Tidak etis jika kita selalu menyebut-nyebut pertolongan yang kita berikan kepada orang lain. Abu nawas hampir saja terjatuh ke dalam sebuah kolam. Tapi seseorang yang tidak terlalu dikenalnya berada di dekat tempat itu dan kemudian menolongnya. Setelah itu, setiap kali orang itu bertemu dengan Abu nawas, ia selalu mengingatkan kebaikan yang pernah dilakukannya terhardap sang Abu nawas.

Suatu kali, Abu nawas membawa laki-laki itu ke dekat kolam, kemudian sang Abu nawas menerjunkan dia ke dalam air. Dengan kepala menyembul di permukaan air, laki-laki itu berteriak: “Abu nawas, sekarang aku sudah benar-benar basah, seperti yang seharusnya terjadi jika engkau dulu tidak menolongku! Sudah, pergi sana!”

dilain hari Abu nawas dari istrinya pulang dan mendapati rumah mereka telah dimasuki pencuri. Segala sesuatu yang berguna dibawa kabur sang pencuri,

“Ini semua salahmu.” kata istrinya, “karena kamu selalu merasa yakin bahwa pintu rumah sudah terkunci sebelum kita pergi”

Para tetangga juga turut berkomentar: “Kamu sih tidak mengunci pintu-pintu,” ujar seorang tetangga.

“Heran. Kenapa kamu tidak membayangkan apa yang bakal terjadi?” ujar yang lain. “Kunci-kunci ternyata sudah rusak dan kamu tidak menggantinya,” kata orang ketiga.

“Sebentar,” kata Abu nawas, “tentunya, aku bukan satu-satunya orang yang bisa kalian salahkan.”

“Lalu, siapa yang harus kami salahkan kalau bukan engkau?” teriak orang-orang dengan gemas…

“Lho? Kok bukan para pencuri itu?” kata Abu nawas.