Memahami Cara Kerja Baterai Isi Ulang Tesla Powerwall Untuk Rumah Tangga

oleh. Archandra tahar

Teknologi internet (Internet of Things/IoT) telah banyak membuka peluang bisnis baru yang dulunya tidak terpikirkan oleh kita. Kemajuan manusia melakukan bisnis tidak secepat kemajuan teknologi. Bisnis hotel misalnya. Secara tradisional harus punya bangunan, pegawai dan tamu memesan kamar lewat travel agent atau telpon langsung. Tidak ada kemajuan yang signifikan dari pola bisnis hotel ini sampai internet ditemukan.

Ada pola peluang bisnis penginapan yang tersembunyi bertahun tahun yang tidak bisa dibuka karena tidak adanya teknologi. Rumah-rumah peristirahatan yang biasanya dibangun di tempat-tempat wisata hanya dihuni diakhir pekan oleh pemilik, sisanya tidak termanfaatkan.

Peluang bisnis ini yang dinamakan trapped values. Dimana dengan internet rumah-rumah peristirahatan yang kosong di fungsikan layaknya hotel tanpa pegawai yang banyak. Trapped values semacam ini yang kini melahirkan banyak perusahaan teknologi pengelola jaringan hotel seperti Air BnB, Oyo, RedDoorz dan di Indonesia ada Airy.

Uber juga lahir dengan adanya trapped value dari sisi utilisasi mobil pribadi yang 95% waktunya habis terparkir di tempat parkir (menurut data di Amerika Serikat). Kemudian internet memanfaatkan waktu parkir menjadi bisnis mengangkut penumpang tanpa harus menjadi taxi.

Bagaimana dengan Tesla Powerwall? Trapped values yang ingin dibuka dengan tekonology baterai ini diantaranya: pertama, pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang terpasang di rumah-rumah di AS perlu dimanfaatkan secara efisien. Kedua, pemilik rumah berlomba-lomba memasang PLTS di rumah karena bisa mendapatkan berbagai macam insentif dari pemerintah dan harga jual rumah tersebut juga akan naik. Ketiga, biaya pemakaian listrik yang cukup tinggi di AS dapat dikurangi dengan menggunakan baterai yang di charge pada siang hari menggunakan energi surya, kemudian dimanfatkan sewaktu matahari sudah tidak ada. Keempat, menjual excess power (kelebihan daya) ke grid. Karena harga listrik yang dijual ke grid lebih murah, maka perlu teknologi yang bisa mengatur kapan harus ke grid dan kapan harus dipakai sendiri.

Elon Musk begitu jeli melihat trapped values dari PLTS rumah tangga menjadi sebuah peluang bisnis dengan menciptakan baterai dan sistem manajemen energi yang mampu berfungsi sebagai metering dan alat monitor pergantian power (in and out) antara PLTS dan grid secara efisien.

Di Amerika, tarif listrik bisa tergantung dari kapan digunakan, mengikuti jenis kontraknya. Misalnya, pada waktu pemakaian di pagi hari tinggi, maka tarifnya bisa lebih tinggi dibandingkan tengah malam. Dengan Tesla Powerwall, sistem management bisa mengatur dengan mudah kapan harus menggunakan energi dari baterai atau dari grid.

Jika pada pagi hari harga energi dari grid tinggi, maka energi dari baterai digunakan. Sebaliknya pada saat siang ketika harga energi rendah, maka baterai di charge dengan PLTS. Sementara energi dari grid yang dipakai. Dengan strategi ini, pemilik rumah bisa mendapatkan harga terbaik dari energi listrik yang digunakan.

Tesla Powerwall ini bisa juga di program untuk memback apa yang diinginkan, misalnya pada saat listrik mati maka hanya kulkas dan lampu saja yang bisa hidup yang lain mati. Jadi kebutuhan akan energi saat mati listrik bisa dirancang sesuai dengan kebutuhan pengguna.

Kreativitas dan inovasi seperti baterai Tesla Powerwall hanya akan lahir dari iklim yang terbuka, yang memungkinan para ilmuwan dan praktisi bebas untuk menciptakan temuan/teknologi baru. Dan tentunya juga tidak terjebak pada aturan-aturan tertentu yang seringkali menghambat atau bahkan tidak menoleransi kegagalan.

Semoga kita bisa belajar dari berbagai inovasi itu dan melahirkan sistem canggih yang memberikan kemanfaatan bagi seluruh masyarakat. Insyaa Allah.

Sumber Gambar : Tesla