Seorang sahabat bertanya melalui pesan masuk padaku mengapa di tradisi di nadliyin ada sebutan gus untuk para putra kyai? Taman yang bertanya bener-beenr ndak paham karana dia seorang mualaf.Temenku bertanya terkait dengn kekagumannya saat menyasikan penghantaran jenazah GD.
Nahh atas pertanyaan itu saya ndak bisa menjawab secara riteratur. Saya hanya sampaikan Gus itu sebutan di Jawa yang bisa berarti mas atau kang. Gus itu bukan derajat dan pangkat. Gus itu berbeda dengan raden atau sebutan kebangasawanan lainnya. Di sekitar lingkungan pesantren para tetangga pesantren juga menyebut/memanggil gus pada para santri. Mereka mengetahui para santri itu berakhlak yang baik, sopan, tawadlu’, punya tata krama dan norma-norma agama. Makanya dipanngil Gus. Panggilan ini juga untuk menciptakan situasi yang familiar dan akrab. Justru sebenarnya dengn panggilan gus tiada jarak. Sama-sama hamba Allah yang harus jaga aklak, budi pekerti luhur dan agama.
Lebih dari itu panggilan tersebut untuk membiasakan agar kita tidak langsung panggil namanya.Apalagi terhadap putra guru dan murrobbi. Putra kyai itu putranya orang sholeh. Terkait keturunan orang sholeh, saya memiliki catatan di bawah ini. Saya lupa apakah catatanku ini hadits atau sekedar maqola atau pandangan ulama’.
إِنَّ اللهَ تَعَالَى يَحْفَظُ الْعَبْدَ الْمُؤْمِنَ فِى وَلَدِهِ وَفِى وَلَدِ وَلَدِهِ
وَيَحْفَظُهُ فِى دُوَيْرَتِهِ وَفِى دُوَيْرَاتٍ حَوْلَهُ …
Sesungguhnya Allah Ta’ala yang Maha Mulia senantiasa menjaga anak dan cucu hambaNya yang beriman, Menjaga rumahnya dan rumah–rumah sekitarnya
Bagaimana Allah Ta’ala menjaga keturunan orang yang sholeh? Kita dapat bercermin dari kisah diutusnya nabi Hidhir. Allah Ta’ala mengutus nabi Hidhir untuk menegakkan kembali dinding yang hendak roboh milik dua anak yatim yang dulunya ayah mereka adalah seorang yang sholeh. Hal ini bisa kita pelajari dalam al Qur’an surat al Kahfi
“…kemudian kedua mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, maka Hidhir menegakkan dinding itu…” QS al Kahfi: 77
“Dan adapun dinding rumah itu adalah milik dua orang anak yatim di kota itu dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua. Sedang ayah mereka adalah seorang yang sholeh…”QS al Kahfi: 82.
Keturunan orang sholeh dijaga oleh Allah Ta’ala. Tentu saja hal ini sangat-sangat wajar, mengapa? Yaaa karena orang-orang sholeh telah berinvestasi do’a dan amal serta kemaslahan bagi umatnya. Yaaa karena orang-orang sholeh telah yang mengajarkan ilmunya telah menghasilkan kader, generasi yang juga memberikan do’a dan amal serta kemaslahan bagi umatnya. Maka investasi dari para murid juga kembali ke orang sholeh dan keturunannya.
Terkait keberadaan orang sholeh disebutkan di al Qur’an Surat al Anbiya’ ayat 105
وَلَقَدْ كَتَبْـنَا فِى الزَّبُوْرِ مِنْ بَعْدِ الذِّكْرِ أَنَّ اْلأَرْضَ يَرِثُهَا عِبَادِيَ الصَّالِحُوْنَ
Dan sungguh telah Kami tulis didalam Zabur sesudah (kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dijaga hamba-hambaKu yang saleh
Dari rahasianya Allah Ta’ala selalu menjaga orang yang sholeh dan kerutunanny. Tentu untuk menjaga bumi dan segala yang ada di dalamnya. Insya Allah demikian.
marilah kita berdiskusi dan mengkajinya bersama