Beranda

Akhlak itu sederhana

Tinggalkan komentar


akhlakbismillahirahmanirahim

sahabatku semua yang dirahmati Allah. betapa ALLAH itu sangat penyayang kepada hamba-Nya. Karena ternyata cukup dengan menggerakkan otot wajah dan bibir, membentuk sebuah senyuman, seseorang sudah bisa bersedekah. Betapa banyak orang yang ditemui setiap hari sehingga betapa banyaknya sedekah yang dapat dilakukan jika kita melaksanakan salah satu akhlak mulia ini.
Andaikata kita sedang tak ingin tersenyum, alangkah baiknya kita janganlah bermuka masam dan sinis kepada orang lain. Sekedar memasang muka yang cerah, itu sudah terhitung sebagai kebaikan dalam Islam.

sebuah kisah menarik semoga mengisnpirasimu…

Suatu ketika, Kiai Kholil bersama para kiai berada dalam suatu majlis undangan. Beberapa orang yang hadir melecehkan kebiasaan Kiai Kholil yang selalu makan dengan tangan tanpa memakai sendok. Menghadapi lecehan orang tersebut Syaikhuna Kholil hanya tersenyum. Setelah itu, sambil bercanda dijawab dengan bait ke-63 dari kitab Al Fiyyah.

baca kisah selengkapnya…

indahnya senyumanmu

Tinggalkan komentar


cerita dari negeri seberang

Suatu saat, adzan Maghrib tiba. Kami bersegera shalat di sebuah mesjid yang dikenal dengan tempat mangkalnya aktivis Islam yang mempunyai kesungguhan dalam beribadah. Di sana tampak beberapa pemuda yang berpakaian “khas Islam” sedang menantikan waktu shalat. Kemudian, adzan berkumandang dan qamat pun segera diperdengarkan sesudah shalat sunat. Hal yang menarik adalah begitu sungguh-sungguhnya keinginan imam muda untuk merapikan shaf. Tanda hitam di dahinya, bekas tanda sujud, membuat kami segan. Namun, tatkala upaya merapikan shaf dikatakan dengan kata-kata yang agak ketus tanpa senyuman, “Shaf, shaf, rapikan shafnya!”, suasana shalat tiba-tiba menjadi tegang karena suara lantang dan keras itu. Karuan saja, pada waktu shalat menjadi sulit khusyu, betapa pun bacan sang imam begitu bagus karena terbayang teguran yang keras tadi.

Seusai shalat, beberapa jemaah shalat tadi tidak kuasa menahan lisan untuk saling bertukar ketegangan yang akhirnya disimpulkan, mereka enggan untuk shalat di tempat itu lagi. Pada saat yang lain, sewaktu kami berjalan-jalan di Perth, sebuah negara bagian di Australia, tibalah kami di sebuah taman. Sungguh mengherankan, karena hampir setiap hari berjumpa dengan penduduk asli, mereka tersenyum dengan sangat ramah dan menyapa “Good Morning!” atau sapa dengan tradisinya. Yang semuanya itu dilakukan dengan wajah cerah dan kesopanan. Kami berupaya menjawab sebisanya untuk menutupi kekagetan dan kekaguman. Ini negara yang sering kita sebut negara kaum kafir.

baca kisah selengkapnya..