kawanku semua yang dirahmati Allah, masih teringat kuliah semalem by bapak ismail ibrahim S.Pdi. MPdi tentang munakahat… hal yang juga menjadi pertanyaan saya juga, entah kawanku mempertanyakan itu to tidak?
kenapa kamu pacaran? ada yang bisa jawab… coba jawab kawan bisa gak…???
menurut dosenku orang cenderung pacaran karena :
1. takut dibilang gak laku
2. takut di katain cemen temen-temen maupun keluarganya
3. takut dibilang homo
4. dan ketakutan lainnya…
ya menikah tanpa pacaran, kadang bingung juga melihat fenomena pacaran yang berkembang tapi kadang miris juga dengan gaya pacaran zaman sekarang. Mungkin, sebagian besar dari kita akan berpikir, bagaimana mungkin kita akan menikah dengan orang yang tidak kita kenal sebelumnya? Kita tidak tahu bagaimana sesungguhnya ia, selain hanya profil singkat yang tertulis di selembar kertas berikut foto close-up yang diberikan kepada pimpinan untuk dita’arufkan. Lalu dari profil berikut foto tersebut kita dipertemukan secara langsung dengannya bersama pimpinan. Tak banyak obrolan yang bisa diobrolkan dalam ta’aruf tersebut. Obrolan hanya berlangsung beberapa menit saja, dan setelah itu sang pimpinan meminta kepada yang dita’arufkan untuk memberikan jawabannya dalam tempo waktu yang amat singkat, satu atau dua minggu saja.
Tentu, dalam mencari pasangan hidup tidak semua orang akan mau diatur dengan aturan seperti ini. Cara seperti ini dinilai kurang bisa mendekatkan antar calon pasangan yang seharusnya saling mengenal satu sama lain sebelum menapak ke gerbang pernikahan. Mereka berpendapat, dengan saling mengenal satu sama lain inilah diharapkan segala problema yang terjadi saat menikah nanti dapat dilampaui dengan baik karena keduanya sudah tahu sifat dan karakternya masing-masing.
Karena alasan inilah, banyak dari kita memilih untuk melirik budaya pacaran yang biasa dilakukan oleh masyarakat bebas. Memang, tidak semua mutlak meniru gaya pacaran mereka: kencan di malam minggu, bergandengan tangan, berpelukan dan sebagainya. Gaya pacaran hanya sebatas via sms, FB atau mungkin hanya telpon-telponan saja tanpa pernah ketemuan kecuali bertemu secara tidak sengaja (atau mungkin malah disengaja) dalam acara-acara semisal pengajian, seminar dan sebagainya. Alasan mereka hanyalah untuk lebih mengenal saja, agar nantinya ketika sudah mantap berumah tangga si calon pasangan sudah tahu siapa dan bagaimana calon pasangannya.
Lalu apakah melalui proses mengenal satu sama lain sebelum menjejaki bahtera rumah tangga ini bisa menjadi jaminan bahwa kelak rumah tangganya akan lebih harmonis? Jawabannya, jelas belum tentu. Jika alasan mereka karena takut terjadi perceraian lantaran belum mengenal sebelumnya, toh di luar sana banyak kasus yang bertahun-tahun pacaran tetapi baru beberapa bulan menikah justru sudah cerai. Pada faktanya, banyak hal dari mereka yang justru baru terbuka ketika sudah menikah. Sebelum menikah, yang ditunjukkan hanyalah yang baik-baik saja sementara yang buruk-buruk justru disembunyikan. Karena ketidakterusterangan inilah yang kemudian memunculkan prahara saat sudah mengikat janji setia dalam mahligai pernikahan.
Sebetulnya, apa yang selama ini mereka khawatirkan—takut jika nanti terjadi perceraian jika menikah dengan orang yang tidak dikenali sebelumnya—tidak sepenuhnya terbukti. Toh, banyak pasangan yang tidak kenal sebelumnya justru sampai sekarang adem ayem. Padahal mereka ini hanya tukar foto dan profil, lalu dipertemukan sekali untuk dita’arufkan dengan didampingi pimpinan/murabbi/guru ngaji. Setelah memberikan jawabannya untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan, mereka juga tidak saling bertukar sapa hingga ijab qobul tiba.
Lalu, apa yang menjadikan pernikahan mereka bertahan hingga kini? Padahal, mereka tidak pacaran sebelumnya, atau paling tidak ta’aruf dulu lewat sms, FB, dan sebagainya sebelum nanti memutuskan untuk menikah? apa hayo kawan coba jawab…
Menikah karena Allah
Yah, karena mereka menikah karena Allah. Karena Allah-lah, mereka menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah dan apapun keputusan-Nya pastilah yang terbaik untuknya. Dengan kemantapan hati lewat istikharoh dan kemudian tawakal’alallah mereka yakin sepenuhnya atas pilihan Allah tersebut. Dengan keyakinannya akan firman-Nya yang artinya,“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)…”[QS. An-Nuur [24] : 26]
Mereka yakin jika seseorang yang akan bersamanya kelak adalah orang yang mempunyai tujuan sama yakni sama-sama berjalan di jalan yang diridhai Allah. Jika tidak, Allah pasti akan menjauhkan mereka dan mengganti dengan yang lebih baik. Dari ayat diatas sudah jelas bahwa Allah tidak mungkin menjodohkan mereka dengan orang yang senang berbuat maksiat sedang mereka sendiri sangat menjauhi segala perbuatan maksiat.
Lagipula, yang mempertemukan mereka adalah pimpinan di tempat ngajinya. Seorang pemimpin pastilah akan bertanggung jawab penuh dalam menjodohkan murid/anggotanya dengan anggotanya yang lain.
Biarpun tidak saling bertukar sapa (kecuali saat dipertemukan bersama pimpinan), toh mereka bisa bertanya tentang bagaimana ia lewat pimpinan yang mempertemukan tersebut atau sumber yang bisa dipercaya lainnya. Di samping itu, saat dipertemukan bersama pimpinan, mereka juga bisa mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebagai pertimbangan saat memberikan jawaban apakah akan berlanjut (ke jenjang pernikahan) atau tidak.
Lalu, bagaimana jika mereka belum menaruh hati dengan si calon pasangannya? Bagaimana pula jika sudah menikah nanti, mereka tak jua bisa mencintai pasangannya? Tak perlu risau, karena Allah berjanji akan menumbuhkan cinta dan kasih sayang dalam pernikahan selama pernikahan tersebut didasari atas kecintaan kepada-Nya. Sebagaimana firman-Nya yang artinya, “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” [QS. Ar Ruum [30] : 21] gimana kawan masih ragu dengan firman Allah, omongan presiden ja seringnya didenger mati-matian, masak firman Allah gak percaya…
Inilah yang membuat pernikahan mereka justru bertahan hingga sekarang. Setidaknya anggapan bahwa untuk menikah si calon pasangan seharusnya melakukan pendekatan untuk saling mengenal satu sama lain terlebih dahulu (baca: pacaran) mutlak tidak terbukti. Bagaimanapun, pacaran dari sisi apapun tak ada manfaatnya, kecuali bagi orang-orang yang ogah dituntun dalam syariat Islam. Lalu bagaimana dengan “ta’aruf” sendiri?
“Ta’aruf”!?
memang sengaja memberi tanda kutip pada kata “ta’aruf” diatas. Ta’aruf pada arti umum adalah perkenalan. Ta’aruf sendiri lebih dikenal sebagai proses saling mengenal antara laki-laki dan perempuan sebelum menikah. Proses ini tidak sama dengan pacaran. Prosesnya selalu dimediasi oleh perwakilan dari kedua belah pihak (pimpinan, guru ngaji, atau juga orangtua).
Namun sayangnya, kata “ta’aruf” disini seringkali disalahgunakan. Banyak ikhwan yang mendekati para akhwat dengan kedok “ta’aruf”. Si ikhwan ini mencoba ber-“ta’aruf”-an dengan si akhwat tanpa melibatkan satupun perantara diantara mereka. Mulanya PDKT terlebih dahulu lewat sms dengan bertanya sesuatu yang penting-penting dulu (walaupun sebetulnya hanya dipenting-pentingkan), semisal tanya tugas kampus, seputar amanah di organisasi kampus dan sebagainya. Lalu, mengambil hati si akhwat dengan rutin mengirimkan sms tausiah, rajin membangunkan shalat malam (walaupun setelah sms kembali tidur lagi), mengingatkan untuk segera shalat (sedang dia sendiri malah asyik main game) dan hal-hal baik lainnya agar si akhwat pujaan bisa jatuh hati dengannya.
Tanpa disadari, obrolan mereka (masih lewat sms) mengarah ke hal pribadi. Sikap terbukanya si akhwat ini membuat si ikhwan semakin berani untuk sekadar bertanya, “Sudah makan belum?” lalu ditambah dengan kalimat yang bernada mengingatkan dan sarat dengan perhatian, “Cepat makan sana! Nanti sakit loh!” lalu apa lagi yach, hayo yang sering pacran pasti tau sekali….
Saking asyiknya smsan, obrolan dua insan berbeda gender ini kemudian melebar hingga telpon-telponan. Mengingat mereka ini tidak rumongso (merasa) pacaran melainkan hanya ber-“ta’aruf”-an, maka yang diobrolkanpun juga ada bau-bau agama semacam isian tausiah dari kajian yang baru saja diikuti dan sebagainya.
sebenarnya, smsan,chatingan, fban, maupun telpon-telponan itu tidak mengapa asal tidak mengarah ke hal yg dilarang syariat dan malah baik jika itu niatnya saling mengingatkan dalam ketaatan dan peningkatan ibadah kepada Allah..
Coba kita telaah apa yang dtulis diatas. Memang, dari kata yang digunakan jelas sangat berbeda dengan pacaran. Apalagi bagi sebagian orang memandang, kata “ta’aruf” ini lebih terlihat “Islami”. Tetapi, betulkah “ta’aruf” seperti yang tersebut diatas adalah sesuai dengan tuntunan Islam?
Jika ada seorang ikhwan mendekati akhwat tanpa ada perantara diantara mereka, maka yang jadi pertanyaan sekarang, siapa yang ketiga di antara mereka? Asyik smsan, telpon-telponan tanpa ada yang ketiga diantara mereka (selain syaitan), bukankah ini namanya taqrobuzzina? mendekat-dekati zina, walaupun dlm konteks yang sangat kecil sih…
Entah itu “ta’aruf” (masih dalam tanda kutip), pacaran atau apapun namanya jika mengarahnya ke taqrobuzzina, bukankah kita sebagai orang beriman dilarang oleh Allah mendekati zina? Ta’aruf yang aman adalah melibatkan perantara entah pimpinan, murabbi atau guru ngaji. Tidak perlu risau, meskipun tak mengenal sebelumnya. Toh, proses perkenalan yang nanti mengarah ke gerbang pernikahan ini selalu dilakukan bersama perantara yang InsyaAllah akan terjauhkan dari kemaksiatan.
Tak perlu juga malu, jika banyak yang mengatakan cara seperti itu adalah cara yang sudah kuno. Dan jangan mudah goyah, jika mereka juga mengatakan bahwa yang modern adalah dengan pacaran dulu. Biarlah mereka mengatakan kuno atau tidak modern atau mungkin ada juga yang mengatakan tidak “laku” (karena tidak punya pacar), toh Allah tidak melihat hamba-Nya dari kacamata kuno, tidak modern atau tidak laku, karena Dia hanya melihat hamba-Nya lewat ketakwaannya.
Sayangnya, banyak di jumpai, mereka yang awalnya melibatkan perantara, setelah dita’arufkan dengan seseorang—yang kemudian menjadi calon pasangannya—justru saling berhubungan satu sama lain tanpa ada lagi perantara diantara mereka. Mungkin, sebagian orang berpendapat, “Dia kan calonnya. Toh, nanti dia akan jadi suami/istrinya.” Tetapi, bukankah itu baru calon? Suatu waktu bisa saja berubah jika Allah menghendaki yang lain bukan? Jika ada sesuatu yang penting untuk dibicarakan, alangkah lebih amannya untuk selalu melibatkan perantara agar terjauhkan dari segala bentuk kemaksiatan.
Tidak harus bingung dengan menentukan pilihan. Kalau kawan bingung karena ulah pacar Anda, Kalau Anda jengkel dengan ulah pacar Anda, Kalau Anda juga menangis, sedih karena tindak tanduknya, maka hal itu tidak akan mendatangkan pahala pada Anda. Namun bila semua yang Anda rasakan, sedih, susah, senang, tertawa dan gembira karena istri atau suami Anda maka hal itu akan mendatangkan amal Anda. Bukankah itu merupakan hal yang sangat menyenangkan.
Banyak perbuatan yang akan mendatangkan dosa bila dilakukan dalam pacaran, namun manakala perbuatan itu akan dilakukan dalam pernikahan justru malah akan mendatangkan pahala. Dan Islam telah menjawabnya dengan sebuah solusi. Islam mempermudah jalan pernikahan dan menutup rapat-rapat jalan perzinahan. Maka bersegeralah menikah dan tinggalkan dunia pacaran, karena selain tidak menjanjikan kenikmatan, pacaran menjanjikan dosa yang berujung pada siksaan di akhirat-Nya.
ya Allah, ijinkah saya menikah tanpa pacaran..
gimana pendapatmu kawan ..???
Semoga bermanfaat
Apr 12, 2012 @ 09:45:01
huaaaaa saya ga punya pacaaaaaaaarrrr 😦
SukaSuka
Apr 12, 2012 @ 09:48:25
lho niku malah sae a.. mbak, nenggo mawon prio ingkang bagus mangke lah ndang ditemukke insyAllah..
SukaSuka
Apr 12, 2012 @ 11:52:36
hik hik hik sudah lumutan nunggunya hehe
SukaSuka
Apr 12, 2012 @ 13:09:09
sabar…
SukaSuka
Apr 12, 2012 @ 10:15:23
artikel yg berani, sy setuju banget mas, emg pacaran zaman sekarang mengkhawatirkan, banyak prmpn menurut survei di media masa sdh gak…..
dikota dan didesa sama aja. ini mungkin disebabkan perkembangan tekonologi yg diambil hanya negatifnya tp kita smw wajib mengingatkan. trims mas Alhamdullilah JazaKollokhu Khoiro. lanjut mas buat artikel yg berani sesuai anjuran agama
SukaSuka
Apr 12, 2012 @ 13:08:01
bukan mengkawatirkan lagi mas, tapi diambang kehancuran.. generasi modern yang sekarang di bangga-bangga bisa jadi menjadi zaman jahiliyah pada masa rasulullah, dimana nilai akhlak dan nilai-nilai diri mulai luntur, agama hanya dijadikan batu penghalang kenikmatan, quran hanya dianggap sebagai hiasan pelengkap ruangan, semua orang berbondong-bondong meninggalkan budaya keislamanya…mereka bilang ini lumrah…”lumrah dalam ketidakbaikanya” semoga hati kita selalu berharap kpda Allah..
SukaSuka
Apr 12, 2012 @ 18:03:58
Alhamdulillah, saya termasuk yang menikah dulu baru pacaran,,, betapa nikmatnya
SukaSuka
Apr 13, 2012 @ 12:53:25
subhanaAllah, betapa bahagianya engkau kawan,sebuah penelitian mengatakan bahwa orang yang cenderung pcaran sebelum nikh, MKA setlah menikah akan tmpak seperti biasa ja, bhkan mengatkan cinta maupun sayang malh jrang di ucapkan, nmun yang menikah lalu pacaran benih-benih cinta selalu tumbuh, kemesraan tiada henti..duch bahagianya,,, pa km merasakan seperti tu kawan?
SukaSuka
Apr 13, 2012 @ 05:15:29
Artikel yang menyejukkan. Betul yang dicantumkan di artikel ente, biasany pacaran i2 cuma ditunjukkan yang baik2ny saja n baru terungkap nanti stlh pernikahan berjalan. Pacaran lama2 akhirny putus pada akhirny pun juga buang2 waktu. Ad bbrapa teman yang bilang ke ane klo mpe mo kepala 3 lum juga pacaran, gimana mo dapet cw? Smpe tua bkal sendiri lho..Hehehe..pernyataan konyol menurut ane mah..
Menurut ente?
SukaSuka
Apr 13, 2012 @ 06:55:19
Wah sbuah opini yg tnpa didasari bukti cm brpedoman pda pa yg dilihatnya sja..cari artikel sya dg judul “berkali-kali ditolak lamaranya” tu disadur dri ktab alqashah muatsirah
SukaSuka
Apr 13, 2012 @ 19:27:36
ya, ane juga baca itu gan, kan ane juga reply disitu..
Cuman ya itu, aneh aja hanya karena seseorang telah mendapatkan “pasangan” (tanda kutip ya gan) jadi bisa seenakny berstatement seperti itu..
SukaSuka
Apr 13, 2012 @ 21:52:15
ya diambil baiknya ja mas, mungkin dirinya sekedar mengingatkan agr engkau segera punya pasngan dan menikah..
oh ya, dari kemren kita diskusi bersama pasti yang mas budi tanyakan sputr nikah, wanita maupun pacaran. palagi jika saya bikin artikel menyangkut maslah itu… hemmmm, kyaknya mas budi ni sudah harus segera menikah, terlihat dari smua pertanyaanya…
cari wanita yang baik dan segeralah meminangnya..
saya disni hanya bisa mendoakan semoga engkau segeRA menemukanya…
SukaSuka
Apr 15, 2012 @ 06:03:32
hehehehe… Masih lum gan, ilmu agama ane msh berantakan..
SukaSuka
Mei 01, 2012 @ 21:23:08
Mantep gan, ane ijin copas ye?
SukaSuka
Mei 02, 2012 @ 14:10:52
silahkan…
SukaSuka
Mei 07, 2012 @ 14:53:18
assalamualaikum,
alhamdllh saya sudah baca…artikel ini..
namun ada pertentangan yang terjadi.. saya pun masih bngung..
jika seorang wanita tidak menyukai atau tidak ada perasaan dengan pilihan orang tua saya..
dan saya ingin memilih sendiri.. yang insyallah terbaik untuk saya…
SukaSuka
Mei 07, 2012 @ 17:21:03
waalaikumsalam, terima kasih telah berkunjung disni..
begitulah dinamikanya kawan, menikah tanpa pacaran…. cara simpleny artinya setelah taarufan maka timbullah kesepakatan untuk menikah, dan antara pihak laki-laki dan perempuan harus tidak ada paksaan… maksudnya keinginan mereka harus ikhlas dari dalam hati mereka semata-mata mencari ridho Allah, jika ada salah satu yang tidak setuju, misal wanitanya tidak mau.. ya alangkah baiknya jangan diteruskan saja lah… jadikan saudara agar silaturahmi tidak putus karena penolakan tersbut. jika engkau punya pilihan lain yang sama-sama suka, kedua pihak orang tua setuju ya segeralah menikah menjalin hubungan halal yang diridhoi Allah… bolehlah kamu beranggapan bahwa yang kamu pilih adalah terbaik buatmu… namun perlu diingat kawan terbaik buatmu belum tentu juga terbaik menurut Allah… jodohmu sudah diatur ALLAH, INSYALLAH TIDAK AKAN TERTUKAR DENGAN YANG LAIN..
SEMOGA BERMANFAAT
SukaSuka
Jun 03, 2012 @ 07:42:37
assalamua’alikum,,,gmn kl seorang ikhwan sudah melamar..trs dah mendekati k pelaminan,,tiba2 akhwat tsb berubah untuk mengundur lbh lama lg dng alasan ingin melanjutkan studynya padahal si ikhwan dan mempersiapkan semuanya.dan pengen cpt menikah.disini si ikhwan kecewa bisa sakit hati jg.minta nasehatnya mas temonsoejadi,,sukron..
SukaSuka
Jun 03, 2012 @ 09:06:53
Waalaikumsalam..
Gini kwan,alasan tu sbnrnya sdrhana jd km gk perlu mempersulit drimu sendiri..artinya jgn dianggp sbuah penolakan dsb..yg bza disimpulkan biasa si gadis ingn mengtez sbrapa sbar dirimu..dya ingn lbh tahu mengenal bgemana sifatmu..dia ingn lbh dkt dgmu..sblum entr halal menjadi iktan kalian brdua.. Berikan izin tuk studinya,toh blajar tu sngt baik,baik pula tuk rmh tnggamu kelak..tuk mendidk anak2mu..dan menjaga kharmonisan keluargamu.. Tenang kwan.. Dukunglah niat baiknya, lakukan yg terbaik untknya.. Dan jngn sakit hati.. doakan yg baik slalu untkmu.. Dan perbaiki dirimu..hatimu..akhlakhmu lebih baik lg tuk menanti hari bhagia tu..pa yg tlh dpersiapkan jdkan pengalaman..dismpen kmbli to dtbung.. Kwan.. Jika Allah takdirkan engkau dan dia brjodoh.. Pzti kan sampai dujung brsama… Tetp jdilah yg terbaik, krna wanita baik hnya untk lelaki yg baik.. Jdlh lelaki yg baik..biarlah Allah yg akan menentukan yg terbaik untukmu.. Sabarlah dan kendalikan hatimu..
Semoga brmanfaat
SukaSuka
Sep 10, 2012 @ 11:30:34
mkasih kang , bagus sangat tulisannya.
sy jga suka jadiin materi dari dosen bwt bahan tulisan. 😀
Iya, emang sy blum prnah pnya trck record dlm hal main pacar.
Dan sy jadi tambah yakin kalo pacaran sesudah nikah itu lebih enak.
Setelah baca post ini.
SukaSuka
Sep 11, 2012 @ 09:44:37
alhamdulillah, semoga kita bisa istiqomah mengaplikasikanya..
SukaSuka
Nov 12, 2015 @ 13:01:48