itu. Mangkuk itu seolah tanpa dasar, berlubang.

Dengan perasaan tak menentu, sang raja jatuh bersimpuh di kaki si pengemis bukan pengemis biasa, terbata-bata ia bertanya : “Sebelum berlalu dari tempat ini, dapatkah tuan menjelaskan terbuat dari apakah mangkuk sedekah ini?”

Pengemis itu menjawab sambil tersenyum : “Mangkuk itu terbuat dari keinginan manusia yang tanpa batas. Itulah yang mendorong manusia senantiasa bergelut dalam hidupnya. Ada kegembiraan, gairah memuncak di hati, pengalaman yang mengasyikkan kala engkau menginginkan sesuatu. Ketika akhirnya engkau telah mendapatkan keinginan itu, semua yang telah kau dapatkan itu, seolah tidak ada lagi artinya bagimu. Semuanya hilang ibarat emas intan berlian yang masuk dalam mangkuk yang tak beralas itu. Kegembiraan, gairah, dan pengalaman yang mengasyikkan itu hanya tatkala dalam proses untuk mendapatkan keinginan. Begitu saja seterusnya, selalu kemudian datang keinginan baru. Orang tidak pernah merasa puas. Ia selalu merasa kekurangan. Anak cucumu kelak mengatakan : power tends to corrupt; kekuasaan cenderung untuk berlaku tamak.”

Raja itu bertanya lagi : “Adakah cara untuk dapat menutup alas mangkuk itu?”

“Tentu ada, yaitu rasa syukur kepada Allah SWT. Jika engkau pandai bersyukur, Allah akan menambah nikmat padamu.”*

Ucap sang pengemis itu, sambil ia berjalan kemudian menghilang dari mata khalayak.

*[dari QS Ibraahiim; 14:7]

WONG FEI HUNG, ISLAM TILL DIE

1 Komentar


Selama ini kita hanya mengenal Wong Fei Hung sebagai jagoan Kung fu dalam film Once Upon A Time in China. Dalam film itu, karakter Wong Fei Hung diperankan oleh aktor terkenal Hong Kong, Jet Li. Namun siapakah sebenarnya Wong Fei Hung?

Wong Fei Hung adalah seorang Ulama, Ahli Pengobatan, dan Ahli Beladiri legendaris yang namanya ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional China oleh pemerintah China. Namun Pemerintah China sering berupaya mengaburkan jatidiri Wong Fei Hung sebagai seorang muslim demi menjaga supremasi kekuasaan Komunis di China.

Wong Fei-Hung dilahirkan pada tahun 1847 di Kwantung (Guandong) dari keluarga muslim yang taat. Nama Fei pada Wong Fei Hung merupakan dialek Canton untuk menyebut nama Arab, Fais. Sementara Nama Hung juga merupakan dialek Kanton untuk menyebut nama Arab, Hussein. Jadi, bila di-bahasa-arab-kan, namanya ialah Faisal Hussein Wong.

Ayahnya, Wong Kay-Ying adalah seorang Ulama, dan tabib ahli ilmu pengobatan tradisional, serta ahli beladiri tradisional Tiongkok (wushu/kungfu). Ayahnya memiliki sebuah klinik pengobatan bernama Po Chi Lam di Canton (ibukota Guandong). Wong Kay-Ying merupakan seorang ulama yang menguasai ilmu wushu tingkat tinggi. Ketinggian ilmu beladiri Wong Kay-Ying membuatnya dikenal sebagai salah satu dari Sepuluh Macan Kwantung. Posisi Macan Kwantung ini di kemudian hari diwariskannya kepada Wong Fei Hung.

Kombinasi antara pengetahuan ilmu pengobatan tradisional dan teknik beladiri serta ditunjang oleh keluhuran budi pekerti sebagai Muslim membuat keluarga Wong sering turun tangan membantu orang-orang lemah dan tertindas pada masa itu. Karena itulah masyarakat Kwantung sangat menghormati dan mengidolakan Keluarga Wong.

Pasien klinik keluarga Wong yang meminta bantuan pengobatan umumnya berasal dari kalangan miskin yang tidak mampu membayar biaya pengobatan. Walau begitu, Keluarga Wong tetap membantu setiap pasien yang datang dengan sungguh-sungguh. Keluarga Wong tidak pernah pandang bulu dalam membantu, tanpa memedulikan suku, ras, agama, semua dibantu tanpa pamrih.

Secara rahasia, keluarga Wong terlibat aktif dalam gerakan bawah tanah melawan pemerintahan Dinasti Ch’in yang korup dan penindas. Dinasti Ch’in ialah Dinasti yang merubuhkan kekuasaan Dinasti Yuan yang memerintah sebelumnya. Dinasti Yuan ini dikenal sebagai satu-satunya Dinasti Kaisar Cina yang anggota keluarganya banyak yang memeluk agama Islam.

Wong Fei-Hung mulai mengasah bakat beladirinya sejak berguru kepada Luk Ah-Choi yang juga pernah menjadi guru ayahnya. Luk Ah-Choi inilah yang kemudian mengajarinya dasar-dasar jurus Hung Gar yang membuat Fei Hung sukses melahirkan Jurus Tendangan Tanpa Bayangan yang legendaris. Dasar-dasar jurus Hung Gar ditemukan, dikembangkan dan merupakan andalan dari Hung Hei-Kwun, kakak seperguruan Luk Ah-Choi. Hung Hei-Kwun adalah seorang pendekar Shaolin yang lolos dari peristiwa pembakaran dan pembantaian oleh pemerintahan Dinasti Ch’in pada 1734.

Hung Hei-Kwun ini adalah pemimpin pemberontakan bersejarah yang hampir mengalahkan dinasti penjajah Ch’in yang datang dari Manchuria (sekarang kita mengenalnya sebagai Korea). Jika saja pemerintah Ch’in tidak meminta bantuan pasukan-pasukan bersenjata bangsa asing (Rusia, Inggris, Jepang), pemberontakan pimpinan Hung Hei-Kwun itu niscaya akan berhasil mengusir pendudukan Dinasti Ch’in.

Setelah berguru kepada Luk Ah-Choi, Wong Fei-Hung kemudian berguru pada ayahnya sendiri hingga pada awal usia 20-an tahun, ia telah menjadi ahli pengobatan dan beladiri terkemuka. Bahkan ia berhasil mengembangkannya menjadi lebih maju. Kemampuan beladirinya semakin sulit ditandingi ketika ia berhasil membuat jurus baru yang sangat taktis namun efisien yang dinamakan Jurus Cakar Macan dan Jurus Sembilan Pukulan Khusus.

Selain dengan tangan kosong, Wong Fei-Hung juga mahir menggunakan bermacam-macam senjata. Masyarakat Canton pernah menyaksikan langsung dengan mata kepala mereka sendiri bagaimana ia seorang diri dengan hanya memegang tongkat berhasil menghajar lebih dari 30 orang jagoan pelabuhan berbadan kekar dan kejam di Canton yang mengeroyoknya karena ia membela rakyat miskin yang akan mereka peras.

Dalam kehidupan keluarga, Allah banyak mengujinya dengan berbagai cobaan. Seorang anaknya terbunuh dalam suatu insiden perkelahian dengan mafia Canton. Wong Fei-Hung tiga kali menikah karena istri-istrinya meninggal dalam usia pendek. Setelah istri ketiganya wafat, Wong Fei-Hung memutuskan untuk hidup sendiri sampai kemudian ia bertemu dengan Mok Gwai Lan, seorang perempuan muda yang kebetulan juga ahli beladiri.

Mok Gwai Lan ini kemudian menjadi pasangan hidupnya hingga akhir hayat. Mok Gwai Lan turut mengajar beladiri pada kelas khusus perempuan di perguruan suaminya.

Pada 1924 Wong Fei-Hung meninggal dalam usia 77 tahun. Masyarakat Cina, khususnya di Kwantung dan Canton mengenangnya sebagai pahlawan pembela kaum mustad’afin (tertindas) yang tidak pernah gentar membela kehormatan mereka. Siapapun dan berapapun jumlah orang yang menindas orang miskin, akan dilawannya dengan segenap kekuatan dan keberanian yang dimilikinya.

Wong Fei-Hung wafat dengan meninggalkan nama harum yang membuatnya dikenal sebagai manusia yang hidup mulia, salah satu pilihan hidup yang diberikan Allah kepada seorang muslim selain mati Syahid. Semoga segala amal ibadahnya diterima di sisi Alah Swt dan semoga segala kebaikannya menjadi teladan bagi kita, generasi muslim yang hidup setelahnya. Amin.

Inilah bukti jika semua manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah/suci
Yaitu ia telah mengakui bahwa Tuhan itu cuma 1
Maka saat ada ajaran Tuhan 3 tapi satu
Ini jelas bertentangan dengan hati nurani
Dengan itulah orang yang baru memeluk Islam
Maka ia bukan berpindah agama, tapi kembali pada fitrah Islam
Menyembah hanya pada 1 Allah saja….. TITIK !!!

Semoga ini menjadi renungan bagi “saudara”2 sekitar kita yang murtad hanya karena sekeping perak & seonggok cinta fana…

Sementara justru orang berada, intelektual, publik figur & para pemimpin dan justru para pemimpin + pemuka agama lain baik di barat maupun di timur malah masuk Islam dengan Ikhlas & sadar jika cuma Islam satu-satunya agama yang benar.

Lihat saudara2 kita yang miskin, mereka didatangi missionaries kristen & menawarkan sekeping harta agar saudara kita murtad, mari kita tengok & perhatikan saudara sekitar kita.

2,5% harta zakat kita berikan pada fakir miskin secara langsung. Ini akan lebih meresap dihati karena setiap ibadah adalah untuk menyucikan jiwa. Zakat ialah syariat, tapi hakikatnya ia menyucikan jiwa dengan menghilangkan kikir, tamak, rakus, menumbuhkan rasa sayang sesama, ikhlas, menolong dan lainnya.

Ma’rifatnya ialah bersyukur pada Allah yang telah memberi begitu banyaknya nikmat yang tak terhingga dan lainnya.

Qs.3 Ali Imran:85. Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.

Tiga Belas Penawar Racun Kemaksiatan

Tinggalkan komentar


Tiga Belas Penawar Racun Kemaksiatan

Berikut ini ada beberapa terapi mujarab untuk menawar racun kemaksiatan.
1. Anggaplah besar dosamu
Abdullah bin Mas’ud radhiallahu anhu berkata, ”Orang beriman melihat
dosa-dosanya seolah-olah ia duduk di bawah gunung, ia takut gunung
tersebut menimpanya. Sementara orang yang fajir (suka berbuat dosa)
dosanya seperti lalat yang lewat di atas hidungnya.”

2. Janganlah meremehkan dosa
Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda, ”Janganlah kamu
meremehkan dosa, seperti kaum yang singgah di perut lembah. Lalu
seseorang datang membawa ranting dan seorang lainnya lagi datang membawa
ranting sehingga mereka dapat menanak roti mereka. Kapan saja orang yang
melakukan suatu dosa menganggap remeh suatu dosa, maka itu akan
membinasakannya.” (HR. Ahmad dengan sanad yang hasan)

3. Janganlah mujaharah (menceritakan dosa)
Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda, ”Semua umatku dimaafkan
kecuali mujahirun (orang yang berterus terang). Termasuk mujaharah ialah
seseorang yang melakukan suatu amal (keburukan) pada malam hari kemudian
pada pagi harinya ia membeberkannya, padahal Allah telah menutupinya, ia
berkata, ‘Wahai fulan, tadi malam aku telah melakukan demikian dan
demikian’. Pada maalm hari Tuhannya telah menutupi kesalahannya tetapi
pada pagi harinya ia membuka tabir Allah yang menutupinya.” (HR.
Bukhari dan Muslim)

4. Taubat nasuha yang tulus
Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda, ”Allah lebih bergembira
dengan taubat hamba-Nya tatkala bertaubat daripada seorang di antara
kamu yang berada di atas kendaraannya di padang pasir yang tandus.
Kemudian kendaraan itu hilang darinya, padahal di atas kendaraan itu
terdapat makanan dan minumannya. Ia sedih kehilangan hal itu, lalu ia
menuju pohon dan tidur di bawah naungannya dalam keaadaan bersedih
terhadap kendaraannya. Saat ia dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba
kendaraannya muncul di dekatnya, lalu ia mengambil tali kendalinya.
Kemudian ia berkata, karena sangat bergembira, ‘Ya Allah Engkau adalah
hambaku dan aku adalah Tuhanmu’. Ia salah ucap karena sangat
bergembira”. (HR. Bukhari dan Muslim)

5. Jika dosa berulang, maka ulangilah bertaubat
Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu berkata, ”Sebaik-baik kalian adalah
setiap orang yang diuji (dengan dosa) lagi bertaubat.” ditanyakan,
‘Jika ia mengulangi lagi?’ Ia menjawab, ‘Ia beristighfar kepada Allah
dan bertaubat.’ Ditanyakan, ‘Jika ia kembali berbuat dosa?’ Ia menjawab,
‘Ia beristighfar kepada Allah dan bertaubat.’ Ditanyakan, ‘Sampai
kapan?’ Dia menjawab, ‘Sampai setan berputus asa.”’

6. Jauhi faktor-faktor penyebab kemaksiatan
Orang yang bertaubat harus menjauhi situasi dan kondisi yang biasa ia
temui pada saat melakukan kemaksiatan serta menjauh darinya secara
keseluruhan dan sibuk dengan selainnya.

7. Senantiasa beristighfar

Saat-saat beristighfar:

a. Ketika melakukan dosa

b. Setelah melakukan ketaatan

c. Dalam dzikir-dzikir rutin harian

d. Senantiasa beristighfar setiap saat

Rasulullah shalallahu alaihi wa salam beristighfar kepada Allah dalam
sehari lebih dari 70 kali (dalam hadits lain 100 kali).

8. Apakah anda berjanji kepada Allah untuk meninggalkan
kemaksiatan?
Tidak ada bedanya antara orang yang berjanji kepada Allah (berupa nadzar
atas tebusan dosa yang dilakukannya) dengan orang yang tidak
melakukannya. Karena yang menyebabkan dirinya terjerumus ke dalam
kemksiatan tidak lain hanyalah karena panggilan syahwat (hawa nafsu)
lebih mendominasi dirinya daripada panggilan iman. Janji tersebut tidak
dapat melakukan apa-apa dan tidak berguna.

9. Melakukan kebajikan setelah keburukan
Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda, ”Bertakwalah kepada
Allah di mana saja kamu berada, dan iringilah keburukan dengan kebajikan
maka kebajikan itu akan menghapus keburukan tersebut, serta
perlakukanlah manusia dengan akhlak yang baik.” (HR. Ahmad dan
Tirmidzi. Tirmidzi menilai hadits ini hasan shahih)

10. Merealisasikan tauhid
Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda, ”Allah ‘Azza wa Jalla
berfirman, ‘Barangsiapa yang melakukan kebajikan, maka ia mendapatkan
pahala sepuluh kebajikan dan Aku tambah dan barangsiapa yang melakukan
keburukan keburukan, maka balasannya satu keburukan yang sama, atau
diampuni dosanya. Barangsiapa yang mendekat kepada-Ku sejengkal, maka
Aku mendekat kepadanya sehasta dan barangsiapa yang mendekat kepada-ku
sehasta, maka Aku mendekat kepadanya sedepa; barangsiapa yang datang
kepada-ku dengan berjalan, maka Aku datang kepadanya dengan berlari.
Barangsiapa yang menemui-Ku dengan dosa sepenuh bumi tanpa menyekutukan
Aku dengan sesuatu apapun, maka Aku menemuinya dengan maghfirah yang
sama.” (HR. Muslim dan Ahmad)

11. Jangan berpisah dengan orang-orang yang baik

a. Persahabatan dengan orang-orang baik adalah amal shalih

b. Mencintai orang-orang shalih menyebabkan sesorang bersama mereka,
walaupun ia tidak mencapai kedudukan mereka dalam amal

c. Manusia itu ada 3 golongan

i. Golongan yang membawa dirinya dengan kendali takwa dan mencegahnya
dari kemaksiatan. Inilah golongan terbaik.

ii. Golongan yang melakukan kemaksiatan dalam keadaan takut dan
menyesal. Ia merasa dirinya berada dalam bahaya yang besar, dan ia
berharapa suatu hari dapat berpisah dari kemaksiatan tersebut.

iii. Golongan yang mencari kemaksiatan, bergembira dengannya dan
menyesal karena kehilangan hal itu.

d. Penyesalan dan penderitaan karena melakukan kemaksiatan hanya dapat
dipetik dari persahabatan yang baik

e. Tidak ada alasan untuk berpisah dengan orang-orang yang baik

12. Jangan tinggalkan da’wah
Said bin Jubair berkata, ”Sekiranya sesorang tidak boleh menyuruh
kebajikan dan mencegah dari kemungkaran sehingga tidak ada dalam dirinya
sesuatu (kesalahanpun), maka tidak ada seorangpun yang menyeru kepada
kebajikan dan mencegah dari kemungkaran.” Imam malik berkomentar, ”Ia
benar. Siapakah yang pada dirinya tidak ada sesuatupun (kesalahan).”

13. Jangan cela orang lain karena perbuatan dosanya
Rasulullah shalallahu alaihi wa salam menceritakan kepada para shahabat
bahwasanya seseorang berkata, ”Demi Allah, Allah tidak akan mengampuni
si fulan.” Allah swt berkata, ”Siapakah yang bersumpah atas nama-Ku
bahwa Aku tidak mengampuni si fulan? Sesungguhnya Aku telah mengampuni
dosanya dan Aku telah menghapus amalmu.” (HR. Muslim).

Disadur secara ringkas dari buku 13 Penawar Racun kemaksiatan
terjemahan dari kitab Sabiilun najah min syu’mil ma’shiyyah)
karangan Muhammad bin Abdullah Ad-Duwaisy, terbitan Darul Haq, Jakarta.

Sebutan Gus,

Tinggalkan komentar


Seorang sahabat bertanya melalui pesan masuk padaku mengapa di tradisi di nadliyin ada sebutan gus untuk para putra kyai? Taman yang bertanya bener-beenr ndak paham karana dia seorang mualaf.Temenku bertanya terkait dengn kekagumannya saat menyasikan penghantaran jenazah GD.

Nahh atas pertanyaan itu saya ndak bisa menjawab secara riteratur. Saya hanya sampaikan Gus itu sebutan di Jawa yang bisa berarti mas atau kang. Gus itu bukan derajat dan pangkat. Gus itu berbeda dengan raden atau sebutan kebangasawanan lainnya. Di sekitar lingkungan pesantren para tetangga pesantren juga menyebut/memanggil gus pada para santri. Mereka mengetahui para santri itu berakhlak yang baik, sopan, tawadlu’, punya tata krama dan norma-norma agama. Makanya dipanngil Gus. Panggilan ini juga untuk menciptakan situasi yang familiar dan akrab. Justru sebenarnya dengn panggilan gus tiada jarak. Sama-sama hamba Allah yang harus jaga aklak, budi pekerti luhur dan agama.

Lebih dari itu panggilan tersebut untuk membiasakan agar kita tidak langsung panggil namanya.Apalagi terhadap putra guru dan murrobbi. Putra kyai itu putranya orang sholeh. Terkait keturunan orang sholeh, saya memiliki catatan di bawah ini. Saya lupa apakah catatanku ini hadits atau sekedar maqola atau pandangan ulama’.

إِنَّ اللهَ تَعَالَى يَحْفَظُ الْعَبْدَ الْمُؤْمِنَ فِى وَلَدِهِ وَفِى وَلَدِ وَلَدِهِ

وَيَحْفَظُهُ فِى دُوَيْرَتِهِ وَفِى دُوَيْرَاتٍ حَوْلَهُ …

Sesungguhnya Allah Ta’ala yang Maha Mulia senantiasa menjaga anak dan cucu hambaNya yang beriman, Menjaga rumahnya dan rumah–rumah sekitarnya

Bagaimana Allah Ta’ala menjaga keturunan orang yang sholeh? Kita dapat bercermin dari kisah diutusnya nabi Hidhir. Allah Ta’ala mengutus nabi Hidhir untuk menegakkan kembali dinding yang hendak roboh milik dua anak yatim yang dulunya ayah mereka adalah seorang yang sholeh. Hal ini bisa kita pelajari dalam al Qur’an surat al Kahfi

“…kemudian kedua mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, maka Hidhir menegakkan dinding itu…” QS al Kahfi: 77

“Dan adapun dinding rumah itu adalah milik dua orang anak yatim di kota itu dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua. Sedang ayah mereka adalah seorang yang sholeh…”QS al Kahfi: 82.

Keturunan orang sholeh dijaga oleh Allah Ta’ala. Tentu saja hal ini sangat-sangat wajar, mengapa? Yaaa karena orang-orang sholeh telah berinvestasi do’a dan amal serta kemaslahan bagi umatnya. Yaaa karena orang-orang sholeh telah yang mengajarkan ilmunya telah menghasilkan kader, generasi yang juga memberikan do’a dan amal serta kemaslahan bagi umatnya. Maka investasi dari para murid juga kembali ke orang sholeh dan keturunannya.

Terkait keberadaan orang sholeh disebutkan di al Qur’an Surat al Anbiya’ ayat 105

وَلَقَدْ كَتَبْـنَا فِى الزَّبُوْرِ مِنْ بَعْدِ الذِّكْرِ أَنَّ اْلأَرْضَ يَرِثُهَا عِبَادِيَ الصَّالِحُوْنَ

Dan sungguh telah Kami tulis didalam Zabur sesudah (kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dijaga hamba-hambaKu yang saleh

Dari rahasianya Allah Ta’ala selalu menjaga orang yang sholeh dan kerutunanny. Tentu untuk menjaga bumi dan segala yang ada di dalamnya. Insya Allah demikian.

Refleksi, Rindu Rosulullah

Tinggalkan komentar


Napoleon Bonaparte adalah seorang petarung besar yang disebut Singa Perancis. Ia tidak kenal takut di medan perang. Ia amat mencintai negeri dan bangsanya. Dan senantiasa mengagung-agungkan bendera negaranya.

Tetapi, akhir nasibnya sangat mengenaskan. Ia ditangkap dan di buang ke pulau Elba, sebuah pulau kecil dan terpencil.
Disana Napoleon diserang penyakit malaria, yang tak kenal kasihan. Sakitnya parah dan tidak terobati.
Dalam sakaratul maut, nama siapakah yang diucap-ucap oleh pemimpin besar itu? Apakah bangsanya, negaranya, atau rakyatnya, yang konon sangat dicintainya?

Bukan…

Waktu mau mati Napoleon Bonaparte justru memanggil nama kekasih hatinya,
“Josephine…Josephine…”

Lalu, siapakah tidak mengenal Adolf Hitler, sang fuhrer dari jerman yang amat ditakuti?
Bila matanya menatap tajam, berarti darah mengalir. Bila telunjuknya menuding, berarti ratusan ribu manusia tidak berdosa di bantai di kamar gas. Bila mulutnya berteriak, berati ratusan bom meledak, menghancurkan gedung-gedung dan menimbulkan ratap tragis.

Ia mengaku paling jaya. Ia menganggap bangsanya kaum Aria adalah ras paling mulia.
Ia merasa berhak menyebarkan maut dan malapetaka.

Tetapi, apa yang terjadi pada waktu ia sudah di kalahkan dan bersembunyi di dalam sebuah bunker gelap kota Berlin? Apakah sebelum melakukan bunuh diri Hitler memeluk bendera swastika yang dipujanya? Apakah ia menyebut-nyebut negerinya dan bangsa jerman yang konon di cintainya?

Tidak.

Yang disebut-sebut namanya oleh Hitler, saat hendak nekat menembak dirinya adalah Eva Braun, Kekasihnya.

Tidak demikian yang tercatat dalam detik-detik penghabisan seorang pemimpin besar lainnya, NABI MUHAMMAD SAW. sang kekasih ALLOH, yang kedatangannya merupakan rahmat bagi semesta alam.

Waktu hendak wafat yang di seru-seru lewat bibirnya, yang keluar bukan anak tercintanya, Fatimah, bukan cucu-cucunya tersayang, dan bukan pula istrinya.

Rosululloh justru memanggil-manggil,
“Ya Alloh…Ummati…Ummati…”
(Ya Alloh…Umatku…Umatku…)

Dengan mengucap-ucap umatnya itulah beliau meninggalkan dunia yang fana ini.
Cintanya kepada umatnya dibawanya hingga ke liang lahat dan ke dalam alam keabadian…

Allohumma sholli ‘alaa Muhammad
Ya…Robbi sholli alaihi wassalim…
Allohumma sholli ‘alaa Muhammad
Ya…Robbi sholli alaihi wassalim…

“Sungguh telah datang kepada kalian seorang Rasul dari kaum kalian sendiri. Ia merasakan beratnya penderitaan kalian, sangat mendambakan (keimanan dan keselamatan) kalian, dan amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang beriman” (QS 9:128)

***************************************************

kawan… semuanya memanggil yang di cintai, begitu pula Rosululloh, mati dalam cinta kepada umatnya.

lalu, bagaimana dengan kita???

apakah bisa di sebut mencintai Rosululloh,
sedangkan bersholawat saja tidak ???

sesungguhnya orang yang yang sombong itu ialah ketika di sebut nama rosululloh, ia tidak bersholawat kepadanya.

Innalloha wa malaaikatu yushollu na’ alaannabiy ayyuhaa alladziina aamanuu sholluu ‘alayhi wasallimuu tasliimaa…

Sesungguhnya Alloh dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (AL AHZAB ayat 56)

***********************************************

Thola’al badru ‘alayna…
Min-tsaniyyatil wada’
(telah muncul rembulan kepada kami, dari bukit wada’ )

Wajabasy syukru ‘alayna
Ma da’a lillahi da’

(Wajiblah kita bersyukur
selama ada seseorang yang menyeru ke jalan Alloh)

Ayyuhal mab’u-tsu fiina.
Ji’ta bil amril mutho’
Anta ghow-tsuna jami’a.
Ya mujammalath thiba’

(Wahai rasul yang diutuskan ke atas kami
Engkau datang membawa kebaikan untuk kami taati
Engkau adalah penolong kami (pemberi syafaat)
Wahai nabi yang mempunyai berbudi pekerti)

Anta syamsun, anta badrun, anta nurun fauqo nuur
(Engkau bagaikan matahari, engakau bagaikan bulan purnama, cahaya di atas cahaya)

Anta Iksiru Wagholi , Anta Misbahush Shudur
(Engkau bagaikan emas yang mahal harganya, Engkaulah pelita yang menerangi seluruh hati)

Wortel , Telur dan Kopi

Tinggalkan komentar


Seorang anak mengeluh pada ayahnya mengenai kehidupannya dan menanyakan mengapa hidup ini terasa begitu berat baginya. Ia tidak tahu bagaimana menghadapinya dan hampir menyerah. Ia sudah lelah untuk berjuang. Sepertinya setiap kali satu masalah selesai, timbul masalah baru.

Ayahnya, seorang koki, membawanya ke dapur. Ia mengisi 3 panci dengan air dan menaruhnya di atas api. Setelah air di panci-panci tersebut mendidih. Ia menaruh wortel di dalam panic pertama, telur di panci kedua dan ia menaruh kopi bubuk di panci terakhir. Ia membiarkannya mendidih tanpa berkata-kata. Si anak membungkam
dan menunggu dengan tidak sabar, memikirkan apa yang sedang dikerjakan sang ayah. Setelah 20 menit, sang ayah mematikan api. Ia menyisihkan wortel dan menaruhnya di mangkuk, mengangkat telur dan meletakkannya di mangkuk yang lain, dan menuangkan kopi di mangkuk lainnya.

Lalu ia bertanya kepada anaknya, “Apa yang kau lihat, nak?” “Wortel, telur, dan kopi” jawab si anak. Ayahnya mengajaknya mendekat dan memintanya merasakan wortel itu. Ia melakukannya dan merasakan bahwa wortel itu terasa lunak. Ayahnya lalu memintanya mengambil telur dan memecahkannya. Setelah membuang kulitnya, ia mendapati sebuah telur rebus yang mengeras. Terakhir, ayahnya memintanya untuk mencicipi kopi. Ia tersenyum ketika mencicipi kopi dengan aromanya yang khas. Setelah itu, si anak bertanya, “Apa arti semua ini, Ayah?” Ayahnya menerangkan bahwa ketiganya telah menghadapi
kesulitan yang sama, perebusan, tetapi masing- masing menunjukkan reaksi yang berbeda.

Wortel sebelum direbus kuat, keras dan sukar dipatahkan. Tetapi setelah direbus, wortel menjadi lembut dan lunak.

Telur sebelumnya mudah pecah. Cangkang tipisnya melindungi isinya yang berupa cairan. Tetapi setelah direbus, isinya menjadi keras.

Bubuk kopi mengalami perubahan yang unik. Setelah berada di dalam rebusan air, bubuk kopi merubah air tersebut. “Kamu termasuk yang mana?,” Tanya ayahnya. “Ketika kesulitan mendatangimu, bagaimana kau menghadapinya? Apakah kamu wortel, telur atau kopi?”

Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu adalah wortel yang kelihatannya keras, tapi dengan adanya penderitaan dan kesulitan, kamu menyerah, menjadi lunak dan kehilangan kekuatanmu.

Apakah kamu adalah telur, yang awalnya memiliki hati lembut? Dengan jiwa yang dinamis, namun setelah adanya kematian, patah hati, perceraian atau pemecatan menjadi keras dan kaku. Dari luar kelihatan sama, tetapi apakah kamu menjadi pahit dan keras dengan jiwa dan hati yang kaku?

Ataukah kamu adalah bubuk kopi? Bubuk kopi merubah air panas, sesuatu yang menimbulkan kesakitan, untuk mencapai rasanya yang maksimal pada suhu 100 derajat Celcius. Ketika air mencapai suhu terpanas, kopi terasa semakin nikmat. Jika kamu seperti bubuk kopi, ketika keadaan menjadi semakin buruk, kamu akan menjadi semakin baik dan membuat keadaan di sekitarmu juga membaik.

=================================================
Sumber artikel, dari buku:
Sudarmono, Dr.(2010). Mutiara Kalbu Sebening Embun Pagi, 1001 Kisah Sumber Inspirasi, Idea Press, Yogyakarta. Hal. 23-24. ISBN 978-6028-686-402.

Cara mengatasi kebosanan Hidup ?

1 Komentar


semngat danboBismillahirahmanirahim
sahabatku semua yang dirahamti Allah, sebuah kisah menarik saya sajikan untukmu…………………….

Seorang pria mendatangi Sang Guru, “Guru, saya sudah bosan hidup. Sudah jenuh betul. Rumah tangga saya berantakan. Usaha saya kacau. Apapun yang saya lakukan selalu berantakan. Saya ingin mati”.
Sang Guru tersenyum, “Oh, kamu sakit”. “Tidak Guru, saya tidak sakit. Saya sehat. Hanya jenuh dengan kehidupan ini. Itulah sebabnya saya ingin mati”. Seolah-olah tidak mendengar pembelaannya. Sang Master meneruskan, “Kamu sakit. Dan penyakitmu itu sebutannya, ‘Alergi Hidup’. Ya, kamu alergi terhadap kehidupan”.
Banyak sekali di antara kita yang alergi terhadap kehidupan. Kemudian, tanpa disadari kita melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma-norma kehidupan. Hidup ini berjalan terus. Sungai kehidupan mengalir terus, tetapi kita menginginkan status-quo. Kita berhenti di tempat, kita tidak ikut mengalir. Itu sebabnya kita jatuh sakit. Kita mengundang penyakit. Resistensi kita, penolakan kita untuk ikut mengalir bersama kehidupan membuat kita sakit. Yang namanya usaha, pasti ada pasang-surutnya. Dalam hal berumah-tangga, bentrokan-bentrokan kecil itu memang wajar, lumrah. Persahabatan pun tidak selalu langgeng, tidak abadi. Apa sih yang langgeng, dan yang abadi dalam hidup ini ? Kita tidak menyadari tentang sifat kehidupan. Kita ingin mempertahankan suatu keadaan. Kemudian kita gagal, kecewa dan menderita…
“Penyakitmu itu bisa disembuhkan, asal kamu ingin sembuh dan bersedia mengikuti petunjuk-ku”. Demikian Sang Master menyarankan.
“Tidak Guru, tidak. Saya sudah betul-betul jenuh”. Tidak, saya tidak ingin hidup.” pria itu menolak tawaran Sang Guru.
“Jadi kamu tidak ingin sembuh?? “ Kamu betul-betul ingin mati?” tanya Sang Guru
“Ya, memang saya sudah bosan hidup”, pria itu kukuh menjawab.
“Baik, besok sore kamu akan mati. Ambillah botol obat ini. Setengah botol diminum malam ini, setengah botol lagi besok sore jam enam, dan jam delapan malam kau akan mati dengan tenang.” Perintah Sang Guru. Giliran pria tersebut bingung. Setiap Guru yang ia datangi selama ini selalu berupaya untuk memberikannya semangat untuk hidup. Yang satu ini aneh. Ia bahkan menawarkan racun. Tetapi, karena ia memang sudah betul-betul jenuh, ia menerimanya dengan senang hati.
Pulang kerumah, ia langsung menghabiskan setengah botol racun yang disebut “obat” oleh Sang Guru EDAN itu. Dan, ia merasakan ketenangan sebagaimana tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Begitu rileks, begitu santai !!!
Tinggal 1 malam, 1 hari, dan ia akan mati. Ia akan terbebaskan dari segala macam masalah. Malam itu, ia memutuskan untuk makan malam bersama keluarganya di restoran Jepang. Sesuatu yang sudah tidak pernah ia lakukan selama beberapa tahun terakhir. Pikir-pikir ini malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis. Sambil makan, ia bersenda gurau. Suasananya pun menjadi santai banget !
Sebelum tidur, ia mencium bibir istrinya dan membisiki di kupingnya, “Sayang, aku mencintaimu. “Karena malam itu adalah malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis !!”
Esoknya bangun tidur, ia membuka jendela kamar dan melihat ke luar. Tiupan angin pagi menyegarkan tubuhnya. Dan ia tergoda untuk melakukan jalan pagi. Pulang kerumah setengah jam kemudian, ia menemukan istrinya masih tertidur. Tanpa membangunkannya, ia masuk dapur dan membuat 2 cangkir kopi. Satu untuk dirinya, satu lagi untuk istrinya. Karena pagi itu adalah pagi terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis !!!
Di kantor, ia menyapa setiap orang, bersalaman dengan setiap orang. Stafnya pun bingung, “Hari ini, Boss kita kok aneh ya ?” Dan sikap mereka pun langsung berubah. Mereka pun menjadi lembut. Karena siang itu adalah siang terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis !!
Tiba-tiba, segala sesuatu di sekitarnya berubah. Ia menjadi ramah dan lebih toleran, bahkan apresiatif terhadap pendapat-pendapat yang berbeda. Tiba-tiba hidup menjadi indah. Ia mulai menikmatinya.
Pulang kerumah jam 5 sore, ia menemukan istri tercinta menungguinya di beranda depan. Kali ini justru sang istri yang memberikan ciuman kepadanya, “Sayang, sekali lagi aku minta maaf, kalau selama ini aku selalu merepotkan kamu.” Anak-anak pun tidak ingin ketinggalan, “Pi, maafkan kami semua. Selama ini, Papi selalu stres karena perilaku kami.” Tiba-tiba, sungai kehidupannya mengalir kembali. Tiba-tiba, hidup menjadi sangat indah. Ia mengurungkan niatnya untuk bunuh diri. Tetapi bagaimana dengan setengah botol yang sudah ia minum, sore sebelumnya ?

Ia mendatangi Sang Guru lagi. Melihat wajah pria itu, rupanya Sang Guru langsung mengetahui apa yang telah terjadi, “Buang saja botol itu. Isinya air biasa. Kau sudah sembuh?? Apa bila kau hidup dalam ke-kini-an, apabila kau hidup dengan kesadaran bahwa maut dapat menjemputmu kapan saja, maka kau akan menikmati setiap detik kehidupan ini !!!
Leburkan egomu, leburkan keangkuhanmu, leburkan kesombonganmu. Jadilah lembut, selembut air, dan mengalirlah bersama sungai kehidupan. Kau tidak akan pernah jenuh, tidak akan pernah bosan. Kau akan merasa hidup. Itulah rahasia kehidupan. Itulah kunci kebahagiaan. Itulah jalan menuju ketenangan”..
Pria itu mengucapkan terima kasih dan menyalami Sang Guru, lalu pulang ke rumah, untuk mengulangi pengalaman malam sebelumnya. Konon, ia masih mengalir terus. Ia tidak pernah lupa hidup dalam ke-kini-an. Itulah sebabnya, ia selalu bahagia, selalu tenang, selalu HIDUP !!!
…………….
Hidup bukanlah merupakan suatu beban yang harus dipikul tapi merupakan suatu anugerah untuk dinikmati. “Anda tidak akan pernah menang jika Anda tidak pernah memulai.”

=================================================
Sudarmono, Dr.(2010). Mutiara Kalbu Sebening Embun Pagi, 1001 Kisah Sumber Inspirasi, Idea Press, Yogyakarta. pp. 11-16. ISBN 978-6028-686-402.

semoga bermanfaat.

Semut dan Capung

Tinggalkan komentar


Seekor semut yang pikirannya tersusun dalam rencana teratur,
sedang mencari-cari madu ketika seekor capung hinggap
menghisap madu dari bunga itu. Capung itu melesat pergi
untuk kemudian datang kembali.

Kali ini Si Semut berkata,

“Kau ini hidup tanpa usaha, dan kau tak punya rencana.
Karena kau tak punya tujuan nyata ataupun kira-kira, apa
pula ciri utama hidupmu dan kapan pula berakhir?”

Kata Si Capung,

“Aku bahagia, dan aku mencari kesenangan, ini jelas ada dan
nyata. Tujuanku adalah tanpa tujuan. Kau boleh merencanakan
sekehendakmu; kau tak bisa meyakinkanku bahwa ada yang lebih
berharga daripada yang kulakukan ini. Kaulaksanakan saja
rencanamu, dan aku rencanaku.”

Semut berpikir,

“Yang tampak padaku ternyata tak tampak olehnya. Ia tahu apa
yang terjadi pada semut. Aku tahu apa yang terjadi pada
capung. Ia laksanakan rencananya, aku laksanakan rencanaku.”

Dan semutpun berlalu, sebab ia telah memberikan teguran
sebaik-baiknya dalam masalah itu.

Beberapa waktu sesudah itu, mereka pun bertemu lagi.

Si Semut menemukan kedai tukang daging, dan ia berdiri di
bawah meja tumpuan daging dengan bijaksana, menunggu saja
apa yang mungkin datang padanya.

Si Capung, yang melihat daging merah dari atas, menukik dan
hinggap diatasnya. Pada saat itu pula, parang tukang daging
berayun dan membelah capung itu menjadi dua.

Separoh tubuhnya jatuh di lantai dekat kaki semut itu.
Sambil menangkap bangkai itu dan mulai menyeretnya ke
sarang, semut itu berkata kepada dirinya sendiri.

“Rencananya tamat sudah, dan rencanaku terus berjalan. Ia
laksanakan rencananya -sudah berakhir, Aku laksanakan
rencanaku -mulai berputar. Kebanggaan tampaknya penting,
nyatanya hanya sementara. Hidup memakan, berakhir dengan
dimakan. Ketika aku katakan hal ini, yang mungkin
dipikirkannya adalah bahwa aku suka merusak kesenangan orang
lain.”

Catatan

Kisah yang hampir serupa ditemukan juga dalam karya Attar,
Kitab Ketuhanan, meskipun penerapannya agak berbeda. Versi
ini dikisahkan oleh seorang darwis Bokhara dekat makam
Al-Syah, yakni Bahaudin Naqsibandi, enam puluh tahun yang
lalu. Sumbernya adalah buku catatan seorang Sufi yang
disimpan dalam Masjid Agung di Jalalabad.

1 Tamparan menjawab 3 Pertanyaan

Tinggalkan komentar


Alkisah dalam negeri inspirasi ada seorang anak yang telah lama menuntut ilmu berkelana ke sebuah negeri satu ke negeri lain.

Suatu hari anak itu pulang ke rumahnya, dengan lagak yang sombong dia melarang orang tuanya memeluk dirinya menyambut kedatangannya, betapa sakit orang tuanya ketika sang anak bertingkah seperti itu, anak yang di tunggu-tunggu sekian lama ternyata berbuat sadis terhadap mereka, sang anak berkata lantang kepada orang tuanya,

” Wahai ayah…. ibu…. aku takkan menerima pelukan kalian dan aku akan keluar dari agama yang kalian ajarkan kepadaku apa bila kalian tak mampu menjawab pertanyaanku.” kata sang anak.

Orang tuanya menjawab, ” Mengapa kau seperti itu anakku ? Mengapa kau berubah setelah pergi dari kami ? Baiklah apa pertanyaa itu wahai anakku ? ”

” Ada 3 pertanyaan yang harus kalian jawab,
1. kalau tuhan itu ada bisakah kalian tunjukkan dimana Tuhan itu ?
2. Apakah yang dinamakan takdir?
3. Kalau syaitan diciptakan dari api, mengapa Tuhan memasukkannya ke dalam neraka, tentu tidak menyakitkan buat syaitan, sebab mereka mempunyai unsur yang sama dengan api. Apakah Tuhan tidak berfikir sejauh itu? alangkah naif Tuhan itu.” tanya sang anak.

Karena merasa tidak mampu menjawab, sang ayah membawa sang anak kepada syekh ayah waktu mencari ilmu dulu.

Setelah sampai pada tempat yang di tuju, sang anak dengan sombongnya kembali menanyakan pertanyaan yang tadi kepada syekh.

” Oh begitu……… hmmmmm…ya ya ya…..” jawab Syekh, datar penuh wibawa.

Seketika itu juga sang syekh menampar anak, ” Plak……..”

Sang anak kaget, ” Mengapa kau menamparku wahai orang, apakah karena kau tak bisa menjawab pertanyaanku lantas kau menamparku…? ” tanya sang anak.

Syekh tersenyum melihat anak marah, ” He…he…he…. tamparanku adalah jawaban dari pertanyaanmu….!!! ” jawab syekh.

” Apa kau bilang…..???? tamparan kau bilang jawaban…??? alangkah bodoh kau ini, percuma aku bertanya hal yang selama ini aku cari.” kata sang anak.

Sang syekh dengan tenang menjawab, ” Kau yang bodoh….!!! tidakkah kau gunakan otakmu untuk berfikir ? ”

Sang anak bingung mendangar ucapan Syekh, ” Maksudmu…….??? ”

” Kau yang bodoh, apakah yang kau rasakan dari tamparanku…? ” tanya syekh.

” Ya jelas sakit, bodoh sekali kau ini ” jawab sang anak kesal.

” Begitukah…? Bisakah kau tunjukkan rasa sakit itu di hadapanku…? tanya syekh.

” Kau bodoh orang, mana ada rasa sakit bisa diwujudkan….? ”

Syekh menjawab tenang,

” Kau yang bodoh, kau menyuruh aku menghadirkan tuhan yang jelas tak mungkin bisa di lakukan semua makhluk di alam semesta ini, sedangkan kau hanya ku suruh menunjukkan rasa sakit saja kau tak mampu, begitupun halnya aku. ” jawab sang syekh.

Sang anak tertunduk mendengar jawaban syekh.

“jawaban yang kedua.” Lanjut syekh,” apakah kau akan mengatahui kalau tadi aku akan menamparmu ? ” tanya syekh.

Dengan sombong sang anak menjawab, ” Mana aku tau kau akan menamparku, kau gila ya….?”

” Itulah takdir, coba kau gunakan otakmu untuk berfikir, takdir adalah sesuatu perkara yang tak tau kapan datangnya, hanya tuhanlah yang tau akan takdir seorang manusia, kita sebagai manusia hanya mampu berharap pada tuhan agar diberi takdir yang baik dengan berdo’a.”

” Yang ketiga, tidakkah kau pikir tanganku ini terbuat dari kulit, tentunya pipimu juga terbuat dari kulit, antara tanganku dan pipimu mempunyai unsur yang sama, yaitu sama-sama kulit, tidakkah kau berfikir syaitan akan lebih menerima sakit dalam api neraka…? sepeti halnya tamparan ku tadi, tentunya syaitan akan lebih dari ini…Sekarang siapa yang bodoh hayo…..?? ” Jawab syekh tenang..

Sang anak diam…. ia menangis dan meminta maaf kapada orang tuanya serta syekh, ia mengakui bahwa diatas orang pintar ternyata ada yang lebih pintar, yaitu Sang Maha Pintar.

MAUIDHOH…..

Subhanallah….. Ternyata sombong adalah penyakit yang sangat menakutkan, orang bisa apa saja kalau dia sombong, dalam hadits qudsi diterangkan bahwa sombong adalah selendang Allah, kita makhluk Nya yang kecil dan lemah, tak sepatutnya bersifat sombong, dan kita diciptakan Allah untuk berfikir, seperti dalam Al-Qur’an di jelaskan, Afalaa yatafakkaruun….? afalaa ta’qiluun…? ada banyak ayat yang seperti itu dalam al qur’an. mari bersama kita ubah sifat kita menjadi lebih baik…

” Bisakah kalian menciptakan sesuatu dari apa-apa yang taidak dari Ku? ” itulah tantangan Allah kepada orang yang bersifat sombong.

Astaghfirillah…..Ighfirlii yaa Allah….. Amiiiin

Kisah seorang siswi di Palestina

Tinggalkan komentar


Ini adalah kisah tentang seorang siswi di sebuah sekolah putri di Palestina. Hari itu dewan sekolah berkumpul seperti biasanya. Di antara keputusan dan rekomendasi yang dikeluarkan dewan dalam pertemuan ini adalah pemeriksaan mendadak bagi siswi di dalam aula. Dan benar, dibentuklah tim khusus untuk melakukan pemeriksaan dan mulai bekerja. Sudah barang tentu, pemeriksaan dilakukan terhadap segala hal yang dilarang masuk di lingkungan sekolah seperti hand phone berkamera, foto-foto, gambar-gambar dan surat-surat cinta serta yang lainnya.

Keamanan saat itu nampak normal dan stabil, kondisinya sangat tenang. Para siswi menerima perintah ini dengan senang hati. Mulailah tim pemeriksa menjelajah semua ruangan dan aula dengan penuh percaya diri. Keluar dari satu ruangan masuk ke ruangan lainnya. Membuka tas-tas para siswi di depan mereka. Semua tas kosong kecuali berisi buku-buku, pena dan peralatan kebutuhan kuliah lainnya. Hingga akhirnya pemeriksaan selesai di seluruh ruangan kecuali satu ruangan. Di situlah bermula kejadian. Apakah sebenarnya yang terjadi ???

Tim pemeriksa masuk ke ruangan ini dengan penuh percaya seperti biasanya. Tim meminta izin kepada para siswi untuk memeriksa tas-tas mereka. Dimulailah pemeriksaan.

Saat itu di ujung ruangan ada seorang siswi yang tengah duduk. Dia memandang kepada tim pemeriksa dengan pandangan terpecah dan mata nanar, sedang tangannya memegang erat tasnya. Pandangannya semakin tajam setiap giliran pemeriksaan semakin dekat pada dirinya. Tahukah anda, apakah yang dia sembunyikan di dalam tasnya ???

Beberapa saat kemudian tim pemeriksa memeriksa siswi yang ada di depannya. Dia pun memegang sangat erat tasnya. Seakan dia mengatakan, demi Allah mereka tidak akan membuka tas saya. Dan tiba lah giliran pemeriksaan pada dirinya. Dimulailah pemeriksaan.

Tolong buka tasnya anakku, kata seorang guru anggota tim pemeriksa. Siswi itu tidak langsung membuka tasnya. Dia melihat wanita yang ada di depannya dalam diam sambil mendekap tas ke dadanya. Barikan tasmu, wahai anakku, kata pemeriksa itu dengan lembut. Namun tiba-tiba dia berteriak keras: tidak tidak tidak

Teriakan itu memancing para pemeriksa lainnya dan merekapun berkumpul di sekitar siswi tersebut. Terjadilah debat sengit: berikan tidak berikan tidak

Adakah rahasia yang dia sembunyikan? ?? Dan apa yang sebenarnya terjadi???

Maka terjadilah adegan pertarungan tangan untuk memperebutkan tas yang masih tetap berada dalam blockade pemiliknya. Para siswi pun terhenyak dan semua mata terbelalak. Seorang dosen wanita berdiri dan tangannya diletakan di mulutnya. Ruangan tiba-tiba sunyi. Semua terdiam. Ya Ilahi, apakah sebenarnya yang ada di dalam tas tersebut. Apakah benar bahwa si Fulanah (siswi) tersebut .

Setelah dilakukan musyawarah akhirnya tim pemeriksa sepakat untuk membawa sang siswi dan tasnya ke kantor, guna melanjutkan pemeriksaan yang barang kali membutuhkan waktu lama

Siswi tadi masuk kantor sedang air matanya bercucuran bagai hujan. Matanya memandang ke arah semua yang hadir di ruangan itu dengan tatapan penuh benci dan marah. Karena mereka akan mengungkap rahasia dirinya di hadapan orang banyak. Ketua tim pemeriksa memerintahkannya duduk dan menenangkan situasi. Dia pun mulai tenang. Dan kepala sekolah pun bertanya, apa yang kau sembunyikan di dalam tas wahai anakku ?

Di sini, dalam saat-saat yang pahit dan sulit, dia membuka tasnya. Ya Ilahi, apakah gerangan yang ada di dalamnya??? Bukan. Bukan. Tidak ada sesuatu pun yang dilarang ada di dalam tasnya. Tidak ada benda-benda haram, hand phone berkamera, gambar dan foto-foto atau surat cinta. Demi Allah, tidak ada apa-apa di dalamnya kecuali sisa makanan (roti). Ya, itulah yang ada di dalam tasnya.

Setelah ditanya tentang sisa makanan yang ada di dalam tasnya, dia menjawab, setelah menarik nafas panjang.

Ini adalah sisa-sisa roti makan pagi para siswi, yang masih tersisa separoh atau seperempatnya di dalam bungkusnya. Kemudian saya kumpulkan dan saya makan sebagiannya. Sisanya saya bawa pulang untuk keluarga saya di rumah Ya, untuk ibu dan saudara-saudara saya di rumah. Agar mereka memiliki sesuatu yang bisa disantap untuk makan siang dan makan malam. Kami adalah keluarga miskin, tidak memiliki siapa-siapa. Kami bukan siapa-siapa dan memang tidak ada yang bertanya tentang kami. Alasan saya untuk tidak membuka tas, agar saya tidak malu di hadapan teman-teman di ruangan tadi.

Tiba-tiba suara tangis meledak ruangan tersebu. Mata semua yang hadir bercucuran air mata sebagai tanda penyesalan atas perlakukan buruk pada siswi tersebut.

Ini adalah satu dari sekian banyak peristiwa kemanusiaan yang memilukan di Palestina. Dan sangat mungkin juga terjadi di sekitar kehidupan kita. Kita tidak tahu, barang kali selama ini kita tidak peduli dengan mereka. Doa dan uluran tangan kita, setidaknya bisa sedikit meringankan penderitaan mereka. Khususnya saudara-saudara kita di Palestina yang hingga kini terus dilanda tragedi kemanusiaan akibat penjajahan Zionis Israel . (infopalestina)

%d blogger menyukai ini: