Beranda

Semua kan Berakhir

1 Komentar


kematian akan datangBismillahirahmanirahim

sahabatku semua yang dirahmati Allah. “Demi ALLAH, seandainya jenazah yang sedang kamu tangisi boleh berbicara, lalu menceritakan (pengalaman sakaratul mautnya)pada kamu sekalian, nescaya kamu akan melupakan jenazah tersebut dan mulai menangisi dirimu sendiri.”( imam Al Ghozali)

sahabatku yang aku cintai karena Allah.

tengoklah sekarang disekitar kita
bencana musibah ada dimana-mana
banjir bandang, tanah lonsor, gunung meletus, gempa menerpa
banyak orang membutuhkan bantuan
apa ego diri kan tetap ditinggikan, sedangkan banyak orang butuh makan kelaparan
apakah masih enggan memberikan bantuan, padahal semua kan dimintai pertanggungjawaban
apakah karena merasa aman, sehingga tak pernah terpikirkan
padahal kematian menunggu setiap saat didepan mengakiri kehidupan.
wahai kawan – kawan..
tengoklah kanan kirimu
lihatlah kedasar hatimu
tunjukkan partisipasimu
dan mulailah mengulurkan tangan
untuk meringankan sedikit beban
bagi mereka yang sedang kesusahan
moga dengan itu semua yang kau lakukan
Allah mudahkan segala urusan…
Allah Ampuni semua kesalahan..
dan Allah Meridhoimu..
Amien.

sebuah imajinasi tentang kematian oleh alhabib Alfathin Assegaff

Entah kenapa sudah beberapa malam ini setiap aku akan beranjak tidur aku selalu dihantui oleh sosok diriku sendiri. sosok diriku yang telah membujur kaku dan tak bisa berkata kata lagi.. Aku membayangkan sesaat setelah sosok roh ini meninggalkan jasad ku yang terbujur kaku dan memasuki ‘dunia’ kehidupan yang baru. Seperti apa kira kira aku disambut Malaikat. Tersenyumkah aku? Atau gemetar ketakutan ketika Malaikat memberi salam : ~

baca muhasabah kematian selengkapnya…..

Dengarlah akan rintihan Alam [bumi]

2 Komentar


rintihan alambismillahirahmanirahim,

sahabatku yang dirahmati Allah, dikala musim hujan turun, kota metropolitan nomer satu di indonesia, tak ubahnya sungai besar penuh lumpur, bus-bus laksana kapal selam yang siap bertempur, motor-motor ibarat jetski yang melaju kencang,ekonomi terhenti, kota menjadi hening, teriakan dan tangis bocah dimana-mana,  yach, kamu tahu, jakarta kota metropolis nomer satu di indonesia dengan problematika banjir yang tak kunjung selesai,

kenapa bisa terjadi demikian ?
siapa yang berhak disalahkan ?

siapa yang harus bertanggung jawab?

sahabatku, banjir, tanah longsor, kekeringan, gempa bumi semua bencana bak bermuara dinegeri tercinta kita ini, yang miskin semakin miskin, yang kaya semakin tak peduli, kerusakan hutan dimana-mana, polusi udara semakin meluas, air tercemar sudah menjadi tontonan kebiasaan, banyak orang yang tak peduli dengan keadaan lingkungan, tata kota yang tak mengindahkan alam, pertambangan liar demi meraih keuntungan besar , sungai tercemar limbah, gunung digali, ditambang, dikeruk untuk meraih untung, laut diratakan untuk pemukiman, hutan dibabat habis demi bisnis, air, udara, rimba dan lautan diragut serakusnya tanpa sempadan,

kemudian bencana melanda tak kunjung henti ? lalu menyalahkan siapa dan siapa ? tanpa pernah intropeksi diri bahwa semua itu terjadi akibat ulah diri sendiri, siapa yang salah coba ?

<siapa yang mau jawab ?

sebuah kisah  semoga bisa membuka mata hati kita yang gelap karena gemerlapnya dunia,

Dikisahkan ada sebuah kerajaan di negeri antah berantah. Negeri tersebut sangat indah sekali alamnya, seluruh rakyat hidup dengan sejahtera aman dan sentosa. Pada suatu hari datanglah seorang nenek tua yang masuk kedalam istana sang raja.

“Stop..!!” bentak penjaga kepada si nenek tadi. Spontan si nenek kaget bukan kepalang. “Apa tujuan kamu datang dan mau masuk kedalam istana ini, nenek tua?”, tanya sang penjaga kepada si nenek tersebut. “Aku ingin ketemu dengan raja”, jawab nenek tadi dengan suara yang sangat kecil dan terbata-bata. “Tidak boleh, tidak boleh ada satupun rakyat biasa yang bisa masuk dan menemui raja”, kata pengawal pintu istana. “Baiklah, sampaikan salamku kepada sang raja, bahwa aku akan kembali lagi”. Sang penjaga hanya tertegun heran kalau si nenek akan kembali lagi kedalam istana untuk menemui sang raja.