bismillahirahmanirahim
sahabatku semua yang dirahmati Allah, tak bisa dipungkiri lagi detik-detik pergantian tahun semakin didepan mata, tahun 2014 akan segera berakhir, beralih menjadi tahun 2015 segala kondisi yang belum terselesaikan pada sebelumnya akan terbawa juga pada tahun setelahnya, dan dibalik hiruknya masalah yang mendera diri masing-masing, masalah baru juga tak mau kalah bermunculan terlebih tahun depan akan diberlakukanya ASEAN Economic Community (AEC), kondisi Perekonomian global terus mendorong negara indonesia tidak hanya berorientasi memenuhi permintaan konsumen dalam negeri namun juga luar negeri. Keterbukaan ini mulai mendekati titik kemunculan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) 2015. Pekerja asing dan produk dari negara-negara ASEAN berpotensi “menyerbu” Indonesia saat MEA diberlakukan mulai tahun 2015. Pemerintah dan masyarakat harus bersiap menghadapinya, bahkan wajib mengambil manfaat dari kesepakatan regional tersebut. mungkin ada beberapa pertanyaan yang sekiranya harus terjawab,
apakah masyarakat indonesia sudah siap menerapkan ini ?
apa dampak positif diberlakukannya AEC ( Asean Economic Community) ?
apa pula dampak negatif yang dibawanya ?
siapkah menjalani hubungan internasional dan menghadapi pangsa pasar bebas ?
adakah yang tahu …?
sahabatku, kita tahu Indonesia adalah Negara Heterogen dengan berbagai jenis suku, bahasa dan adat istiadat yang terhampar dari Sabang sampai Merauke. Indonesia mempunyai kekuatan ekonomi yang cukup bagus, pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia (4,5%) setelah RRT dan India.
Ini akan menjadi modal yang penting untuk mempersiapkan masyarakat Indonesia menuju AEC tahun depan. ASEAN Economic Community yang dibentuk dengan misi menjadikan perekonomian di ASEAN menjadi lebih baik serta mampu bersaing dengan Negara-negara yang perekonomiannya lebih maju dibandingkan dengan kondisi Negara ASEAN saat ini (itulah salah satu dari tiga pilar utama ASEAN Community ). MEA atau disebut juga AEC (ASEAN Economic Community) 2015 dibentuk sebagai pusat perdagangan kawasan yang terintegrasi. Pembentukannya dimulai dari 2008 dan implementasi baru dilakukan pada 2015. MEA yang merupakan pasar basis produksi, diartikan sebagai liberalisasi aliran barang, investasi, modal, dan tenaga kerja terampil. Di mana berbagai hambatan perdagangan baik bea masuk maupun non bea masuk tidak dihapus dan diturunkan.
ASEAN pada awalnya hanyalah sebuah organisasi regional yang bentuk kerjasamanya loose atau tidak longgar, namun dengan adanya ASEAN Charter maka Negara-negara ASEAN ini membentuk suatu masyarakat ASEAN yang mempunyai tiga pilar utama yaitu, ASEAN Economic Community, ASEAN Security Community, ASEAN Socio-Cultural Community dengan tujuan terciptanya stabilitas, perdamaian dan kemakmuran bersama di kawasan. Pada awalnya ASEAN Community ini akan diwujudkan pada tahun 2020, namun di percepat menjadi tahun 2015 yang mana waktu realisasinya tahun depan.
ASEAN Economic Community (AEC) sebenarnya merupakan bentuk integrasi ekonomi yang sangat potensial di kawasan maupun dunia. Barang, jasa, modal dan investasi akan bergerak bebas di kawasan ini. Integrasi ekonomi regional memang suatu kecenderungan dan keharusan di era global saat ini. Hal ini menyiratkan aspek persaingan yang menyodorkan peluang sekaligus tantangan bagi semua negara.
apakah indonesia siap bersaing menuju kesana ?
DOWNLOAD
1. JURNAL TANTANGAN UKM MENGHADAPI MEA
2. PELUANG DAN TANTANGAN MEA
3. KETENAGAKERJAAN MENGHADAPI MEA
4. PELUANG INDONESIA MENGHADAPI MEA
5. MAKALAH TENTANG MEA
Banyak kalangan yang merasa ragu dengan kesiapan Indonesia dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Dalam kekhawatiran mengenai terhantamnya sektor-sektor usaha dalam negeri kita, jika kita mengingat bagaimana hubungan bilateral Indonesia dengan China. Kini China mampu menguasi pasar domestik kita yang pada akhirnya dapat mengganggu stabilitas Indonesia. Gagasan mewujudkan MEA 2015 sebenarnya dapat dijadikan sarana membina kerukunan antar negara ASEAN dan pusat perdagangan dengan terwujudnya ASEAN Community yang dimana di dalamnya terdapat AEC, dapat menjadikan posisi ASEAN menjadi lebih strategis di kancah Internasional, kita mengharapkan dengan dengan terwujudnya komunitas masyarakat ekonomi ASEAN ini dapat membuka mata semua pihak, sehingga terjadi suatu dialog antar sektor yang dimana nantinya juga saling melengkapi diantara para stakeholder sektor ekonomi di Negara-negara ASEAN ini sangat penting, Namun tantanganya apakah negara Indonesia siap dengan datangnya MEA 2015 ? Mengingat kondisi ekonomi Indonesia masih kalah bersaing dengan negara tetangga secara kualitas. Bahkan, kita tahu efisiensi pasar tenaga kerja Indonesia masih masuk urutan 103 berdasarkan Indeks Global Kompetitif. untuk infrastruktur saja contohnya, mungkin Indonesia masih sangat dinilai kurang, baik itu berupa jalan raya, bandara, pelabuhan, dan lain sebagainya. Dalam hal ini kita dapat memperoleh manfaat dari saling tukar pengalaman dengan anggota ASEAN lainnya (positifnya)
Fakta lain menunjukkan bahwa kualitas SDM di Indonesia masih menempati urutan 121 dari 187 negara yang dikomparasikan oleh lembaga dibawah PBB, UNDP (United Nations Development Programme). Indonesia memiliki PDB (Produk Domestik Bruto) terbesar, namun PDB per kapita kalah dengan Singapura, Brunei, Malaysia, Thailand. Indonesia juga mengalami defisit neraca perdagangan, sedangkan Singapura surplus paling besar. Perekonomian Indonesia saat ini didominasi oleh Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Namun masih kurang berdaya saing dengan negara tetangga, nah ini tantanganya… !!
seharusnya ; pemerintah harus segera merancang dan mempersiapkan sumber daya manusia agar bisa bersaing dengan tenaga kerja asing. “Bagaimana tenaga kerja asing yang bisa masuk Indonesia. akan menjadi tantangan yang konkret, karena tidak hanya produk namun juga pekerjanya masuk dengan bebas ke wilayah indonesia”. sehingga menjadi polemik bagi lulusan lulusan dalam negeri jika tak mampu bersaing dengan pekerja asing maka bisa dipastikan masyarakat indonesia bisa saja cuma jadi penonton bukan pemain.
disisi lain, Perekonomian Indonesia saat ini didominasi oleh Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). minusnya masih kurang berdaya saing dengan negara tetangga. maka diperlukan strategi khusus bagi para UKM untuk dapat meningkatkan standar desain dan kualitas produk agar sesuai dengan ketentuan ASEAN. Selain itu, UKM perlu membuat diversifikasi output dan menjaga stabilitas pendapatan usaha makro agar tidak jatuh ke kelompok orang miskin. karena peran penting UMKM sebagai salah satu bagian dari 4 pilar cetak biru Masyarakat Ekonomi ASEAN.
Siapkah menjalani pangsa pasar bebas ?
study kasus Free trade agreement (FTA) dengan China, akibatnya China menguasai pasar komoditi Indonesia. Tidak ada pilihan lain selain menghadapi dengan percaya diri bahwa bangsa Indonesia mampu dan menjadi lebih baik perekonomiannya dalam keikutsertaan Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 ini. posisi Indonesia sebagai Chair dalam ASEAN pada tahun 2012 ini berdampak sangat baik untuk menyongsong terealisasinya ASEAN Economic Community. Dari dalam negeri sendiri Indonesia telah berusaha untuk mengurangi kesenjangan ekonomi Kesenjangan antara pemerintah pusat dengan daerah lalu mengurangi kesenjangan antara pengusaha besar dengan UKM dan peningkatan dalam beberapa sektor yang mungkin masih harus didorong untuk meningkatkan daya saing. Jika dilihat dari sisi demografi Sumber Daya Manusia-nya, Indonesia dalam menghadapi ASEAN Economic Community ini sebenarnya merupakan salah satu Negara yang produktif. Jika dilihat dari faktor usia, sebagian besar penduduk Indonesia atau sekitar 70% nya merupakan usia produktif. Jika kita lihat pada sisi ketenaga kerjaan kita memiliki 110 juta tenaga kerja (data BPS, tahun 2007), namun apakah sekarang ini kita utilize dengan tenaga kerja kita yang berjumlah sekitar 110 juta itu.
solusinya : kita harus mampu meningkatkan kepercayaan diri bahwa sebetulnya apabila kita memiliki kekuatan untuk bisa bangkit dan terus menjaga kesinambungan stabilitas ekonomi kita yang sejak awal pemerintahan SBY ini terus meningkat, angka kemiskinan dapat ditekan seminim mungkin, dan progres dalam bidang ekonomi lainnya pun mengalami kemajuan yang cukup signifikan. setuju !!!
Dampak Negatif Implementasi MEA ?
meskipun banyak dampak positif ditawarkan MEA bagi Negara-negara yang terintegrasi, seperti; turunnya angka kemiskinan, meningkatnya pertumbuhan investasi, peningkatan produk domestik bruto, mengurangi pengangguran, dan peningkatan angka didunia perdagangan, seperti peluang Indonesia ekspansi ke negara Asean yang lain adalah sumberdaya yang melimpah, kejenuhan terhadap barang impor murah dari China, dan upah tenaga yang masih relatif murah. Peluang tersebut antara lain industri perikanan, makanan dan minuman, otomotif, industri kreatif, industri militer, industri perlengkapan olah raga, sektor konstruksi, sektor ketenagakerjaan, pengolahan hasil laut/perikanan, sektor kesehatan, sektor pertanian dan sektor energi, namun tak bisa begitu saja melepaskan dampak negatif yang dibawanya.
MEA mempunyai 4 (empat) pilar yang nantinya akan diberlakukaan di seluruh Negara yang tergabung di dalam ASEAN, yakni; 1) pasar tunggal dan basis produksi, 2) membangun kawasan ekonomi yang berdaya saing tinggi, 3) membangun kawasan dengan ekonomi yang merata, 4) membangun kawasan dengan integrasi penuh terhadap perekonomian global.
dijalankan melalui lima elemen utama yaitu
(i) Aliran bebas barang,
(ii) Aliran bebas jasa,
(iii) Aliran bebas investasi,
(iv) Aliran modal yang lebih bebas
(v) Aliran bebas tenaga kerja terampil.
Lantas, apakah benar 4 (empat) pilar dan 5 elemen pendukung di atas dapat menyelamatkan pereekonomian Indonesia dan mengurangi kemiskinan atau malah bisa jadi babak baru Indonesia dalam menghadapi keterjajahan di bidang ekonomi, mendatangkan dampak buruk bagi perekonomian nasional: hancurnya sektor produksi nasional (industri dan pertanian), pengangguran meningkat, meluasnya praktek upah murah, dan lain sebagainya. yang seharusnya menjadi landasan untuk masyarakat agar sejahtera malah menjadi ancaman peningkatan kemiskinan. Dampak kebijakan neoliberalisme yang diterapkan sudah sangat menjatuhkan tingkat kesejahteraan rakyat, kini ditambah lagi dengan agenda liberalisasi yang lebih luas dan mendalam melalui MEA.
Beberapa hambatan Indonesia ekspansi ke negara Asean yang lain adalah kurangnya upaya promosi, sejumlah produk Indonesia identik dengan produk negara lain, kurangnya kompetensi tenaga kerja dan fluktuasi nilai tukar mata uang;
dilain sisi Perguruan Tinggi misalnya,( PT ) perguruan tinggi dituntut dapat lebih meningkatkan kualitas lulusannya yang menuntut kemampuan di dunia kerja yang terus berkembang karena Skema AEC 2015 tentang ketenagakerjaan, misalnya, memberlakukan liberalisasi tenaga kerja profesional papan atas, seperti dokter, insinyur, akuntan dsb. Celakanya tenaga kerja kasar yang merupakan “kekuatan” Indonesia tidak termasuk dalam program liberalisasi ini. Justru tenaga kerja informal yang selama ini merupakan sumber devisa non-migas yang cukup potensional bagi Indonesia, cenderung dibatasi pergerakannya di era AEC 2015.
faktanya, HDI (Human Development Index) menunjukkan bahwa SDM Indonesia menempati peringkat ke 6 dibawah Negara-negara Asean lainnya, seperti Malaysia, Thiland, Brunei, Philipina, dan Singapore. Sementara itu, dari data Asian Productivity Organization (APO) mencatat, dari setiap 1.000 tenaga kerja Indonesia pada tahun 2012, hanya ada sekitar 4,3% tenaga kerja yang terampil. Jumlah itu kalah jauh dibandingkan dengan Filipina yang mencapai 8,3%, Malaysia 32,6%, dan Singapura 34,7%. Data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyebutkan, hingga akhir tahun 2013, masih ada 3,6 juta penduduk Indonesia berusia 15-59 tahun yang buta huruf. Angka putus sekolah juga masih sangat tinggi. Anggaran pendidikan Indonesia masih terbilang terendah di dunia: anggaran pendidikan kita masih berkisar 3,41% dari PDB. Sedangkan negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand masing-masing punya anggaran pendidikan sebesar 7,9% dan 5,0% dari PDB-nya
Satu hal yang digadang-gadangkan pemerintah untuk mengatasi hal ini adalah lewat jalur pendidikan dan pelatihan kerja. Masalah baru lagi, pendidikan Indonesia juga mengalami keterpurukan. Tidak sedikit masyarakat Indonesia yang menghadapi benang kusut dalam menghadapi pendidikan yang sangat mahal harganya
Ada tiga indikator untuk meraba posisi Indonesia dalam AEC 2015. Pertama, pangsa ekspor Indonesia ke negara-negara utama ASEAN (Malaysia, Singapura, Thailand, Pilipina) cukup besar yaitu 13.9% (2005) dari total ekspor. Dua indikator lainnya bisa menjadi penghambat yaitu menurut penilaian beberapa institusi keuangan internasional – daya saing ekonomi Indonesia jauh lebih rendah ketimbang Singapura, Malaysia dan Thailand. Percepatan investasi di Indonesia tertinggal bila dibanding dengan negara ASEAN lainnya.
dampak lainya yang akan terjadi dengan adanya masyarakat ekonomi asean adalah semakin kuatnya intervensi asing di Indonesia dan pencaplokan wilayah sumber daya alam milik Indonesia dikarenakan penanaman modal asing yang tidak dibatasi.
Sisa krisis ekonomi 1998 yang belum juga hilang dari bumi pertiwi, masih berdampak rendahnya pertumbuhan investasi baru (khususnya arus Foreign Direct Investment) atau semakin merosotnya kepercayaan dunia usaha, yang pada gilirannya menghambat pertumbuhan ekonomi nasional. Hal tersebut karena buruknya infrastruktur ekonomi, instabilitas makro-ekonomi, ketidakpastian hukum dan kebijakan, ekonomi biaya tinggi dan lain-lain.
apa yang harus dipersiapkan ?
Masyarakat Indonesia harus siap menghadapi kompetisi dalam masyarakat ekonomi asean , Pemerintah tidak bisa menunda lagi untuk segera berbenah diri, jika tidak ingin menjadi sekedar pelengkap di AEC 2015. Keberhasilan tersebut harus didukung oleh komponen-komponen lain di dalam negeri. Masyarakat bisnis Indonesia diharapkan mengikuti gerak dan irama kegiatan diplomasi dan memanfaatkan peluang yang sudah terbentuk ini. Diplomasi Indonesia tidak mungkin harus menunggu kesiapan di dalam negeri. Peluang yang sudah terbuka ini, kalau tidak segera dimanfaatkan, kita akan tertinggal, karena proses ini juga diikuti gerak negara lain dan hal itu terus bergulir. Kita harus segera berbenah diri untuk menyiapkan Sumber Daya Manusia Indonesia yang kompetitif dan berkulitas global.
Beberapa langkah strategis lainya yang perlu dilaksanakan oleh pemerintah ialah dari sektor usaha perlu meningkatkan perlindungan terhadap konsumen, memberikan bantuan modal bagi pelaku usaha mikro, kecil dan menengah, memperbaiki kualitas produk dalam negeri dan memberikan label SNI bagi produk dalam negeri. Dalam sektor tenaga kerja Indonesia perlu meningkatkan kualifikasi pekerja, meningkatkan mutu pendidikan serta pemerataannya dan memberikan kesempatan yang sama kepada masyarakat. Selain itu, perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat luas mengenai adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 sehingga mampu menumbuhkan rasa percaya diri dan kita akan mampu menghadapi berbagai macam tantangan dalam. Apabila kita mempunyai daya saing yang kuat, persiapan yang matang, sehingga produk-produk dalam negeri akan menjadi tuan rumah dinegeri sendiri dan kita mampu memanfaatkan kehadiran, untuk kepentingan bersama dan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dengan hal tersebut banyak sekali yang bisa kita wujudkan terutama dengan merealisasikan ASEAN Economy Community 2015 nanti. Stabilitas ekonomi Indonesia yang kondusif ini merupakan sebuah opportunity dimana Indonesia akan menjadi sebuah kekuatan tersendiri, apalagi dengan sumber daya alam yang begitu besar, maka akan sangat tidak masuk akal apabila kita tidak bisa berbuat sesuatu dengan hal tersebut.
apa yang terjadi saat ini ? bagaimana solusinya ?
baca artikel terpisah Solusi ; Dampak MEA Effect dan kondisi ekonomi global artikel ini ditulis pada bulan Mei 2015. setelah mengamati kondisi ekonomi indonesia pada kuartal pertama tahun 2015.
sahabatku yang dirahmati Allah.“Hadist Nabi juga mengatakan, Pemimpin atau pemerintah adalah wakil Tuhan yang bertugas memayungi kaum yang terdzalimi. Jadi pemerintah jangan bertindak dzalim,otoriter sehingga mengabaikan suara rakyat “Pembangunan apa pun jangan sampai mengorbankan masyarakat. Sebab hakikat pembangunan haruslah memperhatikan kemaslahatan bagi masyarakat dan melindungi masyarakat dari kedzaliman,” karena prinsip kepemimpinan dalam Islam, yakni tasharruful imam, manutun bil maslahah (Kinerja pemimpin harus merujuk pada kemaslahatan umat). setuju kan ?
Pemberlakuan Masyarakat Ekonomi Asean 2015 tersebut bisa menjadi tantangan, peluang bahkan ancaman, bergantung kesiapan seluruh stake holder suatu negara, sehingga Indonesia harus mampu memanfaatkan momentum tersebut sebagai tantangan dan peluang dengan meningkatkan daya saing, dengan menjadi “pemain” bukan cuma “penonton setia.”
apa jadinya kehidupan kita jika tidak pernah mencoba hal yang baru?
apakah kita akan menjadi pemain penuh MEA, atau hanya penggembira bahkan cuma penonton setia.. ?
ataukah kesejahteraan untuk masyarakat indonesia hanya sebuah ilusi ?
adakah yang mau menjelaskan………………………………….??
Semoga seluruh masyarakat Indonesia kita ini bisa saling membantu untuk mewujudkan kehidupan ekonomi dan sosial yang layak agar kita bisa segera bangkit dari keterpurukan beranjak menuju era keemasaan yang diberkahi dan diridhoi Allah, semoga
disarikan dari berbagai sumber
semoga bermanfaat.
Mei 15, 2015 @ 10:50:02