Beranda

kenapa engkau mengeluh ?

5 Komentar


bismillahirahmanirahim

sahabatku yang aku sayangi karena Allah, Hidup kita ini, sesungguhnya hanya meniti jarak menuju titik kematian. Melewati waktu yang kian lama membawa kita pada keadaan yang makin mendekat dengan maut. Menghabisi sisa usia yang terus menerus berkurang dan kian sedikit, hingga mencapai ajal di akhirnya.

hidup ini sangatlah singkat untuk mengeluh semua masalah-masalahmu, semua orang punya masalah yang berbeda hanyalah bagaimana sikap kita saat tengah dilanda masalah… itulah yang mebedakan antara orang yang beriman dengan orang yang mudah putus asa.
sebuah kisah renungan, mari kita telisik makna yang tersirat didalamnya.

Seorang anak mengeluh pada ayahnya: “aku cape, sangat cape. Aku belajar mati2an sedang temanku dgn enaknya menyontek. Aku mau menyontek sajalah!

Aku cape krn hrs terus membantu ibu, sedang teman2ku punya pembantu.

Aku cape krn hrs menabung, sedang teman2ku bisa terus jajan tanpa hrs menabung.

Aku cape krn hrs menjaga lidahku, sedang tema2nku enak saja berbicara sampai aku sakit hati.

Aku cape ayah, cape menahan diri…Mereka terlihat senang! Aku ingin bersikap seperti mereka ayah!” sang anak mulai menangis.

Sang ayah hanya tersenyum dan mengelus kepala anaknya: “nak, ayo ikut ayah.”

baca kisah selengkapnyaa….

bandingkan dengan masalahmu?

8 Komentar


bismillahirahmanirahim

sahabatku semua yang dirahmati Allah.

Malam berganti pagi, lorong gelap berujung terang dan badaipun akan mereda. Begitupula air mata duka akan mengering, keluh kesah mereda dan damai bersemayam dihati.

kehidupan ini ada yang punya, ada yang mengndalikan dan ada yang mengatur. dialah Allah. kita pun tahu dalam kehidupan ini, sesungguhnya tidak ada penolong dan pelindung selain dirinya. Pun tidak ada pemberi karunia kecuali juga dirinya semata, kehidupan ini berjalan atas ijinnya, kenapa kita tidak sepenuhnya berserah diri kepadanya? kenapa kawan?

sebuah kisah…
Pada zaman dahulu ada seorang yang bernama Abul Hassan yang pergi haji di Baitul Haram. Diwaktu tawaf tiba-tiba ia melihat seorang wanita yang bersinar dan berseri wajahnya.
“Demi Allah, belum pernah aku melihat wajah secantik dan secerah wanita itu,  pasti  dia tidak pernah risau dan bersedih hati.”

Tiba-tiba wanita itu mendengar ucapan Abul Hassan lalu ia bertanya, “Apakah katamu hai saudaraku ? Demi Allah aku tetap terbelenggu oleh perasaan dukacita dan luka hati karena risau, dan orang-orang  pasti  setuju   dengan sikapku l ini.”

Abu Hassan bertanya, “Bagaimana hal yang merisaukanmu?”

baca selengkapnya..