sahabatku semua yang dirahmati, pagi-pagi buta ditemani lantunan maulid simtud dhurror yang dibacakan dg indah oleh alhabib syech bin abdul qodir assegaff memenuhi seisi rumahku, bulan maret menuju april 2014, masyarakat indonesia gempar dengan pemilihan pemimpin, sungguh ramai dibicarakan dimedia-media baik media elektronik maupun cetak agar tak lupa memilih pemimpin bulan april besok, beragam cara dan upaya pun ditebar ke masyarakat, pamlet-pamlet dengan gambar diri, misi, visi pun meramaikan pingir2 jalan, iklan-iklan janji-janji mengisi kekosongan disela-sela iklan televisi, bahkan foto pass bisa mencium tangan ulama’ pun dijadikan senjata dengan motif katanya “sudah diberkahi diridho’i para ulama” maka tak heran tak ayal… kekuasaan memang melenakan sesorang untuk masuk didalamnya..
Mengambil bagian dalam politik adalah satu tindakan yang mulia dan berfaedah sekiranya penglibatan ini diniatkan untuk mencari keredaan Allah SWT.
“Kalian akan berebut untuk mendapatkan kekuasaan. Padahal kekuasaan itu adalah penyesalan di hari Kiamat, nikmat di awal dan pahit di ujung. (Riwayat Imam Bukhori).
sebuah kisah mengawali pembahasan kali ini, semoga dapat diambil manfaatnya…
Ketika Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu menengok hartanya di ‘Aliyah di sat hari yang sangat panas, dia melihat seorang laki-laki menggiring dua ekor unta muda, sedangkan panas terhampar di permukaan bumi seperti permadani, maka Utsman berkata, “Mengapa orang itu tidak tinggal saja di Madinah sampai panas ini berlalu kemudian dia berangkat?”
Kemudian laki-laki itu mendekat. Utsman berkata kepada pembantunya, “Lihat orang itu, siapa dia?”



























Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.