sahabatku semua yang dirahmati Allah. orang yang istimewa dihadapan allah, yang ma’rifatullah kadang secara tidak kita sadari berada ditengah-tengah kita, orang yang Allah anugerahkan karomah kemuliaan istimewa itu seringkali dekat dengan kita semua, namun mungkin karena banyak dosa-dosa kita tanpa kita ketahui berlalu begitu saja,
kawanku, wali-wali ALLAH itu kadang menyamar dengan menampakkan dirinya menjadi seorang peminta-minta menjadi seorang pengemis, kadang menjadi orang yang gila, bisa juga menjadi anak gelandangan, menjadi jama’ah pengajian, maupun lain-lain, begitulah cerita-cerita yang selama ini beredar. dan tidak semua orang mampu melihat keaslian mereka, hanya seorang wali lah yang bisa melihat wali, dan orang tertentu yang diberi keistimewaan yang mampu melihat mereka.
apakah engkau bisa ? wallahu a’lam.
maka saya nasehatkan kepada engkau semua, jngan suka menghardik orang yang meminta-minta, orang gelandangan maupun orang gila, bisa jadi itu wali Allah yang Allah perintahkan untuk mengetest seberapa besar imanmu, rasa pedulimu, juga belas kasihmu
sebuah kisah menarik moga bisa diambil manfaatnya,.
Namanya Muhammad Abdul Hamid. Seorang sayyid, cucu Kanjeng Nabi Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam. Tapi saya tak punya informasi tentang marganya. Kemungkinan As Saqqaaf. Beliau hidup sezaman dan bertetangga dengan Kyai Kholil Harun di kampung Kasingan, Rembang. Tak banyak yang mengetahui nama aslinya itu, karena orang-orang lebih mengenalnya sebagai “Mat Amit”. Bahkan mereka terbiasa menyebut atau memanggilnya dengan sebutan itu secara “njangkar” tanpa embel-embel “Mbah” –walaupun terhitung sepuh, “Pak”, apalagi “Yik”.
Mat Amit dikenal berangasan. Setiap bertemu orang, selalu yang ia lontarkan adalah:
“Kaaake’aneee…!!!”
Itu adalah kata yang lazim digunakan sebagai makian di Rembang hingga kini. dan bahasa kotor khusus orang jawa, jika anda mengucapkan kata “kake’anee” pasti anda akan diccap orang yang tak punya adap, tidak punya sopan santun, bocah nakal tidak tahu aturan, bocah gemblung, dan sebagainya. karena bahasa ini adalah bahasa makian seperti kata “anjing” dan sebagainya. saya tak tahu kenapa kata “kakeanee..” menjadi bahasa makian yang sangat kotor khususnya bagi orang jawa ( jawa tengah, jawa timur). padahal Dari kata “kakek”, makna harfiahnya adalah “kakeknya” atau “sang kakek”. namun jangan sekali-kali kamu mengucapkan kata itu didepan orang jawa, pasti langsung digampar, ditonjok, dihantam batu kamu, xixixixi…
cerita kita lanjutkan…
Kata makian itu seolah pengganti salam bagi Mat Amit.
Perawakannya yang tinggi-besar dan lagak-lagu serta gaya bicaranya yang kasar membuatnya semakin tampak menyeramkan. Orang-orang tua bahkan sengaja menjadikannya momok bagi anak-anak yang bandel.
“Tak kandhakno Mat Amit lho!” (Awas! Kulaporkan Mat Amit nanti!) Demikian ibu-ibu biasa menakut-nakuti anaknya.
Pada kurun yang sama di lingkungan yang sama, hiduplah pula Mbah Darmo –aashliii pakai shod, ini tokoh faktual, bukan sekedar nama akun fesbuk!– seorang kusir dokar, sepantaran usianya dengan Mat Amit. Mbah Darmo penggemar setia diba’an (majelis sholawat) setiap malam Jumat di langgar Kyai Kholil Harun. Seumur hidup, tak sekali pun ia absen.
Pada suatu malam Jumat, saat mahallul qiyaam, Mbah Darmo terlihat menangis tersedu-sedu sambil membungkuk-bungkuk nyaris ngelempoh diatas lantai langgar. Orang-orang keheranan, tapi tak terlalu ambil pusing karena memang sudah biasa orang menangis terharu oleh keindahan bait-bait diba’. Usai diba’an itu, Kyai Kholil mengundang Mbah Darmo ke kamar pribadinya.
“Sampeyan kok gero-gero tadi itu kenapa?” Kyai Kholil bertanya. Gero-gero, menangis meraung-raung.
Masih sembab matanya, Mbah Darmo menjawab lirih,
“Lha apa panjenengan tadi nggak lihat juga? ‘Kan Kanjeng Nabi rawuh…”
Suatu sore menjelang jama’ah ‘Ashar, Mbah Darmo sudah nongkrong di serambi langgar, menunggu Kyai Kholil keluar ngimami, sambil menyenandungkan sholawat Badawi Shughro bersama para santri. Mat Amit muncul belakangan. Begitu berhadapan dengan Mbah Darmo, seperti biasa, keluarlah makiannya,
“Kaaake’aneeee…!”
Mbah Darmo meringis.
“Yiiik Yik…”, (kata yiik adalah panggilan untuk cucu rosul saw, atau biasa dikenal habib) kata Mbah Darmo, “Sampeyan ini apa mau seumur hidup pakai topeng begitu? Mbok ya dilepas saja!”.
Mat Amit merah-padam seketika,
“Kaaake’aneeee!!!” makiannya lebih keras dari biasanya, “Kamu ini punya mulut diumbar seenaknya!!!”
Sambil begitu ia balik badan dan buru-buru pulang tak jadi ikut jama’ah.
Sejak saat itu, Mat Amit nyaris tak pernah lagi keluar rumah. Anehnya, Mbah Darmo juga ikut-ikutan menyembunyikan diri. Demikian hingga keduanya wafat.
sahabatku yang dirahmati Allah.
dari yang info yang beredar ditempat itu kedua orang itu adalah waliAllah,
maksud mbah darmo untuk menyuruh melepas topeng, adalah melepas samaran beliau, memperlihatkan wujud aslinya, dan keduanya itu juga sama-sama menyamar, mbah darmo itu wali yang menyamar jadi tukang kusir, mat Amit wali Allah yang suka berbicara kasar. orang awan seperti kita gak akan pernah maksud kenapa mereka demikian dan seperti itu,
tidak terbantahkan lagi, bahwa karomah auliya itu tetap ada dan benar karena auliya bagian dari pengikut setia nabi saw sehingga beliau juga pasti diberi keajaiban oleh Allah sesuai dengan ketqwaannya. bukankah Rasulullah dipenuhi mukjizat oleh Allah?. Nah, demikian pula hamba yang dekat denganNya juga pasti akan dikasih kelebihan oleh Allah. bagi yang tak sefaham, bahkan mungkin menganggap bahwa mempercayai karomah adalah sebuah kemusyrikan, silahkan belajar islam dengan ikhlas dan beramal sholeh yang sebanyak-banyaknya hingga dekat dengan sang Khaliq dan jangan terus menuduh orang lain (ahli sunnah ) sebagai musyrik, pasti akan mendapat karunia dariNya.
bukan begitu kawan ?
semoga bermanfaat.
Jun 19, 2013 @ 08:37:17
Apakah Nabi jg sering mengucapkan kata2 yg kasar seperti wali Allah mas…
SukaSuka