sahabatku semua yang dirahmati Allah. hari menjelang siang, dibawah pohon rindang didepan rumah ku buka laptop sambil membaca beberapa buku, kucobalah menyusun sebait kata-kata yang semoga bermanfaat ini.
semilir angin menghembus menerpa badan menambah ketenangan dalam hati, meski cobaan itu datang silih berganti dan pergi semoga dengan memberi inspirasi Allah berikan keberkahan bagi diri. Amien
sahabatku, pernahkah engkau bayangkan kenapa wahyu yang pertama turun adalah surat Al alaq..
kenapa waktu itu wahyunya berbunyi iqra’ ( bacalah )
kenapa bukan surat-surat yang lain ?
adakah kira-kira ada yang tahu ?
sebuah kisah menarik semoga bisa mengisnpirasimu….
Seorang raja Sisilia memiliki sebuah mahkota yang terbuat dari emas murni. Dia bingung karena tidak mengetahui berapa volume dari mahkota miliknya itu. Bentuk mahkota itu sangat unik, penuh dengan ukir-ukiran, sehingga sangat sulit untuk menentukan volumenya. Kemudian para ilmuwan pada jamannya dipanggil untuk berusaha untuk mengetahui volume mahkotanya. Syahibul hikayat tersebut kisah, ada seorang ilmuwan ketika mandi,air keluar dari bath tubnya, lalu ia membaca, kenapa air keluar atau tumpah. Dia memperhatikan hal itu, air yang tumpah itu. Kemudian ia keluar dari dalam bath tub tersebut, dan diisinya kembali dengan air sampai penuh, lalu ia mencelupkan kakinya, kembali airnya tumpah.
Diperhatikannya kenapa air tumpah, ketika ia memasukan anggota badannya. Aha, dia menemukan jawabannya. Tiba-tiba saja sang ilmuwan itu berteriak, “Eureka (saya dapat”), Eurka , Eureka. saking girangnya. ia lupa kalau belum berpakaian Setelah berpakaian rapi, ia bergegas menemui raja, dengan berbinar-binar ia mengatakan bisa menemukan jawabannya. Dihadapan sang raja, dia memasukan mahkota itu ke dalam suatu tempat (bejana) yang terisi penuh air. Lalu air yang tertumpah dimasukan ke dalam gelas pengukur, maka terjawablah volume mahkota emas yang penuh ukiran itu. Sang ilmuan itu bernama Archimedes, yang kemudian namanya diabadikan untuk mngingat hukum bahwa,berat/masa jenis benda adalah beratnya dibagi volume. Archimedes telah membaca air yang tumpah, ketika dirinya masuk ke dalam bath tubnya. Kemudian ia meneliti, menelaah, dan mempelajari hal itu secara sungguh-sungguh. Akhirnya ia berhasil melihat salah satu ketentuan Tuhan, yaitu hukum Archimedes. Yaitu suatu ketetapan milik Tuhan yang dilihat dan dibaca oleh Archimedes. Archimedes telah memanfaatkan waktu, masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang. Demi masa (Wal asr) dan ayat pertama, Bacalah (Iqra’).
“Allah meninggikan derajat bagi kaum yang senantiasa berfikir (Al –Hadist)”. “Katakanlah, samakah orang yang berilmu dan orang yang tidak berilmu” (QS Azumar ayat 9)
inilah ketetapan milik Allah yang telah dibaca Archimedes, inilah contoh dari proses ilmu pengetahuan dan peradaban manusia yang dimulai dengan kata iqra’ ( bacalah ). proses inipun tak luput dari dorongan suara hati untuk mengetahui berbagai hal, itu adalah sifat dorongan Allah yang maha ilmu-dorongan suara hati untuk belajar-yang bersemanyam pada jiwa manusia.
sahabatku yang baik hatinya..
Pertanyaannya, kenapa Allah memberikan ilmu melalui Archimedes? Karena Allah tidak pilih kasih, Tuhan memberikan ilmunya kepada siapa yang mau membaca (iqra). Allah Maha Rahman, Maha Rahim, karena setiap manusia diciptakan Allah Swt mempunyai suara hati (kalbu) berupa Al Alim yang bersemayam di setiap jiwa manusia, sebuah dorongan untuk “belajar”. Dorongan itu ada pada Aechimedes yang telah memanfaatkan waktu dan membaca, ada pada Albert Einstin yang menemukan hukum kekekalan energi, kedahsyatan energi atom dengan rumus : E=Mc^2 . Ada pada Thomas Alfa Edison yang mnemukan lampu pijarnya. Ada pada Prof. Howard Aiken yang menemukan komputer pada tahun 1937, dan masih banyak lagi ilmuwan yang berfrestasi untuk kesejahteraan manusia. Mereka-mereka itu telah memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dan membaca keadaan alam ciptaan Allah Swt.
Teori-teori mereka itu, dipelajari terus menerus oleh orang lain dengan menyempurnakannya. Sebetulnya, dorongan untuk belajar ada juga pada kita, hanya kita tidak mau membaca, belajar sungguh-sungguh dengan memanfaatkan waktu. Waktu banyak kita lewatkan begitu saja. Bukan kita saja, tetapi mungkin juga bangsa kita, bangsa Indonesia, yang tertinggal terus dibanding negara-negara lain, padahal sumber kekayaan alam Indonesia berimpah. Menurut data dari World in Figure (Harian Pikiran Rakyat Juli 2006) mencatat bahwa, lada putih, pala, LNG dan kayu lapis Indonesia penghasil nomor 1(satu) di dunia. Karet dan timah nomor 2(dua) , tembaga, batu bara, minyak dan ikan termasuk 10 (sepuluh) besar dunia. Indonesia memiliki 325 jenis flora dan fauna. Padahal Allah telah menyuruh kita dalam ayat-ayat-Nya dalam Surat Al-alaq dan Al ‘Asr.
“Bacalah, Tuhan-Mulah Yang Maha Pemurah, yang mengajar dengan kalam, mengajar manusia apa yang tidak diketahuinya”.
sahabatku yang dirahmati Allah..
Lihat saja negara Jepang,ekonominya maju pesat melampaui negara-negara lainnya. Hasilnya menakjubkan, karena mereka telah membaca, belajar, meyempurnakan terus menerus dengan memanfaatkan waktu. Kaum mudanya dikirim oleh pemerintahnya ke berbagai negara di kawasan Eropa dan Amerika secara besar-besaran , dengan tujuan membaca atau belajar.
Semua buku-buku barat diterjemahkan kedalam bahasa Jepang sehingga memudahkan transfer ilmu pengetahuan dan teknologi dunia barat. Buku-buku itu dijual dengan harga yang murah, untuk mendorong agar bangsa Jepang gemar membaca. Hal ini dapat dilihat dimana-mana di Jepang, baik di kereta, di bus,atau dimana saja, hampir semua membaca. Setelah semua ilmu pengetahuan telah mereka serap dan mereka kuasai, maka mereka menyempurnakannya lagi. Contoh, produksi mobil di Amerika Serikat seperti Chrysler, Ford, atau Chevrolet umumnya berbentuk besar, berat, dan boros bahan bakar. Oleh bangsa Jepang hal itu bibaca, dicermati, dievaluasi, dan pada akhirnya disempurnakan. Kemudian lahirlah industri mobil Jepang yang memproduksi mobil yang ringan, murah, dan hemat bahan bakar.Seperti kita ketahui saat ini industri mobil Jepang bisa dikatakan telah menguasai sebagian besar pangsa pasar jenis mobil sedan, seperi merk Honda, Toyota, atau Suzuki. Ini contoh nyata dari suatu kebiasaan membaca, kebiasaan berfikir, dan kebiasaan mengevaluasi dan menyempurnakan. Itulah contoh nyata dari hasil Iqra’ dan Al-Asr yang telah difirmankan Allah Swt 1400 tahun yang lalu
ada istilah yang sering didengung-dengungkan dosen saya yaitu NO FREE LUNCH tidak ada makan siang gratisnya, artinya ilmu itu harus direbut, dipelajari tidak ada dalam sejarah tranfers ilmu, yang ada hanyalah orang yang bersungguh-sungguh untuk mendapatkan ilmu. barulah negara tersebut bisa jadi maju.
kunci kemajuan negara jepang itu, membaca, memcermati, mengevaluasi kemudian menyempurnakan.. 4 kunci jika kita bisa memandang pada suatu hal kita pasti akan jadi orang yang sukses, tak apa diawal kita membaca hasil karya orang, kemudian kita mencermati semua potensi potensi kesalahan dari hasil karya itu, evaluasi lagi semuanya… kemudian kita improve mencoba menyempurnakan hasil karya itu lalu kita buat hasil karya yang hampir sama tapi beda, lihatlah orang jepang begitu cerdasnya. mobil itu sebuah hasil karya karena pandainya mereka melihat ketidaksempurnaan pada hasil karya amerika dan eropa, dengan improve sedikit mereka berhasil membuat mobil dg bahan yang ringan, kuat juga murah sudah meninggalkan produk amerika eropa yang berat tapi mahal padahal produk adalah sama yaitu mobil, inilah cara-cara orang cerdas bekerja. bener tidak kawan.
maka tak heran disetiap perusahaan-perusahaan milik jepang. mereka menuntut karyawannya untuk membuat inovasi-inovasi, sistem saran maupun improvement yang bertujuan untuk memajukan perusahaan, mengurangi cost, mencegah bahaya, meningkatkan safety juga kenyamanan dalam bekerja sebuah system managemen yang sangat baik.
seandenya jika tiap individu orang indonesia dapat melihat ke 4 kunci tersebut dengan baik, pasti indonesia akan jauh lebih baik lagi daripada negraa jepang. sayang beribu sayang masyarakat kita cenderung lebih senang jadi “worker/ pekerja daripada menjadi devloper.
lebih senang jadi konsumen daripada menjadi produsen, lebih senang memikirkan kekurangan daripada jadi pemikir yang memampukan diri, mental set seorang yang gampang putus asa dan menyerah lebih banyak ditunjukkan.
sahabaku semua yang baik hatinya
“Apa rahasia anda bisa menjadi orang berilmu?” jika ada yang bertanya demikian apa yang akan kamu jawab…?
Pertanyaan di atas disampaikan kepada beberapa ulama besar lintas generasi. Inilah jawaban beliau.
Imam Abu Yusuf menjawab, “Aku tidak malu belajar kepada siapapun. Dan aku tidak pelit membagi ilmu kepada siapapun yg meminta.”
Ibnu Abbas menjawab, “Dengan banyak bertanya dan banyak berpikir.”
Seorang ulama menjawab, “Berkat ayahku yg kaya. Beliau berbuat kebaikan dengan hartanya kepada ulama dan orang shalih. Ini menjadi sebab bertambahnya ilmuku. Karena shodaqoh itu adalah wujud rasa syukur atas akal dan ilmu. Dan dengan syukur, nikmat bertambah.”
Imam Abu Hanifah menjawab, “Aku mendapatkan ilmu sebab memuji Allah dan bersyukur. Setiap aku berhasil memahami sebuah ilmu fikih atau hikmah, aku mengucapkan hamdalah. Sehingga bertambahlah ilmuku.”
Imam Halwani menjawab, “Aku mendapat semua ilmu ini dengan menghormati ilmu. Aku tidak pernah memegang kitab kecuali dalam keadaan suci dari hadats (senantiasa punya wudhu).”
Imam Fakhrud Din Al Arsabandi menjawab, “Aku mendapatkan derajat keilmuan ini, karena menghormati guru. Aku melayani guruku, Syaik Abu Yazid Ad Dabusi dan memasak makanan untuk beliau. Aku tidak pernah makan sedikitpun makanan yg aku masak untuk beliau.”
Apa yang disampaikan di atas adalah beberapa X Factor yang membuat beliau-beliau bisa mendapatkan ilmu barokah, tentunya juga dibarengi dengan usaha keras dalam belajar.
luar biasa bukan, dosenku bapak taufiqurrohman ST, dalam status di fb-nya memberikan Satu tips bagi ‘Thullab al-ilm’ (plural=para penuntut ilmu, singular ‘Thalib al-ilm’) yang hendak membaca atau menelaah buku atau kitab:
[1]Siapkan pensil ketika hendak membaca buku/kitab.
[2] Tambahkan underline (garis bawah) pada keyword-keyword dan bila perlu beri komentar atas setiap pembahasan yg menurut Anda penting.
[3] Catatlah faedah2 penting atau istilah2 terbaru atau terasing bagi Anda pada halaman kosong yang biasanya terdapat di lembar pertama atau terakhir sebuah buku.
Dan jangan lupa tambahkan nomor halaman.
Hal ini penting ketika kita hendak merujuk ke pembahasan suatu masalah dimana saat itu kita butuh pemecahannya atas sebuah problem yg tengah kita hadapi.
sebagai penutup dari artikel kali ini. ada sebuah contoh soal menarik yang syarat akan ilmu, sebuah pesawat “Huge Nebula” meluncur meninggalkan bumi dengan kecepatan 100.000 km/s ( kecepatan diukur dari bumi). saat yang bersamaan, pesawat dengan kecepatan yang lebih tinggi “Red Nebula” meluncur dengan kecepatan yang lebih tinggi yaitu 180.000 km/s dengan arah yang sama, pemgukuran kecepatannya pun sama-sama dilakukan dibumi, berapakah jarak antar kedua pesawat tersebut ?
orang yang awan akan dengan mudahnya menjawab 80.000 km karena dengan mengurangkan 180.000-100.000 jadinya 80.000 km, apakah benar jawabnya 80.000 km kah ? bukan ternyata jawaban itu adalah salah besar, setelah diamati yang benar jawabnnya adalah 100.000 km, lho kenapa bisa dapat seperti itu ? bukan 80.000, teori Enstein lah yang telah memperhitungkannya.
tak ada kekeliruan dari pengamatan tersebut, menurut Albert Einstens hasil kesimpulan tersebut adalah semata-mata akibat dari sifat dasar alamiah ruang dan waktu, yang sudah diperhitungkan lewat rumus awal komposisi kecepatannya. dan salah satu kesimpulan “Teori Relativitas Einsten ” adalah benda dan energi yang berada dalam arti yang berimbang, hubungan antar keduanya dirumuskan sebagai
E : m.c2
kalau ditinjau dari segi dalil adalah
وَمِن كُلِّ شَىْءٍ خَلَقْنَا زَوْجَيْنِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
“Dan segala sesuatu kami jadikan berpasang-pasangan, supaya kamu mengingat kebesaran Allah.” [QS. Adz Dzariyaat (51):49].
E merujuk pada Energi, dan m menunjukkan massa atau benda, sedangkan c adalah simbol kecepatan cahaya. Karena c sama dengan 180.000 km/s, dengan sendirinya c2 ( c x c ) = 180.000 x 180.00 akan menghasilkan energi yang terperikan dengan demikian berarti meski terjadi perubahan pada sebagian kecil massa atom dalam molekul, sesungguhnya ia akan mengeluarkan jumlah energi yang luar biasa besarnya. Teori ini terbukti ketika bom atom meluluh lantakan hirosima dan nagasaki pada tahun 1945.
Einsten dalam hal ini telah membaca Hukum keseimbangan antara massa dan energi yang dirumuskan sebagai E : m.c2
disini kadang orang salah tafsir bahwa Einsten adalah yang “menemukan” energi teori Atom. menurut pandangan saya Einsten memang telah mampu membaca, menelaah, mendalami, meneliti serta menyampaikan atau pun melakukan IQRA’ terhadap ketetapan-ketetapan alam ciptaan Allah yang maha ilmu, namun tetaplah DIA ( Allah) yang maha kuat memiliki kekuatan tersebut bukan Albert Eisnten.
Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mu’min, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. ( Qs. Al Anfaal 17 )
sahabatku yang baik. banyak orang yang berilmu tapi tidak berakhlak akhirnya karena kecerdasanya itulah yang menimbulkan kehancuran bagi bangsa dan negara. Untuk memperbaikai bangsa dan negara dari kerusakan moral yang melanda umat islam dan umat manusia yang hidup di negara yang kita cintai negara indonesia yang memiliki wlayah yang luas dan kekayaan alam yang melimpah ruah, maka yang sangat urgen adalah membangun akhlak bangsa ini.
Kini akhlak telah ditinggalkan oleh kaum muslimin dan para pemimpin kita serta generasi muda, sebagian besar orientasi para pemimpin adalah materi, orientasi generasi pemuda kita adalah bagaimana hidup mewah, orientasi para pelajar dan mahasiswa adalah mencapai terget kelulusan, kurang ada perhatin pada nilai-nilai akhlak dan moral sehingga moral bangsa mengalami kerusakan sangat parah, generasi muda asik dengan minuman keras, ganja, hidup penuh dengan kebebasan dan hedonisme, sementara pejabat-pejabat asik dengan jabatan dan korupsi terhadap uang rakyat tanpa memperdulikan mana yang halal dan mana yang haram.
Ibnu rusydi pernah berkata:
“Sesungguhnya suatu bangsa akan tetap tegak dan jaya selama mereka ada akhlaknya, dan jika hilang akhlak dan jiwa mereka maka punahlah bangsa itu”.
Karena akhlak merupakan implementasi dari islam dan iman serta ibadah, maka keduanya memiliki hubungan yang erat, iman kuat ditopang ibadah yang khusyuk dan akhlak yang mulia maka bangsa dan negara akan kuat, mengapa akhlak sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta kehidupan kita sehari-hari.
Berkaitan dengan akhlak, Imam Ghazali mendefinisikannya sebagai berikut: “Khuluq (akhlak) adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorong lahirnya perbuatan dengan mudah dan ringan, tanpa pertimbangan dan pemikiran mendalam.” (al-Ghazali: Ihya’ Ulum al-Din, 1989)
Keilmuan yang dimiliki seseorang tidaklah bisa memberikan jaminan pada kita, bahwa mereka akan bertindak sesuai dengan konsep baik-buruk yang diketahuinya. Hal ini karena amal tidak selalu berbanding lurus dengan ilmu seseorang. Alih-alih tidak dilandaskan pada orientasi yang benar, ilmu justru menyeret pemiliknya kedalam lembah-lembah kehinaan. Seperti yang terjadi pada penjahat-penjahat berdasi yang sering berhaji itu. Persis seperti yang digambarkan dalam untaian hikmah berikut: “Barang siapa yang bertambah ilmunya namun tidak bertambah perolehan hidayahnya maka tidaklah bertambah antara Allah dan dirinya melainkan semakin jauh”.
Berbeda dengan orang berilmu, seseorang yang shaleh akhlaknya, akan memiliki rasa solidaritas yang tinggi. Ia akan cenderung mengutamakan kepentingan orang lain di atas kepentingannya sendiri. Ia telah meleburkan dirinya kedalam kepentingan-kepentingan orang yang membutuhkan bantuan. Eksistensinya justru ia wujudkan dengan menegaskan dan menguatkan eksistensi orang lain. Sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah saw yang selalu sibuk untuk kepentingan umatnya.
Oleh karenanya lah kemudian keshalehan seseorang tidak diukur dari apakah ia membaca qunut atau tidak pada saat shalat subuh? Apakah ia menjaharkan basmalah atau tidak ketika shalat? Apakah ia tidak pernah tidur di malam hari dan selalu berpuasa di siang hari? Dan apakah ia selalu memutarkan tasbih tanpa henti? tapi keshalehan diukur dari seberapa baik akhlaknya kepada orang lain (Jalaludin Rahmat: 2007).
Mudah-mudahan Allah masih bersedia membimbing bangsa indonesia untuk bisa menjadi manusia pandai yang berakhlak. Karna bukan orang pintar yang diinginkan Tuhan, tapi manusia yang berakhlak. Bukankah rasulullah diutus tidak untuk menyempurnakan ilmu atau hukum? tapi untuk menyempurnakan akhlak? Sehingga sabdanya berbunyi: “Sesunggunya aku diutus untuk menyempurnakan kemulyaan akhlak.”
semoga untaian kata-kata ini bermanfaat
Makrifat adalah modalku
Akal pikiran adalah sumber agamaku,
rindu kendaraanku
berdzikir kepada Allah kawan dekatku
Keteguhan perbendaharaanku
duka adalah kawanku
ilmu adalah senjataku
ketabahan adalah pakaianku
Kerekaan sasaranku
Faqr adalah kebangganku
Menahan diri adalah pekerjaanku
keyakinan makananku
Kejujuran perantaraku
ketaatan adalah ukuranku
berjihad perangaiku
dan hiburanku adalah dalam sembahyang
(ali bin abi thalib)
“wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau maha kuasa atas segala sesuatu.”
رَبَّنَا إِنَّكَ مَنْ تُدْخِلِ النَّارَ فَقَدْ أَخْزَيْتُهُ وَمَا لِلظَّا لٍمِيْنَ مِنْ أَنْصَارِ. رَبَّنَا إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًا يُنَادِيْ لِلْإِيْمَانِ أَنْ أَمَنُوْا بِرَبِّكُمْ فَاَمَنَّا. رَبَّنَا فَغْفِرْلَنَا ذُنُوْبَنَا وَكَفِّرْعَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ الْأَبْرَارِ. رَبَّنَا وَأَتِنَا مَا وَعَدْتَنَا عَلَى رُسُلِكَ وَلَا تُخْزِنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ, إِنَّكَ لَا تُخْلِفُ الْمِيْعَادِ.
“ya Tuhan kami, sesungguhnya barang siapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka sungguh Engkau telah menghinakannya dan Engkau tidak akan menolong orang-orang yang zalim, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman (yaitu):”berimanlah kamu kepada Tuhan-mu”, maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang berbakti. Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantara rasul-rasul Engkau, dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji.”
رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا, رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا, رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ, وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْلَنَا وَارْحَمْنَا, أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
“ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, jangnlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”.
رَبَّنَا أَوْزِعْنَا أَنْ نَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِيْ أَنْعَمْتَ عَلَيْنَا وَعَلَى وَالِدَيْنَا وَأَنْ نَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهَ, وَأَصْلِحْ لَنَا فِى ذُرِّيَّتِنَا, إِنَّا تُبْنَا إِلَيْكَ وَإِنَّا مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ.
“ya Tuhan kami, tunjukkanlah kami untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepada kami dan kepada ibu bapak kami dan supaya kami dapat berbuat amal yang shalih yang Engkau ridhai, berilah kebaikan kepada kami dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucu kami. Sesungguhnya kami bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya kami termasuk orang-orang yang berserah diri”.
رَبَّنَا اغْفِرْلَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْإِ يْمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِى قُلُوْبِنَا غِلًّا لِلَّذِ يْنَ أَمَنُوْا رَسُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ, وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ, وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
semoga bermanfaat
Apr 28, 2013 @ 21:55:25
Reblogged this on stymodotme.
SukaSuka
Mei 06, 2013 @ 10:15:43
Bagus sekali tulisan ini akh, klu kita bandingkan bangsa kita dengan jepang, dimana hampir bisa dikatakan mayoritas rakyatnya punya hobi membaca, mengkaji dan meneliti, mereka menyembah matahari. Mungkinkah matahari lebih baik dari yang menciptakan matahari, mungkinkah malu untuk menduduki posisi dimana seseorang tidak ahli dalam suatu bidang; klupun ahi ia tidak menunjukkan prestasi dan manfaat pada orang banyak, lalu ia mengundurkan diri, hanya kepada setiap orang yang menyembah matahari. Apakah setiap negara yang SDAnya rendah, maka negara tersebut memiliki SDM yang tangguh, dan kebalikannya.
SukaSuka
Mei 07, 2013 @ 16:27:23
alhamdulillah
SukaSuka