intropeksi diribismillahirahmanirahim

sahabatku semua yang dirahmati Allah. seseorang itu harus bisa belajar dari hidup orang lain. begitu seuntai kata yang pernah aku dengar dari seorang yang baik, manusia itu harus punya rasa malu, harus punya rasa rasa malu, Malu diri  ini  kepada  Allah, malu diri  ini  kepada  para  malaikat  yang  setiap hari bersemangat disamping kanan dan kiri kita, bersemangat berharap ada suatu catatan luar biasa  yang  bisa  ia  catatat  untuk dibanggakan  dihadapan Allah. Malaikat  Rindu ketika mereka  mencatat  catatan-catatan Rasulullah saw,  malaikat  menangis  karena  ia  sekarang tidak dapat  mencatat  apa  yang ia  harapkan dan  idam-idamkan selama  ini. andai malaikat  diberi  sifat  bosan oleh Allah tentulah malaikat  akan meninggalkan kita  semua, malas  untuk mencatat  yang itu-itu saja… Setiap hari  mencatat  maksiat, setiap hari mencatat dosa. “Mana kebaikanmu wahai manusia” astagfirullah..

sahabatku yang aku sayangi..

Dulu, aku pernah sangat KAGUM pada manusia cerdas, sangat kaya, berhasil dalam karir hidup & hebat dalam dunianya…

Sekarang, aku memilih untuk mengganti kriteria kekagumanku, aku kagum dengan manusia yang hebat di mata Allah. Sekalipun kadang penampilannya begitu biasa & bersahaja !ingatlah semulia-mulia manusia adalah yang paling bertakwa.

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – قَالَ سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – أَىُّ النَّاسِ أَكْرَمُ قَالَ « أَكْرَمُهُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاهُمْ » . قَالُوا لَيْسَ عَنْ هَذَا نَسْأَلُكَ . قَالَ « فَأَكْرَمُ النَّاسِ يُوسُفُ نَبِىُّ اللَّهِ ابْنُ نَبِىِّ اللَّهِ ابْنِ نَبِىِّ اللَّهِ ابْنِ خَلِيلِ اللَّهِ » . قَالُوا لَيْسَ عَنْ هَذَا نَسْأَلُكَ . قَالَ « فَعَنْ مَعَادِنِ الْعَرَبِ تَسْأَلُونِى » . قَالُوا نَعَمْ . قَالَ « فَخِيَارُكُمْ فِى الْجَاهِلِيَّةِ خِيَارُكُمْ فِى الإِسْلاَمِ إِذَا فَقِهُوا »

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya, “
Siapakah orang yang paling mulia?” “Yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertakwa di antara mereka”, jawab Rasul
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Orang tersebut berkata, “Bukan itu yang kami tanyakan”. “manusia yang paling mulia adalah Yusuf, nabi Allah, anak dari Nabi Allah, anak dari nabi Allah, anak dari kekasih-Nya”, jawab beliau. Orang tersebut berkata lagi, “ Bukan itu yang kami tanyakan”. “Apa dari keturunan Arab?”, tanya beliau. Mereka menjawab, “ Iya betul”. Beliau bersabada, “
Yang terbaik di antara kalian di masa jahiliyah adalah yang terbaik dalam Islam jika dia itu fakih (paham agama).” (HR. Bukhari no. 4689)

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ ».

Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak melihat pada rupa dan harta kalian. Namun yang Allah lihat adalah hati dan amalan kalian.” (HR. Muslim no. 2564

Dulu, aku memilih MARAH karena merasa harga diriku dijatuhkan ketika orang lain berlaku kasar kepadaku, menggunjingku dan menyakitiku dengan kalimat-kalimat­ sindiran.

Sekarang, aku memilih untuk BERSYUKUR & BERTERIMAKASIH,­ karena ku yakin ada KASIH dari Allah ketika aku mampu untuk memaafkan & bersabar. Karena saya selalu Ingatlah janji Allah,

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az Zumar: 10)

Dulu, aku memilih MENGEJAR dunia & menumpuknya sebisaku… Ternyata aku sadari kebutuhanku hanyalah makan & minum untuk hari ini & bagaimana cara membuangnya dari perutku…

Sekarang, aku memilih untuk BERSYUKUR dengan apa yang ada & memikirkan bagaimana aku bisa mengisi waktuku hari ini, dengan penuh kasih & bermanfaat untuk sesama dan beribadah kepada Allah.

Saya teringat sebuah hadist ,Dari Zaid bin Tsabit. radhiyallahu ‘anhu beliau berkata: Kami mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

(( مَنْ كانت الدنيا هَمَّهُ فَرَّق الله عليه أمرَهُ وجَعَلَ فَقْرَهُ بين عينيه ولم يَأْتِه من الدنيا إلا ما كُتِبَ له، ومن كانت الآخرةُ نِيَّتَهُ جَمَعَ اللهُ له أَمْرَهُ وجَعَلَ غِناه في قَلْبِه وأَتَتْهُ الدنيا وهِيَ راغِمَةٌ

“Barangsiapa yang (menjadikan) dunia tujuan utamanya maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinan/tidak pernah merasa cukup (selalu ada) di hadapannya, padahal dia tidak akan mendapatkan (harta benda) duniawi melebihi dari apa yang Allah tetapkan baginya. Dan barangsiapa yang (menjadikan) akhirat niat (tujuan utama)nya maka Allah akan menghimpunkan urusannya, menjadikan kekayaan/selalu merasa cukup (ada) dalam hatinya, dan (harta benda) duniawi datang kepadanya dalam keadaan rendah (tidak bernilai di hadapannya)“

(HR Ibnu Majah (no. 4105), Ahmad (5/183), ad-Daarimi (no. 229), Ibnu Hibban (no. 680)

Dulu, aku berpikir bahwa aku bisa MEMBAHAGIAKAN orangtua, saudara & teman-temanku kalau aku berhasil dengan duniaku. Ternyata… yang membuat kebanyakan dari mereka bahagia adalah bukan itu melainkan sikap, tingkah & sapaanku kepada mereka…

Sekarang, aku memilih untuk membuat mereka bahagia dengan apa yang ada padaku…

Dulu, pusat pikiranku adalah membuat RENCANA-RENCANA­ dahsyat untuk duniaku…

Ternyata aku menjumpai teman & saudara-saudara­ ku begitu cepat menghadap kepadaNYA. Sekarang, yang menjadi pusat pikiran dan rencanaku adalah bagaimana mempersiapkan diri dan terutama hatiku agar aku selalu SIAP jika suatu saat namaku dipanggil olehNya…
Jadi saya harus mempersiapkan kehidupan akhiratku nanti. sbgm hadist berikut ini :

عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّهُ قَالَ : كُنْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَجَاءَهُ رَجُلٌ مِنَ الأَنْصَارِ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- ثُمَّ قَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ قَالَ : « أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا ». قَالَ فَأَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ قَالَ : « أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الأَكْيَاسُ ».

Dari Ibnu ‘Umar, ia berkata, “Aku pernah bersama Rasulullah. shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu seorang Anshor mendatangi beliau, ia memberi salam dan bertanya, “Wahai Rasulullah, mukmin manakah yang paling baik?” Beliau bersabda, “
Yang paling baik akhlaknya.” “Lalu mukmin manakah yang paling cerdas?”, ia kembali bertanya. Beliau bersabda, “ Yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik dalam mempersiapkan diri untuk alam berikutnya, itulah mereka yang paling cerdas.” (HR. Ibnu Majah)

sahabatku yang aku sayangi karena Allah.

Seandainya  Allah membeberkan semua  aib-aib  kita yang  selama  ini  kita  tutup-tutupi secara  mati-matian.  Sesungguhnya  kita  dalam  keadaan celaka.  Sesungguhnya  kita  ini sudah dalam keadaan merugi.

ya  Allah…, beruntung  sekali  Engkau bersifat  Pemaaf  dan Pengampun.  “Andai  Allah menimpakan Azab secara  langsung  saat  itu juga  ketika  kita  berbuat  dosa, niscaya  tidak ada makhluk melatapun di dunia ini yang hidup”

Apa  yang  kita  akan banggakan  kepada  kedua  orang  tua  kita?, Apa  yang akan kita  banggakan kepada  Allah kelak?? Sesungguhnya tidak ada, kita sudah dalam keadaan nelangsa. Tanpa pertolongan Allah, sudah habis kita ini…!!

ya Allah aku tunduk dan bertekuk lutut kepada-Mu… Aku mengakui Kekuasaan-Mu di Ufuk barat  dan Ufuk timur….!!!, teramat  mudah bagi-Mu untuk menghancurkan diriku…, ku serahkan jiwa dan raga ini kepada-Mu Allah….!!! tanpa perlawanan….

Tak ada yang dapat menjamin bahwa aku dapat menikmati teriknya matahari besok.Tak ada yang bisa memberikan jaminan bhw aku masih bisa menghirup nafas esok hari… Kalau hari ini dan esok hari aku bisa hidup, itu semata-mata Anugerah Allah.

sahabatku…..

“pernahkah engkau membayangkan tentang hari perhitungan, saat engkau berbaris bertanggungjawab dihadapan tuhanmu,

apakah putih akan melunturkan hitammu, ataukah hitam akan mengotori putihmu”

ya Allah, hamba menghadap dengan lautan dosa, mengharap setitik ampunan dan belas kasihmu..

semoga bermanfaat.