sahabatku semua yang dirahmati Allah, kekayaan dan kemisikinan, dua hal ini yang selalu menjadi permasalah yang tak kunjung selesai di negeri kita ini, orang kaya nya banyak tapi orang miskinnya jauh lebih banyak.. nah inilah yang menjadi pemicu kecemburuan sosial yang tinggi, apalagi jika dilihat secara setilik mata, Orang yang mempunyai kekayaan lebih selalu mempunyai stigma sebagai orang kaya yang sombong. Walaupun tidak bisa disamaratakan, dari sebuah survei menyebutkan bahwa kebanyakan orang kaya adalah tipe orang yang sombong dan tidak berempati. Menurut psikolog dan ilmuwan social Dacher Keltner dalam studinya menyebutkan, kebanyakan orang kaya terobsesi pada dirinya sendiri dan selalu berpikir untuk memperkaya dirinya sendiri. Sehingga ini yang menyebabkan orang yang banyak hartanya tersebut kurang berempati pada lingkungan sekitarnya.
Sesungguhnya syahrullah (bulan Allah) Muharram adalah bulan yang agung dan diberkahi. Bulan pertama dari penanggalan hijriyah. Dan salah satu dari empat bulan haram yang disebutkan oleh Allah Ta’ala dalam firman-Nya,
“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.” (QS. Al-Taubah: 36)
lalu apa hubungannya bulan muharam dengan orang kaya ?
sahabatku yang baik, bulan muharam adalah bulannya anak yatim, kamu tahu anak yatim kan? dalam bahasa jawa disebutkan “bodhone bocah yatim” atau lebarannya anak yatim, kenapa demikian ?
karena di bulan ini tepatnya tanggal 10 muharam, merupakan hari yang teristimewa bagi anak yatim karena mereka akan mendapatkan santunan…
lalu apa hubungannya dengan orang yang kaya…???
kiranya kisah dibawah ini, semoga orang yang diberi kelebihan rejeki oleh Allah tergerak hatinya untuk menyantuni anak – anak yatim disekitarnya, bacalah dan ambillah manfaatnya
tulisan ini ditulis oleh ira oemar di kompasiana, berikut ini pengalamanya,
Sore kemarin – Selasa, 06 Maret 2012 – saya pulang kantor rada “tenggo”, jadi sampai di rumah jam 17.30-an, saya sempat nonton acara “Orang-Orang Pinggiran” di Trans7. Dada saya sesak menyaksikannya, air mata saya meleleh tanpa bisa ditahan, tak mampu berkata-kata. Siti, seorang bocah yatim yang ditinggal mati ayahnya sejak usia 2 tahun. Kini Siti berumur 7 tahun. Sehari-hari sepulang sekolah Siti masih harus berkeliling kampung menjajakan bakso. Karena ia masih anak-anak, tentu belum bisa mendorong rombong bakso. Jadi bakso dan kuahnya dimasukkan dalam termos nasi yang sebenarnya terlalu besar untuk anak seusianya. Termos seukuran itu berisi kuah tentu sangat berat.
Tangan kanan menenteng termos, tangan kiri menenteng ember plastik hitam berisi mangkok-mangkok, sendok kuah, dan peralatan lain. Dengan terseok-seok menenteng beban seberat itu, Siti harus berjalan keluar masuk kampung, terkadang jalanannya menanjak naik. Kalau ada pembeli, Siti akan meracik baksonya di mangkok yang diletakkan di lantai. Maklum ia tak punya meja. Terkadang jika ada anak yang membeli baksonya, Siti ingin bisa ikut mencicipi. Tapi ia terpaksa hanya menelan ludah, menahan keinginan itu. Setelah 4 jam berkeliling, ia mendapat upah 2000 perak saja! Kalau baksonya tak habis, upahnya hanya Rp. 1000,- saja. Lembaran seribuan lusuh berkali-kali digulung-gulungnya.
Sampai di rumah, Siti tak mendapati siapapun. Ibunya jadi buruh mencangkul lumpur di sawah milik orang lain. Tak setiap hari ia mendapat upah uang tunai. Terkadang ia hanya dijanjikan jika kelak panenan berhasil ia akan mendapatkan bagi hasilnya. Setiap hari kaki Ibunda Siti berlumur lumpur sampai setinggi paha. Ia hanya bisa berharap kelak panenan benar-benar berhasil agar bisa mendapat bayaran.
Hari itu Siti ingin bisa makan kangkung. Ia pergi ke rumah tetangganya, mengetuk pintu dan meminta ijin agar boleh mengambil kangkung. Meski sebenarnya Siti bisa saja langsung memetiknya, tapi ia selalu ingat pesan Ibunya untuk selalu minta ijin dulu pada pemiliknya. Setelah diijinkan, Siti langsung berkubang di empang untuk memetik kangkung, sebatas kebutuhannya bersama Ibunya. Petang hari Ibunya pulang. Siti menyerahkan 2000 perak yang didapatnya. Ia bangga bisa membantu Ibunya. Lalu Ibunya memasak kangkung hanya dengan garam. Berdua mereka makan di atas piring seng tua, sepiring nasi tak penuh sepiring, dimakan berdua hanya dengan kangkung dan garam. Bahkan ikan asin pun tak terbeli, kata Ibunda Siti.
Bayangkan, anak sekecil itu, pulang sekolah menenteng beban berat keliling kampung, tiba di rumah tak ada makanan. Kondisi rumahnya pun hanya sepetak ruangan berdinding kayu lapuk, atapnya bocor sana-sini. Sama sekali tak layak disebut rumah. Dengan kondisi kelelahan, dia kesepian sendiri menunggu Ibunya pulang hingga petang hari.
Sering Siti mengatakan dirinya kangen ayahnya. Ketika anak-anak lain di kampung mendapat kiriman uang dari ayah mereka yang bekerja di kota, Siti suka bertanya kapan ia dapat kiriman. Tapi kini Siti sudah paham bahwa ayahnya sudah wafat. Ia sering mengajak Ibunya ke makam ayahnya, berdoa disana. Makam ayahnya tak bernisan, tak ada uang pembeli nisan. Hanya sebatang kelapa penanda itu makam ayah Siti. Dengan rajin Siti menyapu sampah yang nyaris menutupi makam ayahnya. Disanalah Siti bersama Ibunya sering menangis sembari memanjatkan doa. Dalam doanya Siti selalu memohon agar dberi kesehatan supaya bisa tetap sekolah dan mengaji. Keinginan Siti sederhana saja : bisa beli sepatu dan tas untuk dipakai sekolah sebab miliknya sudah rusak.
Kepikiran dengan kondisi Siti, dini hari terbangun dari tidur saya buka internet dan search situs Trans7 khususnya acara Orang-Orang Pinggiran. Akhirnya saya dapatkan alamat Siti di Kampung Cipendeuy, Desa Cibereum, Cilangkahan, Banten. dan nomor contact person Pak Tono 0858 1378 8136.
Usai sholat Subuh saya hubungi Pak Tono, meski agak sulit bisa tersambung.. Beliau tinggal sekitar 50 km jauhnya dari kampung Siti. Dialah yang menghubungi Trans7 agar mengangkat kisah hidup Siti di acara OOP. Menurut keterangannya, keluarga itu memang sangat miskin, Ibunda Siti tak punya KTP. Pantas saja dia tak terjangkau bantuan resmi Pemerintah yang selalu mengedepankan persyaratan legalitas formal ketimbang fakta kemiskinan itu sendiri. Dia bersedia menjemput saya di Malingping, lalu bersama-sama menuju rumah Siti, jika kita mau memberikan bantuan. Dia juga berpesan jangan bawa mobil sedan sebab tak bakal bisa masuk dengan medan jalan yang berat.
Saya pun lalu menghubungi Rumah Zakat kota Cilegon. Saya meminta pihak Rumah Zakat sebagai aksi “tanggap darurat” agar bisa menyalurkan kornet Super Qurban agar Siti dan Ibunya bisa makan daging, setidaknya menyelamatkan mereka dari ancaman gizi buruk. Dari obrolan saya dengan Pengurus Rumah Zakat, saya sampaikan keinginan saya untuk memberi Siti dan Ibunya “kail”. Memberi “ikan” untuk tahap awal boleh-boleh saja, tapi memberdayakan Ibunda Siti agar bisa mandiri secara ekonomi tentunya akan lebih bermanfaat untuk jangka panjang. Saya berpikir alangkah baiknya memberi modal pada Ibunda Siti untuk berjualan makanan dan buka warung bakso, agar kedua ibu dan anak itu tidak terpisah seharian. Siti juga tak perlu berlelah-lelah seharian, dia bisa bantu Ibunya berjualan sambil belajar.
Mengingat untuk memberi “kail” tentu butuh dana tak sedikit, pagi ini saya menulis kisah Siti dan memforward ke grup-grup BBM yang ada di kontak BB saya. Juga melalui Facebook. Alhamdulillah sudah ada beberapa respon positif dari beberapa teman saya. Bahkan ada yang sudah tak sabar ingin segera diajak ke Malimping untuk menemui Siti dan memeluknya. Bukan hanya bantuan berupa uang yang saya kumpulkan, tapi jika ada teman-teman yang punya putri berusia 7-8 tahun, biasanya bajunya cepat sesak meski masih bagus, alangkah bermanfaat kalau diberikan pada Siti.
Adapula teman yang menawarkan jadi orang tua asuh Siti dan mengajak Siti dan Ibunya tinggal di rumahnya. Semua itu akan saya sampaikan kepada Pak Tono dan Ibunda Siti kalau saya bertemu nanti. Saya menulis artikel ini bukan ingin menjadikan Siti seperti Darsem, TKW yang jadi milyarder mendadak dan kemudian bermewah-mewah dengan uang sumbangan donatur pemirsa TV sehingga pemirsa akhirnya mensomasi Darsem. Jika permasalahan Siti telah teratasi kelak, uang yang terkumpul akan saya minta kepada Rumah Zakat untuk disalurkan kepada Siti-Siti lain yang saya yakin jumlahnya ada beberapa di sekitar kampung Siti.
Mengetuk hati penguasa formal, mungkin sudah tak banyak membantu. Saya menulis shout kepada Ibu Atut sebagai “Ratu” penguasa Banten ketika kejadian jembatan ala Indiana Jones terekspose, tapi toh tak ada respon. Di media massa juga tak ada tanggapan dari Gubernur Banten meski kisah itu sudah masuk pemberitaan media massa internasional. Tapi dengan melalui grup BBM, Facebook dan Kompasiana, saya yakin masih ada orang-rang yang terketuk hatinya untuk berbagi dan menolong. . Semoga menyentuh hati nurani kita semua.
berikut ini video siti dalam kisah orang pinggiran
sahabatku semuanya yang dirahmati, kiranya dengan membaca kisah hati diatas mampu membuka mata hati kita yang selama ini keras.. dan saya rasa masih banyak siti-siti yang lain dibagian pelosok-pelosok kampung, maupun kota-kota di indonesia yang belum ter expose kisahnya..
kawan, cerita tentang anak yatim seringkali memberikan inspirasi terhadap banyak orang. Anak yatim merupakan seorang anak baik laki-laki maupun perempuan yang telah kehilangan ayahnya yang telah meninggal dunia. Anak tersebut bisa tinggal dengan ibunya namun tidak sedikit yang tinggal di panti asuhan. Bukan tanpa sebab karena ibunya memang tidak memiliki banyak uang untuk merawatnya. Bukan karena tidak sayang namun karena memang uang atau penghasilan yang dimilikinya hanya cukup untuk makan namun tidak mencukupi untuk biaya sekolah anak tersebut.
Kenapa ada begitu banyak orang Muslim yang punya pandangan yang begitu sempit terhadap anak yatim? Kenapa dengan orang kaya yang sombong? yang enggan menyedekahkan hartanya kepada orang miskin terlebih anak yatim?
hayoo, siapa yang sering demikian ??
ada apa dengan orang kaya ?
“Allah Rabbul Izzati Yang Maha Suci berfirman dalam hadits Qudsi ; Allah mencintai tiga perkara dan sangat mencintai kepada tiga hal yang lai. Mereka berjumlah enam orang yang Kami bagi menjadi dua kelompok.
2) Aku mencintai orang kaya yang dermawan, sedangkan Aku lebih mencintai orang miskin yang dermawan.
3) Aku mencintai orang yang sudah tua tapi taat, sedangkan Aku lebih mencintai orang muda yang taat.
Dan Aku membenci tiga perkara dan kebencian-Ku kepada 3 perkara lainnya sangat kuat.
2) Aku benci orang fakir yang bakhil, tapi Aku lebih benci lagi kepada orang kaya yang bakhil.
3) Aku benci pemuda yang durhaka (ma’siat), tapi Aku lebih benci lagi kepada orang yang
Dikisahkan, di suatu negeri pernah hidup orang yang kaya dan taat beribadah. Mesti kaya, orang ini tidak sombong dan membanggakan kekayaannya. Ia sangat rajin membangun rumah ibadah, menyantuni anak yatim, membantu kerabat, tetangga, orang miskin, dan kegiatan sosial lainnya. Saat musim paceklik tiba, ia selalu membagi-bagikan kebutuhan pangan kepada orang yang membutuhkan. Salah seorang yang sering ia bantu ialah seorang tetangga miskin.
Islam memerintahkan umatnya untuk menyantuni anak yatim dan seseorang yang melakukannya akan mendapatkan pahala yang luar biasa, bahkan merupakan sarana atau tiket untuk memperoleh surga.

“Barang siapa yang mengikutsertakan seorang anak yatim di antara dua orang tua yang muslim, dalam makan dan minumnya sehingga mencukupinya, maka ia pasti akan masuk surga.”
(HR. Abu Ya’la dan Thabrani).Dalam hadits lain.
Rasululah SAW bersabda,
“Sebaik-baik rumah kaum muslimin ialah rumah yang di dalamnya terdapat anak yatim yang diperlakukan (diasuh) dengan baik, dan seburuk-buruk rumah kaum muslimin ialah rumah yang di dalamnya terdapat anak yatim tapi anak itu diperlakukan dengan buruk.”
HR. Ibnu Majah).
“Wahai Saib, perhatikanlah akhlak yang biasa kamu lakukan ketika kamu masih dalam kejahiliyahan, laksanakan pula ia dalam masa keislaman. Jamulah tamu, muliakanlah anak yatim, dan berbuat baiklah kepada tetangga.” (HR.Ahmad dan Abu Dawud, Shohih Abu Dawud)
“Bersikaplah kepada anak yatim, seperti seorang bapak yang penyayang.” [HR. Bukhori]
sahabatku yang baik hatinya…
kenapa harus menyantuni anak yatim ? hayoo siapa yang bisa jawab ?
Semoga Tuhan selalu
Melimpahkan rahmat-Nya padamu
Di dalam mengarungi
Hidup yang penuh tantangan iniWahai semua kawan
Atasmu kewajiban
Menyantuni mereka dan mengasihinya
Sungguh engkau manusia
Yang tiada beriman
Bila pada mereka tak belas kasihan
Wahai para hartawan
Coba ulurkan tangan
‘Tuk membantu mereka dalam kehidupan
Sungguh engkau manusia
Pendustakan agama
Apabila mereka engkau sia-sia
Nov 22, 2012 @ 10:27:34
ijin share di fb inspiring banget nih
SukaSuka
Nov 22, 2012 @ 10:48:26
silahkan, semoga bermanfaat..
SukaSuka
Nov 22, 2012 @ 12:33:19
saya dari kecil sudah yatim 😦
ijin share ya mas.,
SukaSuka
Nov 22, 2012 @ 23:08:34
Kita sama mas, sejak kecil ayah saya…sudah dipanggl kembali kehadiratnya sekitar thn 98 wktu tu saya mash duduk dibanngku sd… Betapa beratnya ibu saya..kala itu indonesia tengah dilnda krisis moneter… Untk membiayi saya dan adik saya…
Maka dari itu mas, kita yg sudah pernah merasakan gmna gak enaknya khilangan seorang ayah..di momen bulan muharam yg mulia ni, tengok kanan kiri… Sisihkan gaji kita,,,sekedar untuk menyenangkn anak yatim… Moga krena keihlasan kita meringankn beban mereka, Allah permudah semua urusan kita, rejeki yg bertambh…sehat dan sejahtera…dlm ridhonya amien…
SukaSuka
Nov 27, 2012 @ 13:10:51
aminn . . 🙂
SukaSuka