menangislah

bismillahirahmanirahim

sahabatku..yang dirahmati Allah.

وَعَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ أَبِيْ مُلَيْكَةَ عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ : لَوْ تَعْلَمُوْنَ حَقَّ الْعِلْمِ لَسَجَدْتُمْ حَتَّى تَنْقَصِفَ ظُهُوْرُكُمْ وَلَصَرَخْتُمْ حَتَى تَنْقَطِعَ أَصْوَاتُكُمْ فَابْكُوْا فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا الْبُكَاءَ فَتَبَاكُوْا

Dari Abdullah bin Abu Mulaikah, Abdullah bin Amru bin Ash berkata, “Seandainya kalian mengetahui dengan sebenar-benarnya ilmu, niscaya kalian akan bersujud hingga punggung-punggung kalian membengkok, dan sungguh kalian akan berteriak-teriak sampai suara kalian habis. Maka menangislah, bila kalian tidak mampu menangis maka berpura-puralah menangis.” [dan bila tidak mampu menangis maka tangisilah diri kalian yang memiliki hati sekeras batu. ]

(Shifatus Shafwah, tahqiq : Mahmud Fakhuri dan Dr. Muhammad Rawwas al Qal’ahji, Darul Ma’rifah, Lebanon-Beirut, Cetakan tanpa tahun, I/658).

Dikisahkan tentang seorang yang menangis terisak kemudian tersungkur tak sadarkan diri. Setelah siuman, dia ditanya: “Ada apa dengan dirimu? Dia menjawab: “Selepas shalat aku berzikir, kemudian aku menghitung-hitung keadaan diriku. Aku mengadili diriku sendiri sebelum datang pengadilan Allah. Bila setiap harinya aku berbuat dosa, apakah karena lalai ibadah atau karena amal-amalku, berarti aku telah menabung 365 dosa setiap tahunnya. Umurku enam puluh tahun dan itu berarti 21.900 dosa yang harus aku pertanggungja wabkan. Padahal, tidak ada satu perbuatan walau sebesar biji zarah sekali pun kecuali akan diperhitungkan Allah SWT di hari kiamat nanti. Lantas betapa aku akan menghadap Tuhanku? Oh, alangkah sedikitnya bekalku untuk menempuh perjalanan yang panjang nanti,” ujarnya.

baca kisah cahaya hati selengkapnya…