bismillahirahmanirahim

sahabatku semua yang dirahmati Allah,berburu buku dan membacanya, itulah kegiatan yang sering saya lakukan entah berapa puluh buku yang sudah saya baca, entah berapa banyak koleksi buku saya dirumah, entah berapa ratus ribu kocek yang saya keluarkan untuk mendapatkannya, bagi saya tidak apalah.. ilmu itu mahal, dan ilmu itu harus dikejar karena apa? karena orang yang berilmu itu lebih mahal dari upaya yang kita keluarkan untuk mendapatkan ilmu tersebut bener gak kawan ?

10 muharam 1433 H… sepuluh hari telah berlalu dari pergantian tahun baru islam…

misteri kehidupan yang tersimpan didalamnya masih tersimpan erat, kenangan demi kenangan masih menjadi kenangan, yang menangis dan yang bersedih masih menyelimuti, tanda dan tawa berangsur seperti biasanya, politik dan persaingan terus berlanjut, kesuksesan dan kemiskinan selalu membayangi… misteri kehidupan yang harus kita teliti apa yang Allah ingin samapaikan kepada kita,

Kehidupan memang merupakan pintu misteri, yang mana akan kita lewati bersama untuk menuju misteri yang sebenarnya kelak pada waktu yang sudah ditentukan. Dalam kehidupan ini pastinya berbagai macam keadaan akan kita rasakan, yang terkadang kesemuanya itu akan buat kita bahagia atau sedih. Berbagai masalah juga tidak lepas dari misteri kehidupan ini, mulai dari masalah kecil sampai masalah terbesar pasti ada, dan di dalam kehidupan ini juga kita pasti akan temukan perbedaan antara satu dan lainnya.

sebuah kejadian bergulir dengan cepat, menyibak misteri yang sulit dipecahkan, teka-teki kehidupan yang membuat kita berfikir keras, apa maksud semua? kenapa begini? siapakah itu ? menyimpan makna tersirat dari sebuah peristiwa.

lalu siapa sebenarnya bocah misterius ? seperti yang ditulis di judul

kisah ini penuturan ust yusuf mansyur dalam bukunya the secret of a happy life ‘ pertemuan dengan bocah misterius yang membuat kita harus mengkoreksi apa yang telah kita lakukan selama ini…

“Hey kamu, mari sini!”, sapa Luqman halus kepada seorang bocah yang dengan sengaja mengganggu anak kecil lain yang sedang berpuasa.

“Siapa nama kamu? Dari mana asalnya?” tanya Luqman sambil memegang lengan bocah itu. Sebetulnya Luqman gemas, tapi ia tahan kegemasan itu.

Meski ditanya dengan sopan, bocah itu malah balik mendelik kepada Luqman dan tertawa menyeringai! Tawa bocah itu membuat Luqman melepaskan pegangannya seketika.

Luqman merasa bocah ini bukan bocah sembarangan. Sungguhpun penampilannya kayak bocah biasa. Kaus plus celana pendek. Agak lusuh, tapi bersih.

Luqman melihat mata bocah itu. Mata itu bukanlah mata anak manusia pada umumnya. Ditambah lagi, sebelumnya Luqman tidak pernah melihat bocah itu di kampungnya, Kampung Ketapang, Tangerang. Luqman sudah bertanya kesana kemari, adakah tetangga di kampungnya atau orang di kampungnya yang mengenali siapa bocah itu dan siapa keluarganya. Semua orang yang ditanya Luqman menggelengkan kepala, tanda tidak tahu.

~

Bocah itu menjadi pembicaraan di Kampung Ketapang. Sudah tiga hari ini ia mondar-mandir keliling kampung. Ia menggoda anak-anak sebayanya, menggoda anak-anak remaja di atasnya, bahkan menggoda orang-orang tua. Hal ini, bagi orang kampung, menyebalkan. Bagaimana tidak menyebalkan, anak itu menggoda dengan berjalan kesana kemari sambil tangan kanannya memegang roti isi daging yang tampak cokelat menyala. Sementara tangan kirinya memegang es kelapa, lengkap dengan tetesan air dan butiran-butiran es yang melekat di plastik es tersebut. Pemandangan tersebut menjadi pemandangan biasa bila orang-orang kampung bukan melihatnya pada bulan puasa. Pemandangan tak mengenakkan ini justru terjadi di tengah hari pada bulan puasa! Bulan ketika banyak orang sedang menahan lapar dan haus. Es kelapa dan roti isi daging tentu saja menggoda orang yang melihatnya.

Pemandangan itu semakin bertambah tidak biasa karena kebetulan selama tiga hari bocah itu ada, matahari di kampung itu lebih terik daripada biasanya.

Luqman mendapat laporan dari orang-orang di kampungnya mengenai bocah itu. Mereka tidak berani melarang bocah kecil itu menyodor-nyodorkan dan memeragakan bagaimana dengan nikmatnya ia mencicipi es kelapa dan roti isi daging tersebut. Pernah ada yang melarangnya, tapi kemudian orang itu dibuat mundur ketakutan sekaligus keheranan. Setiap dilarang, bocah itu akan mendengus dan matanya memberikan kilatan yang menyeramkan. Membuat mundur semua orang yang akan melarangnya.

Luqman memutuskan menunggu kehadiran bocah itu. Kata orang kampung, belakangan ini, setiap bakda zuhur, anak itu akan muncul secara misterius. Bocah itu akan muncul dengan pakaian lusuh yang sama dengan hari-hari kemarin dan akan muncul dengan es kelapa dan roti isi daging yang sama juga!

Tidak lama Luqman menunggu, bocah itu hadir. Benar, ia menari-nari sambil menyeruput es kelapa itu. Tingkah bocah itu jelas mengundang orang lain menelan ludah tanda ingin meminum es itu juga. Luqman menegurnya. Cuma ya itu tadi, bukannya takut, bocah itu malahan mendelik hebat dan melotot, seakan-akan matanya akan keluar menelan Luqman. Kejadiannya seperti diuraikan di mukadimah tulisan ini.

~

Kami lapar… sementara perut kalian kenyang. Kami sakit, tanpa ada obat, apalagi biaya berobat… sementara kalian menambah terus kesakitan kami dengan mempertontonkan kemewahan dunia di hadapan kami… di depan mata kami… yang sedang berpakaian kemiskinan. Kami menangis, kami merintih, adakah di antara kalian yang peduli?

“Bismillah,” Luqman kembali mencengkeram tangan bocah itu. Ia kuatkan mentalnya. Ia berpikir kalau memang bocah itu adalah bocah jadi-jadian, ia akan korek keterangan, apa maksud semua ini. Kalau memang bocah itu “bocah beneran” pun, ia akan mencari keterangan, siapa dan darimana sesungguhnya bocah itu.

Mendengar ucapan bismillah itu, bocah tadi mendadak menuruti tarikan tangan Luqman. Luqman menyentakkan tangannya, menyeret halus bocah itu, dan membawanya ke rumah. Gerakan Luqman diikuti dengan tatapan mata penuh tanya orang-orang yang melihatnya.

“Ada apa Tuan melarang saya meminum es kelapa dan menyantap roti isi daging ini? Bukannya ini adalah kepunyaan saya?” tanya bocah itu sesampainya di rumah Luqman seakan tahu bahwa Luqman akan bertanya tentang kelakuannya. Matanya masih lekat menatap tajam pada Luqman.

“Maaf ya. Itu karena kamu melakukannya di bulan puasa,” jawab Luqman dengan halus, “apalagi kamu tahu, bukankah seharusnya kamu juga berpuasa. Lalu bukannya ikut menahan lapar dan haus, kamu malah menggoda orang dengan tingkahmu itu.”

Sebenarnya Luqman masih mau mengeluarkan unek-uneknya, mengomeli anak itu. Tapi mendadak bocah itu berdiri sebelum Luqman selesai. Ia menatap mata Luqman lebih tajam lagi.

“Itu kan yang kalian lakukan juga kepada kami semua! Bukankah kalian yang lebih sering melakukan hal itu ketimbang saya? Kalian selalu mempertontonkan kemewahan ketika kami hidup di bawah garis kemiskinan pada sebelas bulan di luar bulan puasa?

Bukankah kalian yang lebih sering melupakan kami yang kelaparan, dengan menimbun harta sebanyak-banyaknya dan melupakan kami?

Bukankah kalian juga yang selalu tertawa dan melupakan kami yang sedang menangis?

Bukankah kalian yang selalu berobat mahal bila sedikit saja sakit menyerang, sementara kalian mendiamkan kami yang mengeluh kesakitan hingga kematian menjemput ajal?

Bukankah juga di bulan puasa ini hanya pergeseran waktu saja kalian menahan lapar dan haus? Ketika bedug maghrib berlalu, ketika azan maghrib terdengar, kalian kembali pada kerakusan kalian?”

Bocah itu terus saja berbicara tanpa memberi Luqman kesempatan menyela.

tiba-tiba suara bocah itu berubah. Kalau tadinya ia mberkata demikian tegas dan terdengar sangat menusuk, kini ia bersuara lirih, mengiba.

“Ketahuilah, Tuan, kami berpuasa tanpa ujung. Kami senantiasa berpuasa meski bukan waktunya bulan puasa lantaran memang tidak ada makanan yang bisa kami makan. Sementara Tuan berpuasa sepanjang siang saja.

Dan ketahuilah Tuan, justru Tuan dan orang-orang di sekeliling Tuanlah yang menyekiti perasaan kami dengan berpakaian yang luar baisa mewahnya, lalu kalian sebut itu menyambut Ramadhan dan Idul Fitri?

Tuan, sebelas bulan kalian semua tertawa disaat kami menangis, bahkan pada bulan Ramadhan pun hanya ada kepedulian seadanya.

Tuan, kalianlah yang melupakan kami, kalianlah yang menggoda kami, dua belas bulan tanpa terkecuali termasuk di bulan Ramadhan ini. Apa yang saya lakukan adalah yang kalian lakukan juga terhadap orang-orang kecil seperti kami.

Tuan, sadarkah Tuan akan ketidakabadian harta? Lalu mengapakah masih saja mendekap harta secara berlebih?

Tuan, sadarkah apa yang terjadi bila Tuan dan orang-orang di sekeliling Tuan tertawa sepanjang masa dan melupakan kami yang semestinya diingat?

Bahkan, berlebihannya Tuan dan orang-orang di sekeliling Tuan bukan hanya pada penggunaan harta, tapi juga pada dosa dan maksiat. Tahukah Tuan akan adanya azab Tuhan yang menimpa?

Tuan, jangan merasa aman lantaran kaki masih menginjak bumi. Tuan, jangan merasa perut kan kenyang esok lantaran tersimpan pangan tuk setahun. Tuan, jangan pernah merasa matahari tidak akan pernah menyatu dengan bumi, kelak.”

Wuah.. entahlah apa yang ada di kepala dan hati Luqman. Perkataan demi perkataan meluncur deras dari mulut bocah kecil itu tanpa bisa dihentikan. Dan hebatnya, semua yang disampaikan bocah itu adalah benar adanya!

Hal ini menambah keyakinan Luqman bahwa bocah ini bukan bocah sembarangan.

Habis berkata pedas dan tajam seperti itu, bocah itu pergi begitu saja meninggalkan Luqman yang dibuatnya terbengong-bengong.

Di kejauhan, Luqman melihat bocah itu menghilang bak ditelan bumi.

Begitu sadar, Luqman berlari mengejar keluar rumah hingga ke tepian jalan raya Kampung Ketapang. Ia edarkan pandangan ke seluruh sudut yang bisa dilihatnya, tapi ia tidak menemukan bocah itu. Di tengah deru napasnya yang memburu, ia tanya semua orang di ujung jalan, tapi semuanya menggeleng bingung. Bahkan orang-orang yang menunggu penasaran di depan rumahnya pun mengaku tidak melihat bocah itu keluar dari rumah Luqman! Bocah itu benar-benar misterius! Dan sekarang ia malah menghilang!

Luqman tidak mau main-main. Segera ia putar langkah, kembali ke rumah. Ia ambil sajadah, sujud, dan bersyukur. Meski peristiwa tadi irasional, tidak masuk akal, ia mau meyakini bagian yang masuk akal saja. Bahwa betul adanya apa yang dikatakan bocah misterius tadi. Bocah tadi memberi pelajaran berharga, betapa sering kita melupakan orang yang seharusnya kita ingat. Yaitu mereka yang tidak berpakaian, mereka yang kelaparan, dan mereka yang tidak mempunya penghidupan yang layak.

Bocah tadi juga memberi Luqman pelajaran bahwa seharusnya mereka yang sedang berada di atas, yang sedang mendapatkan karunia Allah, jangan sekali-kali menggoda orang kecil, orang bawah, dengan berjalan membusungkan dada dan mempertontonkan kemewahan yang berlebihan.

Marilah berpikir tentang dampak sosial yang akan terjadi bila kita terus menjejali tontonan kemewahan, sementara yang melihatnya sedang membungkuk menahan lapar.

Luqman berterima kasih kepada Allah yang telah memberikannya hikmah luar biasa. Luqman tidak mau menjadi bagian yang Allah sebut mati mata hatinya.

Sekarang yang ada di pikirannya, mau dipercaya atau tidak, ia akan mengabarkan kejadian yang dialaminya bersama bocah itu sekaligus menjelaskan hikmah kehadiran bocah tadi kepada semua orang yang dikenalnya, kepada sebanyak-banyaknya orang. Kejadian bersama boah tadi begitu berharga bagi siapa saja yang menghendaki kebercahayaan hati.

Pertemuan itu menjadi pertemuan terakhir. Sejak itu Luqman tidak pernah lagi melihatnya, selama-lamanya. Luqman rindu kalimat-kalimat pedas dan tudingan-tudingan yang memang betul adanya. Luqman rindu kehadiran anak itu agar ada seseorang yang berani menunjuk hidungnya ketika ia salah.

sahabatku semua yang dirahmati Allah, sebuah kejadian jelas ada makna tersirat yang harus kita sibak dan cari apa yang hendak Allah samapaikan kepada kita, jangan sampai hikmah itu berlalu begitu saja…

Ahmad bin Hambal pernah dipenjara dan dihukum dera, tetapi karena itu ia kemudian menjadi imam salah satu mazhab. Ibnu Taimiyah pernah dipenjara, tetapi justru di penjara itulah ia banyak melahirkan karya. As-Sarakhsi pernah dikurung di dasar perigi selama bertahun-tahun, tetapi di tempat itulah ia Berjaya mengarang buku sebanyak 20 jilid. Ketika Ibnu al-Atsir dipecat dari jawatannya, ia Berjaya menyelesaikan karya besarnya yang berjudul Jami’ul Ushul dan An-Nihayah, salah satu buku yang paling terkenal dalam hadith. Demikian halnya dengan Ibnu Jauzi; ia pernah diasingkan dari Baghdad, dank arena itu ia menguasai qira’ah sab’ah. Malik bin ar-Raib adalah penderita suatu penyakit yang mematikan, namun ia mampu melahirkan syair-syair yang sangat indah dan tidak kalah dengan karya-karya para penyair besar zaman Abbasiyah. Lalu, ketika semua anak Abi Dzuaib Al-Hudzali mati meninggalkannya seorang diri, ia justru mampu menciptakan nyanyian-nyanyian puisi yang mampu menutup mulut para pendengarnya, membuat setiap para pendengarnya tersihir, memaksa sejarah untuk selalu bertepuk tangan saat mendengarnya kembali.

Begitulah, ketika tertimpa suatu musibah, anda harus melihat dari sudut yang paling terang darinya; ketika seseorang memberi anda segelas air limau, anda perlu menambah sesendok gula ke dalamnya, ketika mendapat hadiah seekor ular dari seseorang, ambil saja kulitnya yang mahal dan tinggalkan bagian tubuhnya yang lain; ketika disengat kalajengking, ketahuilah bahwa sengatan itu sebenarnya memberikan kekebalan pada tubuh anda dari bisa ular.

sahbatku yang baik hatinya..

apa yang hendak disampaikan dari bocah kecil misterius itu kepada kita semua ? simaklah ini..

apa yang ia  TEKANKAN UNTUK KITA RENUNGKAN !!!!!

bukankah Kalian selalu mempertontonkan kemewahan ketika kami hidup di bawah garis kemiskinan pada sebelas bulan di luar bulan puasa?

Bukankah kalian yang lebih sering melupakan kami yang kelaparan, dengan menimbun harta sebanyak-banyaknya dan melupakan kami?

Bukankah kalian juga yang selalu tertawa dan melupakan kami yang sedang menangis?

Bukankah kalian yang selalu berobat mahal bila sedikit saja sakit menyerang, sementara kalian mendiamkan kami yang mengeluh kesakitan hingga kematian menjemput ajal?

Bukankah juga di bulan puasa ini hanya pergeseran waktu saja kalian menahan lapar dan haus? Ketika bedug maghrib berlalu, ketika azan maghrib terdengar, kalian kembali pada kerakusan kalian?”

dan apa yang ingin bocah misterius itu NASEHATKAN UNTUK KITA JALANKAN

“Ketahuilah, Tuan, kami berpuasa tanpa ujung. Kami senantiasa berpuasa meski bukan waktunya bulan puasa lantaran memang tidak ada makanan yang bisa kami makan. Sementara Tuan berpuasa sepanjang siang saja.

nasehat untuk kita renungkan ; banyak diantara kami (orang miskin, anak-anak jalanan) yang kelaparan tiap hari, yang makan cuma seminggu sekali.. kepanasan kehujanan tanpa ada yang peduli sedangkan kalian makan enak,bahkan kadang berlebihan tanpa memperdulikan kami..coba bayangkan jika kalian menjadi kami?

Dan ketahuilah Tuan, justru Tuan dan orang-orang di sekeliling Tuanlah yang menyekiti perasaan kami dengan berpakaian yang luar baisa mewahnya, lalu kalian sebut itu menyambut Ramadhan dan Idul Fitri?

nasehat untuk kita renungkan ; banyak diantara kami (orang fakir miskin, anak-anak jalanan)yang menangis pada hari raya idul fitri, lantaran tidak memiliki baju baru, buat makan saja susah apalagi mau buat beli baju baru, sedangkan kalian dengan sombongnya memamerkan baju-baju baru kalian, bergembira ria dalam canda tawa.. sedangkan kami disini menangis, menangisi derita hidup yang kami rasakan.. bayangkan jika kalian menjadi kami ?

Tuan, sebelas bulan kalian semua tertawa disaat kami menangis, bahkan pada bulan Ramadhan pun hanya ada kepedulian seadanya.

nasehat untuk kita renungkan ; sepanjang tahun perjalanan hidup kami (orang fakir miskin, anak-anak jalanan), kami bersusah-susah menghidupi kehidupan kami yang begitu berat, hanya untuk sesuap nasi, kami menangis sepanjang 11 bulan karena derita yang berat..dan malangnya dibulan ramadhan yang penuh keberkahan juga orang memperlakukan kami seadanya… tak pernah menyadari bahwa ada hak-hak kami disetiap harta yang kalian kenakan.. bayangkan jika kalian menjadi kami ?

Tuan, kalianlah yang melupakan kami, kalianlah yang menggoda kami, dua belas bulan tanpa terkecuali termasuk di bulan Ramadhan ini. Apa yang saya lakukan adalah yang kalian lakukan juga terhadap orang-orang kecil seperti kami.

nasehat untuk kita renungkan; sepanjang tahun perjalanan kami (orang fakir miskin, anak-anak jalanan) kalian pameri dengan semua kemewahan-kemewahan kalian, mobil bagus, makanan enak, rumah megah… serta hidup berkucupan, hidup kalian mapan… sedangkan kami, rumah kardus yang sering bocor waktu hujan, makan dari sisa-sia makanan kalian, beli sepeda saja tidak mampu apalagi buat beli mobil, baju kotor compang camping, muka kotor bak sampah yang tidak kalian pedulikan… apa kalian tidak melihat kami? bayangkan jika kalian menjadi kami ?

Tuan, sadarkah Tuan akan ketidakabadian harta? Lalu mengapakah masih saja mendekap harta secara berlebih?

nasehat untuk kita renungkan; sadarlah kalian ( wahai orang yang berkecukupan) akan harta yang kalian bangga-banggakan, semua itu ada tanggung jawabnya dihadapan tuhan yang maha bijaksana, kelak di akherat kami (orang fakir miskin, anak-anak jalanan) akan minta jatah kami yang belum kalian berikan pada kami didunia, kalian menganggap harta kalian adalah hasil kerja keras kalian, padahal ada hak-hak kami (orang fakir miskin, anak-anak jalanan) yang harus kalian bayarkan.. bagaimana jika harta kalian sekejab diambil oleh yang maha kaya Allah swt,. bayangkan bagaiama jika kalian hidup tanpa bergelimangan harta? bayangkan bagaimana jika kalian seperti kami ?

Tuan, sadarkah apa yang terjadi bila Tuan dan orang-orang di sekeliling Tuan tertawa sepanjang masa dan melupakan kami yang semestinya diingat?

nasehat untuk kita renungkan ; sadarlah wahai kalian orang yang merasa aman, yang selalu bahagia karena merasa aman, yang selalu tertawa terbahak-bahak melihat suatu acara di tivi-tivi, lihatlah kami (orang fakir miskin, anak-anak jalanan) disini yang sedikitpun tak ada bekas tawa diwaja kami, lihatlah kami yang selalu menangis kedinginan akan dinginnya angin malam, lihatlah kami yang kepanasan disiang hari, lihatlah kami yang meminta belas kasihan kalian, tapi mengapa kalian hiraukan kami, anggap kami tidak ada… anggap kami sampah masyarakat, anggap kami hina… bukankah sebenarnya kalian lebih hina dari kami, orang yang selalu bahagia diatas penderitaan saudaranya sendiri.. bukankah rosul saw, mengajarkan kalian untuk mengasihi dan menyanyangi kami, bukankah teladan mulia menyuruh kalian melindungi kami, lalu apa yang kalian lakukan pada kami, bayangkan bagiamana jika kalian hidup seperti kami ?

Bahkan, berlebihannya Tuan dan orang-orang di sekeliling Tuan bukan hanya pada penggunaan harta, tapi juga pada dosa dan maksiat. Tahukah Tuan akan adanya azab Tuhan yang menimpa?

nasehat untuk kita renungkan ; sadarlah kalian wahai para penumpuk harta yang tiap hari menaikakan saham-saham dosanya, dosa karena akibat ulah kalian sendiri yang seringnya mendzalimi diri sendiri, yang sering kali melalaikan apa yang menjadi kewajiban, melalikan apa yang harus ditunaikan, melalaikan hal – hal yang dilarang, tidak takutkah kalian pada yang maha berkehendak Allah, akan  azab yang begitu dekat, yang sewaktu-waktu dapat menimpa kalian, masihkan kalian merasa hebat dengan harta, pangkat dan derajat kalian?

Tuan, jangan merasa aman lantaran kaki masih menginjak bumi. Tuan, jangan merasa perut kan kenyang esok lantaran tersimpan pangan tuk setahun. Tuan, jangan pernah merasa matahari tidak akan pernah menyatu dengan bumi, kelak.”

nasehat untuk kita renungkan; janganlah merasa sombong karena masih hidup, masih punya kekayaan yang berlimpah, ingatlah mati itu bisa datang kapanpun, tanpa permisi, tanpa assalamualaikum,,, yang sangat dekat, bahkan lebih dekat dari yang kalian bayangkan..

sahabatku semua yang baik hatinya… inilah problematika sosial yang harus kita bahu-membahu menyelesaikannya…

mari rangkul orang-orang kaya untuk peduli kepada orang yang dibawah garis kemiskinan, orang miskin dan anak jalanan sangat perlu uluran tangan kita, bantuan kita, belas kasih kita, mari jadikan kita orang yang bermanfaat untuk sesamanya..

Bila perjalanan kita  masih jauh dari bermanfaat untuk sekitar, mulai saat ini mari menyusun langkah dan menata aktivitas kita dengan berorientasi pada kemanfaatan untuk orang banyak. Dengan segenap potensi yang Allah karuniakan, mari kita berjuang menjadi pribadi yang dicintai-Nya.

sahabatku yang terhebat…

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi(seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Ali Imran 190-191).

tidakkah kita menginginkan kehidupan kita bisa bermanfaat ? Di mana hal ini selaras  dengan apa yang diriwayatkan dari Jabir berkata,”Rasulullah saw bersabda,’Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabrani dan Daruquthni)

Mari sejenak kita renungi pula hadits ini, dari Ibnu Umar bahwa seorang lelaki mendatangi Nabi saw dan berkata,”Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling dicintai Allah ? dan amal apakah yang paling dicintai Allah swt?” Rasulullah saw menjawab,”Orang yang paling dicintai Allah adalah orang yang paling bermanfaat buat manusia dan amal yang paling dicintai Allah adalah kebahagiaan yang engkau masukkan kedalam diri seorang muslim atau engkau menghilangkan suatu kesulitan atau engkau melunasi utang atau menghilangkan kelaparan. Dan sesungguhnya aku berjalan bersama seorang saudaraku untuk (menuaikan) suatu kebutuhan lebih aku sukai daripada aku beritikaf di masjid ini—yaitu Masjid Madinah—selama satu bulan. Dan barangsiapa yang menghentikan amarahnya maka Allah akan menutupi kekurangannya dan barangsiapa menahan amarahnya padahal dirinya sanggup untuk melakukannya maka Allah akan memenuhi hatinya dengan harapan pada hari kiamat. Dan barangsiapa yang berjalan bersama saudaranya untuk (menunaikan) suatu keperluan sehingga tertunaikan (keperluan) itu maka Allah akan meneguhkan kakinya pada hari tidak bergemingnya kaki-kaki (hari perhitungan).” (HR. Thabrani)

Hakekatnya semua dan seluruh nikmat yang ada, baik maupun buruk itu adalah atas kehendakNya, tetapi Tuhan memberikan kebebasan kepada hambanya untuk menentukan sikapnya sendiri, yang mana sikap atau perilaku itu akan mendapatkan suatu balasan nikmat atas apa yang telah diperbuatnya. untuk itulah sahabatku mari jadikan hidup kita menjadi hidup yang berarti untuk orang lain..
menyayangi yang lemah guna melembutkan hati kita yang kadang kala keras..

Marilah kita belajar untuk selalu bersyukur diatas segela kejadian, tiada daya dan upaya seorang hamba tidak atas kehendakNya maka kepasrahan menjalani atas apa yang terjadi dalam diri kita dan selalu memohon tuntunan dan bimbinganNya agar tidak
tergelincir kedalam jalan yang salah.

Kesalahan tidak bisa kita hindari, karena itu sudah hukumnya. Dimana kita bisa tahu letak kebenaran jika tidak melalui proses kesalahan, dimana kita bisa mengetahui kebaikan jika kita belum pernah melalui proses keburukan dan seterusnya.

banyak sekali kejadian yang awalnya kita merasa marah dan menyesal, tetapi setelah kita tahu hikmah dibalik suatu kejadian, justru kita malah bersyukur,

Allah menjanjikan pertolongan dalam kesulitan, menjanjikan dekat dengan orang sabar, dan menjanjikan kebaikan dibalik setiap kesulitan hidup,

mari Memaknai setiap peristiwa dengan hati hati adalah salah satu bentuk kebijaksanaan. Seperti Nabi Musa yang meminta Nabi Khidr untuk menyaksikan dan memaknai setiap perbuatannya dengan lebih bijaksana. Dengan lebih BERPRASANGKA BAIK.

Seorang yang bijak akan selalu berusaha menambah kualitas dirinya dengan memaknai hikmah dari setiap peristiwa. Mungkin tak ada satu peristiwa pun yang dipandangnya buruk atau sia sia. Dengan bermodalkan kemauan belajar,memperbaiki diri,serta kemauan berprasangka baik,setiap peristiwa pasti akan dicari hikmahnya,seburuk apa pun.

Sehingga,semua usaha kita dalam menarik hikmah dan pelajaran pada akhirnya akan kembali pada diri kita. Mana yang lebih baik antara bola yang sedang diam di atap rumah dibandingkan dengan bola yang berada di tanah namun baru saja ditendang dengan keras ke atas? Aku lebih menghargai orang yang mempunyai kemauan belajar yang tinggi meskipun ia bodoh daripada orang yang sudah pintar dan merasa sudah puas dengan ilmunya sekarang.

sungguh….

Indah sekali rasanya bila hidup kita diwarnai semangat untuk selalu menebar kebaikan dan memberi manfaat bagi orang lain. Elok juga rasanya bila ajal telah tiba mengakhiri aktivitas kita di dunia, namun nilai kemanfaatan dari apa yang kita lakukan tetap dirasakan oleh mereka yang masih berkelana di dunia.

Tidak selamanya rasa sakit itu tidak berharga, sehingga harus dibenci. Karena kemungkinan rasa sakit itu justru akan mendatangkan kebaikan bagi seseorang

sahabatku yang baik, marilah kita selalu belajar, belajar memaknai kehidupan ini sebaik mungkin, belajar untuk mempedulikan orang-orang disekitar kita, belajar bersikap baik, belajar untuk jujur dan satu yang paling penting belajar untuk selalu bersyukur atas rahmat yang telah Allah karuniakan untuk kita, mari sama-sama kita belajar untuk menjadi pribadi yang bermanfaat..

Ya Allah jadikanlah setiap langkah apapun yang kami tempuh agar selalu menuju ridho-MU dan jadikanlah kami orang yang pandai melihat karunia-MU agar kami pandai bersyukur atas apa-apa yang telah Engkau berikan,

ya Allah, engkau ciptakan manusia atas dasar kasih dan sayangmu, bagaimana kemudian kami bisa menjadi manusia yang tidak mempunyai kasih sayang terhadap sesama ?

ya Allah, engkau pelihara kami dengan cinta Mu yang tulus untuk kepentingan kami semua, lalu bagaimana mungkin kami menjadi manusia yang hidup tanpa cinta dan memenuhi kehidupan dengan pertikaian dan permusuhan ?

ya Allah engkau pelihara langit dan bumi dengan pemberian yang tak terhingga, lalu bagaimana mungkin hamba bisa hidup dengan tangan terbelenggu lantaran kikir dan selalu menebar kebencian dan permusuhan lantaran keserakahan dan keseombonganm ?

itu semua karena mungkin kami hidup diatas nafsu, bukan diatas ridhomu..

ya allah, bila engkau berkehendak, tetapkan sifat kasih sayangmu menjadi sifat kami juga, mengalahkan potensi sifat-sifat buruk yang ada, agar hamba bisa menjadi manusia pengasih, yang peduli terhadap sesama.

wahai pemberi rejeki, jangan biarkan kami memenuhi perut kami sendiri, sementara ada begitu banyak perut yang terabaikan karena kelaparan, jangan biarkan kami mampu menikmati kemewahan dalam kesendirian tanpa ada keinginan untuk berbagi. dan jangan biarkan kami hidup tanpa sentuhan kasih dan sayangmu, sehingga kami menjadi manusia yang tanpa jiwa, kering dan hampa..

ya Allah permudahkanlah yang sulit, dan lancarkalah apa-apa yang berat..

semoga bermanfaat..