cinta maulidBismillaahirrohmaanirrohiim

sahabatku semua yang dirahmati Allah. mendekati zaman akhir satu persatu orang alim, orang berilmu dipanggil kehadirat Allah, satu persatu mereka meninggalkan kita, ilmu mereka dicabut dari dunia bersama nyawa mereka terlepas. para pecinta dipanggil oleh kekasihNYA menuju alam keabadian. ya Allah muliakanlah mereka…

sahabatku,

“Mengapa mencintai sesuatu yang bakal pergi, mengapa mengejar sesuatu yang pasti mimpi, mengapa mengimpikan sesuatu yang bukan untuk dimiliki, carilah sesuatu yang kekal abadi.. kerana itulah tempat kembali”

jika kita mengetahui hakekat hidup yang sesungguhnya sangat singkat, tentunya dengan segala upaya kita akan berusaha melakukan yang terbaik, ketahuilah mati itu hak Allah, setiap saat bisa saja menghampiri kita.

sebuah untaian mutiara indah Taushiyah ad-Da’i Ilallah al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Jufry pada Peringatan Isra’ dan Mi’raj Nabi Besar Muhammad Saw. di Monas pada tanggal 16 Juni 2012. semoga bisa diambil manfaat sebanyak banyaknya..

Limpahan puji kehadirat Allah Swt. atas kenikmatan Islam dan kenikmatan Iman. Segala puji atas kalimah “Laa ilaahaillallah”, segala puji bagi Allah atas kecintaan kepada Sayyidinaa Muhammad Saw. yang tersuci yang terpilih yang kita berkumpul untuk mendengarkan daripada sirah Nabi Muhammad Saw. Shalawat dan salam yang denganya semoga membuka hati seluruh yang hadir disini untuk mencintai beliau, untuk meminum daripada telaga Haudh beliau, untuk menganut dan mengidolakan beliau Nabi Muhammad Saw.

Tidaklah yang menguntungkan kita semua terkecuali karena kecintaan kita pada Nabi Besar Muhammad Saw. Kalau bukan karena kecintaan kepada Nabi Besar Muhammad Saw., maka tidaklah kita dikumpulkan di perkumpulan yang mulia ini. Dan perkumpulan kecintaan kalian ini yang berada di hatimu besar ataupun kecilnya itu adalah kabar gembira. Bahwa engkau mempunyai sambungan yang tiada terputus dengan cinta Nabi Muhammad Saw. kepadamu. Rasulullah Saw. telah mengisyaratkan tentang cinta yang telah kita sebutkan tadi, bahwa Rasulullah Saw. wajah terindah dan akhlak yang terindah serta akhlak para sahabatnya yang memiliki kadar yang tinggi di sisi Allah Swt.

Rasulullah bersabda: “Aku cinta, Aku rindu untuk bertemu dengan umat-umatku”, yaitu kalian wahai saudara-saudaraku.

Hadirin dan Hadirat, suatu ketika Rasulullah Saw. menangis dan ketika itu para sahabat bertanya: “Ya Rasulullah Saw, apa yang membuatmu susah, bersedih dan menangis. bukankah kami adalah para sahabatmu dan saudara-saudaramu yang selalu cinta terhadapmu?”

Jawab Rasulullah Saw.: “Bukanlah kalian penyebab aku menangis, tetapi umatku yang setelah aku tiada, mereka tak pernah berjumpa denganku, namun mereka beriman kepadaku. Aku menangis rindu ingin berjumpa dengan mereka.”

Siapa yang ditangisi Rasulullah Saw. karena rindu? Itu adalah Kalian! Yang mana kalian beriman kepada Nabi, masuk Islam tanpa kalian melihat Nabi Muhammad Saw. Itu adalah kalian! Itu adalah cinta, rindu Rasulullah Saw. untuk kalian! Tangisan rindu itu untuk kalian!

Tangisan kerinduan kepada kalian yang beriman kepada Rasul, tanpa pernah kalian berjumpa dengan beliau, yang berkorban, mengajak saudara, keluarga kalian untuk beriman pula kepada Baginda Rasulullah Saw. Itulah kalian yang dirindukan Rasulullah Saw.

Sayyidina Umar ketika bertemu dengan Rasulullah Saw. dan para Sahabatnya terdahulu yang setia dalam jihad dan peperangan, ketika itu Rasulullah Saw. (setelah peperangan), Rasulullah Saw. belum mandi, maka sayyidina Umar memandang wajah beliau dengan debu yang ada pada wajah beliau Saw. Maka sahabat Umar mengatakan: “Ya Rasulullah , debu yang berada di wajahmu lebih aku cintai daripada diriku sendiri.”

Sungguh begitu besar kecintaanya pada Rasulullah Saw. Lantas bagaimana dengan kita yang dirindukan Rasul, dicintai Rasul, tanpa melihat Rasul, dari generasi ke generasi, bersatu padu, berkumpul, bersatu padu untuk menyatakan kecintaanya pada baginda Rasulullah Saw. Maka Rasul pun datang dan berkata: “Aku datang dari tempat yang jauh, untuk bersatu padu, dengan kalian yang saudara-saudariku yang kumuliakan.”

Siapa yang hidup dengan kecintaan ini dan berjuang untuk mengikuti jejak akhlak kekasihnya (Rasulullah Saw.), yang mana beliau mengutarakan dalam hadits mulia beliau, bahwa orang-orang yang mencintai beliau kelak akan dikumpulkan bersama beliau. “Seseorang kelak akan bersama dengan orang yang ia cintai.”

Dan di dalam perkumpulan mulia, di malam Isra’ wal Mi’raj ini, maka menyiratkan Rasulullah Saw. melewati hal-halk isah Rasulullah Saw. yang terdahulu, dicekik, dilempari, dikejar-kejar, dan orang yang paling banyak dicari untuk dibunuh. Maka diutuslah malaikat penjaga gunung untuk menindih penduduk yang telah melempari beliau. Namun Beliau berkata dan berharap agar tidak ditimpakan gunung-gunung itu, seraya berkata: “Aku berharap dari keturunan-keturunan mereka akan muncul manusia-manusia yang beriman kepadaku.”

Saudara-Saudariku, rahmat dan kasih sayang seperti ini apabila muncul dari hati seseorang yang membenci beliau, yang mencekik beliau, yang mengejar-ngejar beliau dan ingin membunuh beliau, maka akan berbalik menjadi kemuliaan kasih sayang kepada Baginda Rasulullah Saw, yang daripadanya timbul kedamaian, merubah keadaan hingga barat sampai timur dan timur termuliakan .

Setiap dari kalian akan mendapat dari Allah Swt. pujian, akan mendapat dari Allah kemuliaan, akan mendapat dari Allah hikmah, yang mana berjuang menjaga cintanya kepada beliau, berjuang terhadap apa-apa yang mengganggunya, yang memfitnahnya, memusuhinya, dibalas dengan akhlak dan kelembutan yang diajarkanya, maka akan dikumpulkan bersama beliau dalam keadaan berbahagia. Dimana mereka selalu berbuat baik sebelum mereka berbuat baik terhadapnya.

Membalas cacian dengan kelembutan dan kemuliaan akhlak, maka sesungguhnya tali kalian bersambung dan tidak terputus kepada Baginda Rasulullah Saw., yang mana ketika beliau berjalan, malaikat penjaga gunung berkata: “Wahai Rasulullah Saw., jikalau engkau mau, aku himpitkan, tindihkan, aku “kepruk” kan kedua gunung ini untuk membalas mereka yang memusuhimu.”

Maka Rasulullah Saw. berkata: “Jangan, aku mengharapkan dari keturunan mereka, akan lahir orang-orang yang shalih, yang menyeru terhadap Agama Allah, yang beriman kepadaku.”

Saudara-saudariku, jikalau kita memiliki pedoman sebagaimana yang telah diajarkan Rasulullah Saw., kita akan mendapatkan anugerah besar. Dan kita berpegangan kepada tali Nabi Besar Muhammad Saw., yang mana ketika dikucilkan, dicaci, dihina dan dimusuhi, justru beliau malah mendoakan agar dikuatkan keturunan mereka, yang menolong agama Allah.

Rasulullah Saw. mengajarkan kepada umatnya untuk memperoleh kemuliaan, maka haruslah kita bersabar, berusaha, bertawakkal, untuk meraih apa-apa yang diinginkan. Sekali lagi harus bersabar menghadapi cacian, hinaan, fitnah dan ujian hidup.

Itulah isyarat Allah Swt. terhadap orang-orang yang terpilih untuk menuju ridhaNya harus melewati pintu sabar. Orang-orang yang bersabar adalah orang-orang yang terpilih dan dipilih untuk meraih cintanya Allah Swt.

Saudara-saudariku, kira-kira 2 bulan yang lalu aku berkunjung ke Masjidil Aqsha. Aku melihat suatu tempat seperti tempat mengikat kuda. Dan akupun bertanya: “Apa itu, di pojokan itu?”

Maka seorang penjaga menjawab: “Itu adalah pengikat Buroq yang akan digunakan Rasulullah Saw. sebelum Isra’ wal Mi’raj.”

Dan aku bertanya pada guru beliau: “Apa sebabnya Buroq ini diikat. Padahal dia datang dari langit?”

Maka beliau menjawab: “Mereka juga makhluk-makhluk Allah Swt. Ini merupakan ta’lim, pengajaran bagi kita. Walau mereka adalah makhluk-makhluk dari langit, namun darinya mengandung pengajaran bagi kita agar tidak meremehkan segala sesuatu yang datangnya dari Allah Swt., dan berkata : “Biarkan saja, biarkan saja, biarkan saja …”

Namun kesemuanya itu butuh usaha, butuh asbab, butuh mujahadah, butuh perbuatan kita, bukan meremehkan begitu saja, membiarkan seakan-akan Allah Swt. adalah pembantu kita, yang akan berbuat terhadap apa saja yang kita kehendaki. Dan marilah kita berdoa, semoga Masjidil Aqsha tetap terjaga dan dijaga dari tangan-tangan Yahudi, tangan-tangan yang memusuhi agama Allah.

Ketika di Masjidil Aqsha, aku melihat pada hamparan batu yang terakhir kali beliau Saw. menginjakan kakinya di bumi sebelum beliau melaksanakan Isra’ dan Mi’raj, maka orang-orang berkata: “Coba sentuhkan tanganmu itu, sentuhkan telapak tanganmu itu pada batu yang telah diinjak Baginda Rasulullah Saw. Rasakan, maka bagian batu yang telah diinjak itu terasa sangat lembut dan wangi. Wewangian itu lebih wangi dari wewangian yang paling wangi.”

Sampai sekarang, bilamana kita berkunjung ke Masjidil Aqsha dan kita melihat tempat batu yang melayang, dimana ketika Rasulullah Saw. akan Mi’raj, Batu itu menyentuh telapak kaki Rasulullah Saw. Dan daripadanya terdapat jeruji-jeruji besi yang terdapat di dalamnya, ada batu bekas pijakan kaki Rasulullah Saw. Ketika kita memasukan tangan kita dan menyentuhnya, maka kita akan merasakan betapa lembut dan wanginya batu tersebut.

Sebagaimana yang telah disampaikan dan kita dengar tadi, ketika Rasulullah Saw. melakukan Isra Mi’raj bersama Malaikat Jibril, ketika sampai menembus langit, dan ketika sampai ke pintu langit, beliau disambut para penghuni langit. Maka mereka (para penghuni langit) bertanya: “Siapa engkau?”

“Aku jibril”, jawab Malaikat Jibril .

“Siapa yang bersamamamu?” tanya penghuni langit .

“Dia Muhammad”, jawab Malaikat Jibril .

“Apakah dia telah diutus?”

“Betul”, jawab Malaikat Jibril.

Maka dibukalah pintu-pintu langit dan mereka bergembira menyambut kedatangan Sayyidina Muhammad Saw.

Ada pelajaran penting dari Malaikat Jibril As., ketika para penjaga langit bertanya kepadanya dimana kala itu malaikat Jibril membawa Rasulullah Saw. Beliau memberikan pelajaran kepada kita bahwa sebagai makhluk Allah, kita harus teliti dan cermat. Padahal kita tahu, tidak penting bagi para malaikat dan penghuni langit bertanya. Siapa Malaikat Jibril yang mana mereka tahu Jibril adalah rajanya para malaikat Allah. Mereka sejatinya telah mengenal Malaikat Jibril dan wajah terindah yakni Rasulullah Saw., namun inilah pelajaran bagi kita bahwa butuh ketelitian dalam kita bersabar dan beramal sebagaimana para malaikat bertanya kepada Malaikat Jibril.

Dan ketika sampai di Sidratul Muntaha, Malaikat Jibril berkata: “Di sini tempat untukku meninggalkanmu wahai Muhammad Saw.”

Maka Nabi Muhammad Saw. Mengatakan: “Wahai Jibril, adakah seorang kekasih meninggalkan orang yang dikasihinya sendirian?”

Kemudian Malaikat Jibril berkata seakan tahu kedudukannya di sisi Allah: “Wahai Muhammad, jika engkau maju maka engkau akan menemukan dan menembus cahaya-cahaya kemuliaan. Namun jika selangkah saja aku maju, maka aku akan terbakar.”

Maka menembuslah Rasulullah Saw. pada cahaya-cahaya keindahan dimana Rasulullah Saw. bertemu dengan Rabbnya. Dimana tiada satupun makhluk Allah Swt, tiada satupun dari Nabi dan Rasul yang diutusNya kecuali Rasulullah Saw. Tidak malaikat yang dekat sekalipun sampai dengan kemuliaan kedudukan mulia Rasulullah Saw. Dimana beliau dipertemukan dengan Tuhannya yang telah menciptakannya beserta alam jagad raya ini. Beliau bertemu dengan Allah Swt.

Pada saat itu Allah Swt. menerbitkan cahaya-cahaya keindahan dimana cahaya keindahan tersebut tiada dapat menyamai, lebih indah dari apapun, tiada tergambarkan dahsyatnya keindahan itu tiada dapat diungkapkan dengan kalimat apapun. Maka Rasulullah Saw. berkata kepada Allah Swt.: “Attahiyyaatul mubaarokaatushsholawaatuththoyyibaatu lillaah” (Segala kemuliaan, segala keberkahan, segala keluhuran adalah milik Allah) .

Setelah Rasulullah Saw. mengucapkan salam kepada Allah Swt., maka Allah menjawab salam beliau: “Assalaamu ‘alaika ayyuhannabiyyu warohmatullaahi wabarokaatuh” (Segala kesejahteraan dan kemuliaan kepada engkau wahai NabiKu Muhammad Saw. dan rahmat serta keberkahan untukmu wahai Muhammad).

Maka Rasulullah Saw. menjawab: “Assalaamu ‘alainaa wa ‘alaa ‘ibaadillaahishshoolihiin”

Ketika Allah mengguyur Rasulullah Saw. dengan faidatussalam, keluhuran salam, Rasulullah Saw. tidak melupakan umatnya. Umat-umatnya yang shalih, umat-umat yang senantiasa ingin merasakan lubernya kesejahteraan salam yang Allah limpahkan kepada Nabiyullah Muhammad Saw.

Lantas, apakah ketika kita mempunyai keinginan, mempunyai cita-cita, kita melupakan Rasulullah Saw. dengan mencampakkan cinta beliau dan enggan menjawab salam beliau?

Ketahuilah ketika engkau membaca pada tahiyat shalat, hadirkan hatimu, hadirkan kecintaanmu. Ketahuilah bahwa salam tersebut bukan sembarang salam. Yang mana dengan berpedoman dan memahami bacaan itu, kau akan terbimbing pada kehidupan para shalihin yang bercahaya dengan keluhuran cahaya yang sebenarnya.

Dan ketahuilah bahwa di perkumpulan agung dan mulia ini, di dalam hati kita menyadari dan tahu bahwasanya ketika kita mengucapkan kalimah itu kita bersalam langsung kepada Baginda Rasulullah Saw. Kita sedang berhubungan langsung dengan Shohibul Madinah Muhammad Saw.

Kita merasakan dan kita merenungkan bahwa sekarang kita di Indonesia ini, tetapi pada hakikatnya kita sedang duduk di tanah Madinah al-Munawaroh. Ahlul Madinah! Orang-orang Madinah masuk dalam Islam tanpa peperangan. Orang-orang Indonesia pun masuk ke dalam Islam tanpa peperangan.

Dan juga Penduduk Madinah menerima kedatangan beliau, menerima kecintaan beliau, menerima dengan pengorbanan. Dan penduduk Indonesia pun sama, menerima kedatangan keturunan Nabi Muhammad Saw. yakni kedatangan Wali Songo, menyebarkan Islam di Pulau Jawa dengan meyakini dan membenarkan Risalah Nabi Muhammad Saw.

Orang-orang Madinah dengan akhlak mereka yang dibawa dari Rasulullah Saw. menerima kedatangan para kaum Muhajirin, menerima dengan kelembutan serta pengorbanannya terhadap kaum Muhajirin. Orang-orang Indonesia pun memiliki kesamaan, mereka menerima kedatangan orang-orang dari negara manapun, yang membawa kecintaan dari Baginda Rasulullah Saw. Maka inilah Indonesia yang memiliki titik kesinambungan dengan Kota Madinah al-Munawaroh.

Dan ketika aku datang sekitar 14-15 Tahun yang lalu, pertama kalinya ke Indonesia ini. Dan pada saat itu aku berkunjung kepada para ulama dan kyai serta guru-guru besar yang mempunyai murid yang banyak dan kudapatkan sambutan, kelembutan , kasih sayang, cinta, bagaikan kelembutan kaum Anshor kepada Nabi Muhammad Saw.

Kenapa aku sebutkan cerita ini pada akhir daripada ceramahku ini? Ketahuilah, mengapa aku sampaikan ini di akhir ucapanku yang sebentar lagi akan saya akhiri. Dan tujuanku menyampaikan ini sebagai peringatan bahwa telah datang pada kalian orang-orang yang berusaha menyingkirkan kalian dari jalan “Mahabbah” yang menyambungkan kalian kepada kaum Anshor , dari orang-orang yang sekumpul, orang-orang Madinah, dan orang-orang yang mencintai Rasulullah Saw.

Mereka seraya berkata: “Jangan mencintai Ahlul Bait, jangan mencintai para da’i yang datang mengajarkan Mahabbah kepada Allah Swt!”

Aku sampaikan seperti ini agar kalian mencintai para Ahlul Bait dan para ulama yang mengajarkan kecintaan pada Allah Swt, dan Rasulullah Saw. Jangan menjauhi mereka! Jangan memerangi mereka! Tetapi tetaplah teguh pada cinta dan mahabbah kepada Rasulullah Saw. Dan tetap mendoakan kepada mereka agar Allah Swt. melimpahkan hidayah kepada mereka. Cinta kepada Rasulullah Saw., cinta terhadap Ahlul Bait, cinta terhadap ulama.

Sebagian mereka mengatakan: “Jangan cinta berlebih-lebihan kepada Nabi, itu kultus!”

Dan sebagian lagi mengatakan: “Jangan mencintai terhadap Ahlul Bait berlebih-lebihan, itu kultus!”

Sebagian lagi mengatakan: “Jangan mencintai kepada sahabat Nabi berlebih-lebihan, itu tidak benar!” Menganggap itu syirik dan sebagainya.

Teguhlah! Belajar yang benar terhadap guru-guru kalian yang benar yang sanadnya bersambung kepada Nabiyullah Muhammad Saw. Teguhlah kalian kepada cahaya cinta Allah yang dibawa guru kalian Habib Mundzir bin Fuad al-Musawa, yang mengajarkan kepada kalian cinta Allah dan kepada Rasulullah Saw.

Peganglah teguh, amalkan, ajarkan, sebarkan, kepada orang-orang dekat kalian, kepada teman-teman kalian, kepada keluarga kalian, kepada murid-murid kalian, tentang cinta kepada Allah Swt. dan cinta kepada Rasulullah Saw.

ya Ilahi
Apakah orang yang t’lah mencicipi manisnya cinta-Mu
akan menginginkan pengganti selain-Mu
Apakah orang yang t’lah bersanding di samping-Mu
akan mencari penukar selain-Mu

ya Ilahi
Jadikan kami di antara orang yang Kaupilih
untuk pendamping dan kekasih-Mu
yang Kauikhlaskan untuk memperoleh cinta dan kasih-Mu
yang Kaurindukan untuk datang menemui-Mu
yang Kauridhakan (hatinya) untuk menerima qadha-Mu
yang Kauanugerahkan (kebahagiaan) melihat wajah-Mu
yang Kaulimpahkan keridhaan-Mu
yang Kaulindungi dari pengusiran dan kebencian-Mu
yang Kaupersiapkan baginya kedudukan siddiq di samping-Mu
yang Kauistimewakan dengan makrifat-Mu
yang Kauarahkan untuk mengabdi-Mu
yang Kautenggelamkan hatinya dalam iradah-Mu
yang Kaupilih untuk menyaksikan-Mu
yang Kaukosongkan dirinya untuk-Mu
yang Kaubersihkan hatinya untuk (diisi) cinta-Mu
yang Kaubangkitkan hasratnya akan karunia-Mu
yang Kauilhamkan padanya mengingat-Mu
yang Kaudorong padanya mensyukuri-Mu
yang Kausibukkan dengan ketaatan-Mu
yang Kaujadikan dari makhluk-Mu yang saleh
yang Kaupilih untuk bermunajat pada-Mu
yang Kauputuskan daripadanya segala sesuatu
yang memutuskan hubungan dengan-Mu

Ya Allah
Jadikan kami di antara orang-orang yang
kedambaannya adalah mencintai dan merindukan-Mu
nasibnya hanya merintih dan menangis
dahi-dahi mereka sujud karena kebesaran-Mu
mata-mata mereka terjaga dalam mengabdi-Mu
air mata mereka mengalir karena takut pads-Mu
hati-hati mereka terikat pada cinta-Mu
Kalbu-kalbu mereka terpesona dengan kehebatan-Mu
Wahai Yang cahaya kesucian-Nya bersinar dalam pandangan para pen¬cinta-Nya
Wahai Yang kesucian wajah-Nya membahagiakan hati pada pengenal-Nya
Wahai Kejaran Kalbu para perindu
Wahai Tujuan Cita para pecinta

Aku memohon cinta-Mu dan cinta orang yang mencintai-Mu
dan cinta amal yang membawaku ke samping-Mu
Jadikan Engkau lebih aku cintai daripada selain-Mu
Jadikan cintaku pada-Mu membimbingku pada ridha-Mu
kerinduanku pada-Mu mencegahku dari maksiat atas-Mu
Anugerahkan padaku memandang-Mu
Tataplah diriku dengan tatapan kasih dan sayang
Jangan palingkan wajah-Mu dariku
Jadikan aku dari penerima anugerah dan karunia-Mu
Wahai Pemberi Ijabah, ya Arhamar-Rahimin

Ya Rabb, seandainya para pecinta lebih mencintai-Mu daripada seorang yang dicintainya, dan andai saja para pecinta bisa menerima kehendak-Mu mungkin tak ada lagi nyanyian kesedihan yang tersuarakan dari sanubari mereka..
 
Ya rabb,, ampunilah kami yang menutup mata hati kami atas pengorbanan orang – orang terdahulu yang mencintai-Mu dan Rasul-Mu di atas segala-galanya. Karena walaupun jiwa dan raganya menderita tapi hatinya tetap dalam ketenangan dan kebahagiaan..
 
Ya Rabb ampunilah dosa dan kesalahan kami yang belum memiliki cinta yang sesungguhnya. Ajarkanlah kami cinta yang sesungguhnya. Mencintai-Mu dan Rasul-Mu melebihi segala-galanya..
semoga bermanfaat.