sahabatku semua yang dirahmati Allah. “Demi ALLAH, seandainya jenazah yang sedang kamu tangisi boleh berbicara, lalu menceritakan (pengalaman sakaratul mautnya)pada kamu sekalian, nescaya kamu akan melupakan jenazah tersebut dan mulai menangisi dirimu sendiri.”( imam Al Ghozali)
sahabatku yang aku cintai karena Allah.
tengoklah sekarang disekitar kita
bencana musibah ada dimana-mana
banjir bandang, tanah lonsor, gunung meletus, gempa menerpa
banyak orang membutuhkan bantuan
apa ego diri kan tetap ditinggikan, sedangkan banyak orang butuh makan kelaparan
apakah masih enggan memberikan bantuan, padahal semua kan dimintai pertanggungjawaban
apakah karena merasa aman, sehingga tak pernah terpikirkan
padahal kematian menunggu setiap saat didepan mengakiri kehidupan.
wahai kawan – kawan..
tengoklah kanan kirimu
lihatlah kedasar hatimu
tunjukkan partisipasimu
dan mulailah mengulurkan tangan
untuk meringankan sedikit beban
bagi mereka yang sedang kesusahan
moga dengan itu semua yang kau lakukan
Allah mudahkan segala urusan…
Allah Ampuni semua kesalahan..
dan Allah Meridhoimu..
Amien.
sebuah imajinasi tentang kematian oleh alhabib Alfathin Assegaff
Entah kenapa sudah beberapa malam ini setiap aku akan beranjak tidur aku selalu dihantui oleh sosok diriku sendiri. sosok diriku yang telah membujur kaku dan tak bisa berkata kata lagi.. Aku membayangkan sesaat setelah sosok roh ini meninggalkan jasad ku yang terbujur kaku dan memasuki ‘dunia’ kehidupan yang baru. Seperti apa kira kira aku disambut Malaikat. Tersenyumkah aku? Atau gemetar ketakutan ketika Malaikat memberi salam : ~
“Wahai habib, engkaukah yang meninggalkan dunia atau dunialah yang meninggalkanmu?” ~
“Wahai habib, engkaukah yang merengkuh dunia atau dunia yang merengkuhmu?” ~
“Wahai habib, engkaukah yang mematikan dunia atau dunia yang mematikanmu?”
‘Aku terdiam… diam dan terus berdiam dan bergetar seluruh tubuhku ketika aku membayangkan itu semua ..namun kembali aku membayangkan ketika jasad ku terbujur kaku di samping seonggok pohon pisang.
Aku yang tak berdaya dan siap-siap dimandikan orang lain.
Akankah aku tegar menjawab pertanyaan Malaikat. ~
“Wahai habib, dimanakah tubuhmu yang kuat itu, yang dulu bisa berjalan dan berlari sesuka hatimu, mengapa kini kau tak berdaya?” ~
“Wahai habib, dimanakah lidahmu yang tajam dulu? , dimanakah suaramu yang dulu? Mengapa sekarang engkau membisu dan tak menjawab pertanyaan ku?” dimanakah orang-orang yang kau kasihi atau katanya yang mengasihimu? Mengapa mereka tidak menemanimu dan membiarkanmu sendirian?
Berapa lama mereka akan mengingatmu setelah engkau terbujur kaku? Aku terus berdiam diri sampai saatnya aku membayangkan saat tubuhku terbujur kaku diatas kain kafan yang siap membungkusku bagai barang kiriman yang siap untuk dikirimkan.. dengan tenang kah aku menjawab pertanyaan Malaikat. ~
“Wahai habib, bersiapkah engkau pergi jauh tanpa bekal?” ~
“Wahai habib, engkau akan pergi dari rumahmu, tinggalkan semua yang kau miliki dan tak akan pernah kembali !!!” ~
“Wahai habib, sekarang naiklah ke tandu yang hanya sekali saja akan kau nikmati !’ Setelah aku memasuki keranda mayat menuju liang kubur yang diiringi sanak saudara dan handai taulan mengantarkan aku untuk di shalati, aku merasa kelu ketika membayangkan Malaikat kembali berseru padaku : ~
“Wahai habib, engkau akan di shalati dan Bersiaplah karena semua perbuatan yang telah kau lakukan akan kau saksikan kembali !” ~ “Bersiaplah Bergembiralah bila selama ini kau tenggelam dalam amal kebajikan!.. tapi betapa kasihan dirimu jika terbenam dalam penderitaan bila selama ini kau tenggelam dalam lumpur dosa” Aku menangisssss membayangkan video kehidupanku dahulu mungkin kelam.. Aku kembali dalam imajinasiku, aku berada di bibir liang kubur, siap dibenamkan dalam perut bumi, apa yang bisa aku katakan ketika sekali lagi Malaikat akan berbisik tepat di telingaku : ~
“Wahai habib, kedamaian apakah yang telah kau persiapkan untuk menempati rumah cacing ini (alam kubur) ???” ~
”Wahai habib, cahaya apakah yang kau bawa untuk menempati ruang gelap gulita ini ?” ~
“Wahai habib, teman manakah yang akan kau bawa menemani penantian begitu panjang ini??” Aku tak mampu lagi untuk tersenyum ketika aku semakin membayangkan diriku di lubang peristirahatan terakhir di bumi , suara itu kembali hadir dan berkata : ~
“Wahai habib, dulu engkau bisa tertawa dan bersuka ria kapanpun,, masihkah saat ini keceriaan yang kau miliki? Atau sudah tenggelam dalam derita nestapa?..” ~
“Wahai habib, Dulu kau mengumbar suaramu, kau begitu angkuh mengacuhkan aku yang selalu berada diisampingmu. Kini masihkah engkau miliki suaramu itu?? Atau kau sudah terbenam dalam bayangan derita yang tiada akhir?”
“Lihatlah ketika kau sudah terhimpit bumi sendirian, tak ada sanak saudara yang mengantarmu, menungguimu, bahkan menunggumu.. mereka meninggalkan batu nisan,. Akan berapa lama keluarga, sahabat, tetangga mu mengingatmu dalam keseharian mu setelah kau tiada..
” Aku terbangun dari imajinasi kematianku, seolah aku baru saja berjalan-jalan di jalan kematianku yang cepat ataupun lambat aku akan mengalaminya… Kidung istighfar tak henti henti aku lafadzkan “Astagfirullahaladziim.. Inna sholati wanuusuki wama yahya, wamma mati Lillahirobbil’alamiin (Sesungguhnya shalatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Illahi Robb Allah yang Maha Pencipta)”
sahabatku apa engkau merasakan getaran itu…. apakah kau merasakannya ?
sahabatku yang dirahmati Allah. Hidup kita ibarat perahu ditengah samudra luas yang penuh badai dan angin kencang namun ddidalam perahu itu sudah dilengkapi dengan alat alat komunikasi dan kompas, ketika seorang insan sudah terlalu jauh dari jalan yang harusnya ditempuh maka alat komunikasinya adalah Allah dan kompasnya adalah alqur’an dan alhadits, tidak ada yang lain. Lebih dari itu… Manusia diciptakan dengan sangat baik oleh Allah, dilengkapi dengan bakat serta kemampuan yg luar biasa. Diberi hati nurani dan akal budi serta kebebasan untuk menjalankan perahu kehidupan kita secara baik dan benar. Satu hal yang sering luput dari perhatian kita sebagai seorang muslim adalah bahwa setiap diri kita akan senantiasa diawasi dan dicatat amal-amalnya apakah baik atau buruk oleh malaikat Raqib dan ‘Atid. Semuanya pasti tahu, ini bukanlah pengetahuan baru, bukan pula ilmu baru bagi kita,
namun marilah sedikit meluangkan waktu untuk kembali menyadari dan mulai menginternalisasikan pada diri akan kesadaran tentang hal ini.
sahabatku yang aku cintai karena Allah
Kehidupan berlangsung tanpa disadari dari detik ke detik. Apakah anda tidak menyadari bahwa hari-hari yang anda lewati justru semakin mendekatkan anda kepada kematian sebagaimana juga yang berlaku bagi orang lain?
Mati adalah sesuatu perkataan yang paling ditakuti oleh hampir setiap manusia. Setiap orang, juga binatang takut mati, kecuali beberapa manusia yang sudah putus asa dalam kehidupan ini, yang ingin segera mati.Wajar sekali kalau manusia takut mati, sebab mati bererti berpisah dengan segala yang ia miliki atau senangi, berpisah dengan segala yang disayangi atau dicintai. Berpisah dengan anak dan isteri serta kekasih. Berpisah dengan bapa atau ibu, berpisah dengan harta dan pangkat, berpisah dengan dunia dan segala isinya,
“Sebenarnya, orang yang mengingati mati, akan dianugerahkan dengan kehidupan. Orang yang melupakan mati akan mati sebenarnya. Mati hati sebelum mati jasadnya.”
Dengan mengingati mati, kita akan sentiasa bersedia untuk meningkatkan amalan, memelihara diri dari dosa dan juga akan sentiasa mengajak orang lain membuatkebaikan. Orang seperti ini akan sentiasa berusaha menyahut seruan Allah dan Rasul, dan jika kita menyahut seruan Allah dan Rasul, maka kita akan dianugerahkan dengan kehidupan sebenar.
Ingatlah bahwa kesalahan dan dosa-dosa, yang dilakukan oleh manusia banyak sekali. Setiap hari, manusia pernah berbuat dosa, baik dosa kecil maupun dosa besar, baik dosa kepada Khaliq (Allah Maha Pencipta) maupun dosa kepada makhlukNya. Setiap anggota tubuh manusia pernah melakukan kesalahan dan dosa. Mata sering melihat yang haram, lidah sering bicara yang tidak benar, berdusta, melaknat, sumpah palsu, menuduh, membicarakan aib sesama muslim (ghibah), mencela, mengejek, menghina, mengadu-domba, memfitnah, dan lain-lain. Telinga sering mendengarkan lagu dan musik yang jelas bahwa hukumnya haram, tangan sering menyentuh perempuan yang bukan mahram, mengambil barang yang bukan miliknya (ghasab), mencuri, memukul, bahkan membunuh, atau melakukan kejahatan lainnya. Kaki pun sering melangkah ke tempat-tempat maksiat dan dosa-dosa lainnya. Dosa dan kesalahan akan berakibat keburukan dan kehinaan bagi pelakunya, baik di dunia maupun di akhirat, bila orang itu tidak segera bertaubat kepada Allah.
Kita sering lupa bahkan kebablasan dalam berperilaku di pergaulan sehari-hari, entah itu di masyarakat, tempat kerja, di sekolah, kuliahan, saat berbisnis, dll, kita sering mereduksi keberadaan Allah Swt yang maha mengawasi kita, dan para malaikat yang selalu mencatat setiap amalan-amalan kita, dengan “gagah berani” dan cukup percaya diri kita kadang melakukan berbagai pelanggaran hukum syara’ hanya karena kita jauh dari lingkungan Islami, lingkungan dakwah dan aktifitasnya, jauh dari rekan-rekan seperjuangan, kita merasa tidak diawasi oleh orang tua, ustadz, oleh musyrif, atau yang lainnya yang kita anggap menjadi panutan sehingga kita “takut” jika perbuatan maksiyat tsb ketahuan olehnya.sahabatku, setiap orang mengetahui dan menyadari bahwa mereka akan menemui batas terakhir hak hidupnya sebagai seorang manusia, semua akan kembali kepada allah krena dari sanalah semuanya berasal. namun sangat sedkit orang yang dengan kesadarannya dan pengetahuaanya itu mau mengubah diri dalam mempersiapkan kematian, lihatlah diri kita. kita sadar bahwa ketika mati harta seluas daratan dan sedalam lautan tak ada yang kita bawa, lihatlah lagi diri kita, meskipun kematian dan hari berbangkit menjadi kepastian yang tak bisa ditolak, kita masih saja menjadi manusia manusia yang serakah, manusia – manusia yang ‘lapar” akan simbol simbol status dan kekayaan.
apa yang menyebabkan kita seperti ini, mungkin ketidaktahuan, ketidaksadaran, kelalailan akan adanya dzat yang selalu mengawasi serta lalai akan peringatan-peringatan Allah yang termuat dalam kitab suci yang mulia…
sahabatku yang aku cintai karena Allah. sebuah wasiat untukmu…
Bila suatu hari nanti, telingamu mendengar kabar kematianku
Ikhlaskanlah tanganmu mengusung jenazahku
Dan…bisikanlah padaku ” Aq sudah memaafkanmu”
Maka kalimat terakhir itu akan menjadi penerang dalam kuburku,
Menjadi bantal tidur panjangku….
kumohon….
Simpanlah kata-kata ini dihatimu….
dan satu permintaan lagi….
sesekali kirimkanlah fatehah untukmu..
ketahuilah apa yang engkau berikan juga kelak kan kau dapatkan..
berkenankah kau menjaga amanatku ini..
berkenan kan kawan ..? Alhamdulillah !!!
“Allahummaja’al khaira umri akhirau, wa khaira amali khawatimau, wa khaira ayyami yaumallaqaka fihi” [“Ya Allah, jadikanlah sebaik-baik umurku adalah umur yang terakhirnya, sebaik-baik amalku adalah amal-amal penutupannya dan sebaik-baik hariku adalah hari saat aku menghadap-Mu.” (HR. Ath-Thabarani )]
“Ya Allah, ampunilah kesalahanku dan kebodohanku, dari berlebih-lebihanku dalam urusanku, dan apa yang Engkau lebih mengetahui daripadaku. Ya Allah, ampunilah keseriusanku dan permainanku, kekhilafanku, dan kesengajaanku, semua itu ada padaku. Ya Allah, ampunilahy apa yang telah aku lakukan dan apa yang aku tunda, apa yang aku sembunyikan, dan apa yang aku lakukan dengan terang-terangan, dan apa saja yang Engkau lebih mengetahui daripada aku. Engkau adalah Tuhanku, tiada Tuhan selain Engkau”.
”Ya Allah kami kecil di mata-Mu. Kami tidak ada apa-apanya, tetapi kami tidak pernah luput dari dosa. Ya Allah, maafkanlah dosa kami. hanya kepadamu tempat kami memohon ampunan, dan hanya kepadamu tempat kami berserah diri “
Ya Rabb, sampaikan salam kepada kematian agar ia menyadarkan kami untuk mempersiapkan kedatangannnya.
sampaikan salam kepada kematian agar ia menyadarkan kami untuk berbuat yang terbaik ketika kami hidup, agar kami insyaf akan ketidakabadian dunia dan kefanaan kehidupan.
ya Rabb, sampaikan sakan kepada kematian agar ia menyadarkan kami untuk segera menyambut kedatangannya dengan memulai mengubah kehidupan yang dijalani ini menuju kehidupan yang engkau ridhoi…
ya Rabb, ampuni disetiap maksiat penglihatan kami, ampuni disetiap maksiat pendengaran kami, ampuni disetiap maksiat lisan kami dan ampuni kami disetiap keslahan dan dosa kami, karena engkau adalah Allah tuhan kami, tiada sekutu bagimu, segala puja dan puji untukmu…
maafkan kesalahan kami ya Rabb.. maafkan kesalahan kami,,,
kami tahu semua akan berakhir, semua akan berakhir…
tapi akhirkanlah kehidupan kami dengan akhir yang terbaik…
semoga bermanfaat.
Jan 26, 2014 @ 15:24:50
astaghfirulloahaladzim
SukaSuka