sahabatku semua yang dirahmati Allah, Banyak peristiwa yang kita temui dalam keseharian. Banyak problem kita hadapi dalam hidup. Dan semua itu kita yakin berada dalam garis edar takdir yg Allah telah tentukan. Menyaksikan itu, Kita terkadang terhenyak. Diliputi banyak pertanyaan yang sulit kita temukan jawabannya. ya gak kawan..? Itulah keterbatasan kita, yang harus selalu kita akui.
Ketika seorang muslim baik pria atau wanita akan menikah, biasanya akan timbul perasaan yang bermacam-macam. Ada rasa gundah, resah, risau, bimbang, termasuk juga tidak sabar menunggu datangnya sang pendamping, dll. Bahkan ketika dalam proses taaruf sekalipun masih ada juga perasaan keraguan. ya itu wajar,
kembali ke judul diatas, maukah engkau hidup semati denganku,?
pertanyaan ini sering kali ditanyakan seorang pasangan kepada pasanganya, pertanyaan aneh sbenarnya, tapi perlu dijawab juga? seberapa pentingkah atau tidak penting itu menurut yang bertanya dan yang akan menjawab, kalau menurut kamu bagaimana sahabatku jawaban kamu ?
sebuah kisah menarik semoga bisa menjawab pertanyaan yang aku tanyakan….
Pada suatu malam, setelah selesai Qiyamul Lail berjama’ah, suamiku mengenggam tanganku. “Mataku tidak bisa tidur, bagaimana jika kita ke balkon depan menikmat…i bintang2 di angkasa”, ucap suamiku.
Aku mengangguk pelan, “sebentar, aku buatkan wedang jahe dulu”, ucapku pula. Ku lirik jam di dinding, sudah pukul 3.56 menit. Dengan ditemani suamiku, aku turun ke dapur membuat minuman hangat itu. Lalu kami naik lagi ke lantai dua, menuju balkon yg memang tidak jauh dari kamar utama.
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.