Beranda

Sahabat Dunia Akherat

1 Komentar


IMG_20141026_051829Bismillahirahmanirahim.

Pada Awalnya adalah secercah tinta. tetes hitam dari mangkuk tak bertepi yang jatuh diatas kertas putih bersih melalui ketajaman ujung sebuah pena. kemudian bercaknya mulai membentuk keberagaman huruf. sebuah proses penulisan tanpa akhir dan melalui keberagaman huruf tertulis, muncullah pemaknaan. maka sungguh beruntung mereka yang mampu membaca dan memaknai coretan dan tetesan tinta yang telah terbentuk.

dan sungguh suci Dia yang mengajar manusia dengan perantara sebuah pena (al-Qalam). Melalui pena, tinta dari lautan tak terhingga dapat membentuk forma-forma partikulir. Pena mengurat keberadaan melukis garis dan mengurung lengkung sehingga menghasilkan keberagaman dari realitas tunggal dan absolut. Pena menyurat apa yang tersirat karena pada akhirnya huruf-huruf yang beragam memiliki satu Realitas yang mengikatnya bersama. tak lain huruf tersebut adalah tetesan tinta, Oleh karena itu lautan tinta tak akan cukup tuk melukiskan keindahan KalimatNya, Karena keberagaman dari sebuah ketunggalan mutlak yg tak mengenal batas artikulasi..

(tinta, pena, waktu : penggalan sebuah epilog tulisan ismail Fajrie Alatas kandidat doktor Antropologi dan sejarah di University Of Michigan dalam buku Secercah Tinta, jalinan cinta seorang hamba dg sang pencipta, Al habib Lutfi bin yahya Pekalongan)

Kemuliaan hati adalah disaat kita merasa senang jika ditegur dan diingatkan oleh sahabat kita. Dan sahabat sejati adalah sahabat yang gemar mengingatkan disaat kita berbuat salah. Alangkah indahnya jika persahabatan dijalin dalam irama meningkatkan kualitas diri agar bisa semakin dekat kepada Allah SWT dan semakin cinta kepada Rasulullah SAW. Bukanlah disebut sahabat jika dia membiarkan diri kita terjerumus dalam kesalahan. Begitu sebaliknya , bukanlah disebut sahabat jika ia mendendam disaat kita mengingatkan dan menegurnya tatkala ia bersalah.

Sahabatku, ada sesuatu yang tersimpan di lubuk hati kita yang tidak tampak, kecuali disaat kita mendengar atau melihat sahabat kita bersalah. Yaitu rasa ingin menegur dan menyapanya karena merindukan kebaikan untuk sahabatnya tanda ketulusan dalam persahabatan. Sedangkan rasa enggan serta acuh tak acuh untuk menegurnya adalah tanda kekotoran hati saat bersahabat.

Ada sesuatu yang tersembunyi di lubuk hati kita yang tidak tampak kecuali disaat kita mendapat teguran dari teman kita kala kita bersalah. Yaitu kesombongan yang menjadikan kita tiba-tiba merasa dendam, marah serta sebal melihatnya dan tidak nyaman duduk disampingnya. (buya yahya)

baca selengkapnya disini sahabatku….

Hati hanya bisa disentuh dengan Hati

1 Komentar


hati dengan hatiBismillahirahmanirrahim

Sahabatku semua yg dirahmati allah. Sungguh benar adanya jika segala kelembutan hanya bisa diiringi dengan kelembutan, kelembutan tak bisa berdampingan dengan kekerasan, karena sejatinya kelembutan adalah kekerasan yg telah ditundukkan, maka jika ingin menundukkan kekerasan harus dengan kelembutan, kelembutan letaknya dihati, sedangkan hati adalah adalah pangkal kebaikan, kebaikan refleksi dari sikap/akhlak yang baik, sedangkan akhlak merupakan cerminan dari iman yg sempurna, makanya tak heran jika orang yg hatinya lembut, sikapnya baik adalah orang orang yg agamanya bagus, imannya mantap, betul tdk kawan ?

Sebuah kisah menarik, mengawali pembahasan kali ini.
dikisahkan pada suatu malam yang pekat, bertemulah seorang laki-laki dengan orang buta. Laki laki itu merasa keheranan, dikarenakan orang buta itu berjalan sambil membawa lampu yg terang (sebuah lentera)

baca selengkapnya disini………..

Satuan konversi, Sifat-sifat fisika Fluida dan Dimensional

4 Komentar


materi kuliah mekanika fluida with Mr. Ragil Sukarno.ST.MT


  silahkan baca selengkapnya…

menggenggam waktu

Tinggalkan komentar


Apakah yang menjadi resep teramat jitu, yang dimiliki para sahabat Nabi SAW
yang menjadi balatentara Islam ketika itu, sehingga mereka mampu menaklukkan
dua imperium adidaya, Romawi dan Persia, yang balatentaranya amat kuat dan
perkasa? Resepnya ternyata tersimpul dari pengakuan penuh kekaguman dari
seorang anggota dinas intelejen Romawi setelah melakukan kegiatan mata-mata
di Madinah. Kepada Kaisar Romawi ia mengutarakan kesannya tentang watak kaum
muslimin, “Ruhbaanun bil-laili, firsaanun binnahaar!” Ya, mereka, kaum
muslimin itu, kalau malam tak ubahnya seperti rahib, sedangkan kalau siang
sungguh bagaikan singa!
baca selengkapnya,,

%d blogger menyukai ini: